50 Tokoh Banua Gelar Sarasehan, Simak Kata Mereka

0

SEJUMLAH Tokoh Banua menggelar saresehan dengan tema ‘Saatnya Intan Banua Berkilau Untuk Indonesia’, di RRI Banjarmasin, Jumat (4/8/2023).

DISEBUTKAN, selama ini Kalimantan Selatan secara riil sepertinya ‘tidak dianggap’ sebagai bagian dari Indonesia. Hal tersebut muncul dengan indikasi bahwa jalan nasional kilometer 171 Satui, Kabupaten Tanah Bumbu tidak kunjung tuntas, seperti tidak ada niat dari pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan.

“Kita yang ada di Kalsel sepertinya mau ‘ditenggelamkan’ orang-orang Jakarta. Seharusnya pemerintah pusat memperhatikan jalan 171, karena penghubung Banjarmasin, Tanah Laut dengan Tanah Bumbu dan Kotabaru,” ucap salah satu dari 50 Tokoh Banua Anang Rosadi Adenansi.

BACA: Mengulik Kasus Longsornya Jalan Nasional Km 171 Satui dan Megaproyek Jembatan Pulau Laut

“Seharusnya, pemerintah pusat jangan tebang pilih dalam pembangunan dan tak terpusat di Jakarta saja. Apalagi Kalsel nantinya sebagai pintu gerbang ibu kota negara. Perlu percepatan pembangunan dalam berbagai aspek,” ungkapnya.

Menurut Anang, dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) bersaing dalam menghadapi IKN, asal diberi kesempatan yang sama.

Sementara, Tokoh Banua lainnya Haris Makkie dengan adanya IKN di Kalimantan Timur meminta agar hutan tetap dipertahankan. “Perpindahan IKN di Kalimantan Timur, jangan sampai berimbas pembabatan hutan. Ini sangat riskan, karena Pulau Borneo merupakan salah satu paru-paru dunia,” ungkapnya.

Mantan Sekdaprov Kalsel ini menambahkan, keberadaan IKN akan berdampak pada bertambahnya jumlah penduduk. “Kita kan punya banyak lahan pertanian dan harus dipertahankan untuk menyuplai beras di IKN nanti. Namun, dalam penggarapan pertanian tidak lagi konvensional melainkan modernisasi,” ungkap Haris.

Masih menurut Haris, jika pressure tersebut positif perlu dilakukan oleh 50 Tokoh Banua dengan membawa konsep. Dirinya yakin akan mendapat perhatian pemerintah pusat.

BACA JUGA: Menyiapkan SDM Lokal Berkompetisi di Zaman yang Baru

Sementara tokoh lainnya, Aftahuddin untuk logistik perdagangan biasanya didatangkan dari Jawa. “Sebanyak 70 persen suplai kebutuhan pokok berasal dari Jawa,” ujarnya.

Sedangkan tokoh muda Sukrowardi menyoroti tentang SDM yang perlu pemerataan dengan di Jawa. “Begitu juga pembangunan dilakukan secara merata,” tegasnya.

Di acara dialog tersebut dipandu Rofi Zardaida Pengasuh Rubrik Al Banjari Kalimantan Post, juga hadir Habib Zakaria dan lain-lain.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.