Sahang Banjar; Karya Mansyur dkk Ulas Sejarah Maritim Jalur Rempah Urang Banjar

0

SEJARAWAN muda Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Mansyur tergolong aktif dan produktif dalam membeber sejarah peradaban Banua. Utamanya, keunggulan Banjarmasin sejak era Kesultanan Banjar , masa kolonial Belanda hingga perjuangan fisik rakyat Kalimantan.

JEJAK Mansyur seperti menapak tilas karya pendahulunya, Prof Idwar Saleh yang kini goresan penanya menjadi rujukan dalam mengupas sejarah Kalimantan Selatan. Hipotesis guru besar sejarah FKIP ULM ini menjadi alas penetapan Hari Jadi Kota Banjarmasin.

Ketika itu, Panitia Hari Jadi Kota Banjarmasin yang dibentuk era Walikotamadya Effendi Ritonga (periode 1984-1989) dan Walikota Kodya Daerah Tingkat II Banjarmasin Sadjoko (periode 1989-1999). Hingga diputuskan dalam sebuah ketetapan yang menjadi tonggak awal kelahiran ibukota Provinsi Kalimantan Selatandi rapat paripurna istimewa di DPRD Kotamadya Banjarmasin, kala itu.

Panitia Hari Jadi Kota Banjarmasin mengadopsi hipotesis Begawan sejarawan Banjar, Prof M Idwar Saleh (guru besar sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat) yang menetapkan tanggal 24 September 1526 pada hari Rabu, pukul 10.00 pagi, bertepatan dengan 8 Zulhijjah 932 Hijriyah.

Prosesi pengislaman Pangeran Samudera sebagai Sultan Banjar pertama oleh wakil penghulu asal Kesultanan Demak, Khatib Dayan-versi lain menyebutkan bernama Sayyid Abdurahman Alaydrus (Sayyid Ngabdul Rahman dalam versi catatan Jawa) atau versi berbeda disebut Syarif Hidayatullah Alaydrus, menjadi Hari Jadi Kota Banjarmasin.

BACA : Tiru Jejak Idwar Saleh, Menolak Lupa dari Goresan Sejarawan Muda Mansyur

Nah, demi mengukuhkan itu, Idwar Saleh pun menerbitkan beberapa buku lawas. Salah satu contoh, “Banjarmasin Tempo Doeloe dan Wayah (Masa) Kini, berisi gambar-gambar Kota Banjarmasin di masa/tahun 1985 dan pada masa Hindia Belanda. Dilengkapi uraian singkat sejarawan Banjar ternama Idwar Saleh saat Harjad Banjarmasin ke-459 tahun.

Pada Harjad ke-493 tahun 20219 lalu, Mansyur bersama rekannya, Mursalin dan Wisnu Subroto pun meluncurkan buku Jalur Rempah bertitel “Sahang Banjar, Banjarmasin Dalam Jalur Perdagangan Rempah Lada Dunia Abad 18”. Ini buku kedua yang menjadi kado dari Mansyur untuk Banjarmasin, karena sebelumnya meluncurkan Bandjarmasin Tempo Doeloe.

“Buku Sahang Banjar ini mengulas kisah sejarah maritim dan pelayaran urang Banjar. Apalagi, kalangan milenial lebih mengenal perdagangan jalur sutra, dibanding jalur rempah,” ucap Mansyur kepada jejakrekam.com, Sabtu (11/9/2021).

BACA JUGA : Istana Sultan Banjar Mewah Karena Melimpahnya Lada

Magister sejarah lulusan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mengatakan jalur rempah memberi pengaruh kehidupan masyarakat Banjar masa kini. Menurut dia, dalam kajian memaparkan Banjarmasin sebagai penghasil sahang (lada) sudah dikenal lama oleh dunia, puncaknya sekitar abad ke-18.

“Kami ingin lapisan masyarakat terutama generasi milenial mengerti bahwa terdapat keragaman pengalaman hidup pada masyarakat. Tentu saja, adanya cara pandang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman di masa depan,” kata dosen muda yang akrab disapa Sammy ini.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.