Sejuta Memori dari Perangko Pertama di Banjarmasin

0

TRADISI korespondensi lewat pos yang dibubuhi perangko langka di era milenial, terbilang sangat jarang. Padahal tradisi ini memiliki catatan sejarah panjang dalam membangun hubungan dan kontak dengan dunia luar. Kemajuan bidang telekomunikasi dan teknologi informasi di era industri 4.0 akhirnya membuat tradisi menulis surat dan mengirim lewat pos berada di ambang kepunahan.

MASYARAKAT saat ini sudah menggunakan telepon seluler, SMS, MMS, hingga email. Ditambah lagi gencarnya media sosial mulai facebook, twitter, yahoo mesengger hingga Whattsapp membuat hidup terasa dekat dan instant tentunya. Terasa tanpa sekat.

Walaupun demikian, tentunya paling tidak sehubungan dengan hari filateli atau perangko nasional hari ini, perlu flasback kembali ke masa silam. Bukan semata mata mengenang memori lalu tanpa arti, tetapi membuka wawasan sekaligus belajar dari dinamika peristiwa masa lalu untuk menata masa depan lebih baik.

Perangko dan surat bagaikan dua sisi dalam satu mata uang. Tidak dapat dipisahkan. Perangko adalah barang berharga selain berfungsi sebagai tanda pelunasan porto dan biaya pos yang dikirim. Kemudian wahana penyampai pesan tentang berbagai kepentingan masyarakat, termasuk carik kenangan benda pos bercetakkan perangko.

Sejak diperkenalkan tanggal 1 Mei 1840 di Britania Raya sebagai reformasi pos oleh Rowland Hill, mulai menyebar ke berbagai belahan dunia. Tidak ketinggalan di Banjarmasin, Borneo sebagai wilayah koloni Belanda yang dikenal dengan Hindia Belanda.

BACA : Melacak Jejak Diaspora India di Kota Seribu Sungai

Lalu, sejak kapan di Banjarmasin muncul perangko? Ternyata perangko sebagai pelengkap surat sudah beredar Banjarmasin, sekitar 153 tahun  atau satu setengah abad yang lalu. Hasil riset dan kompilasi surat-surat masa Hindia Belanda, menunjukkan perangko tertua yang pernah menghiasi surat ke Banjarmasin berangka tahun 1866.

Tepatnya, dua tahun setelah perangko pertama kalinya diterbitkan sendiri di Negeri Belanda 1 April tahun 1864. Sebelumnya, Negeri Belanda memang menerbitkan perangko pertama tahun 1852, Perangko Raja Willem III senilai 5 cent berwarna biru yang juga tanpa perforasi.Tetapi itu hanya diberlakukan di negeri Belanda.

Dalam perkembangannya, mengingat banyaknya lalu lintas surat antara Negeri Belanda dengan negara jajahannya/koloni yang utama saat itu, yaitu Nederland Indie (sekarang Indonesia), akhirnya diterbitkan perangko pertama Nederland Indie pada tahun1864. Perangko inilah yang menjadi perangko pertama di Hindia Belanda, khususnya di Banjarmasin.

Kembali ke pembahasan perangko pertama di Banjarmasin, perangko ini bergambar Raja Belanda saat itu yakni Willem III. Nilai nominal seperti yang tertera di perangko adalah 10 cent. Kemudian ciri lainnya adalah tanpa perforasi (tanpa gerigi) di keempat sisinya. Perangko berwarna merah anggur dan memuat gambar Raja Willem III dalam bingkai berbentuk persegi.

Kemudian terdapat tulisan postzegel yang artinya perangko (segel pos) dan Nederland Indie (Hindia Belanda). Pada bagian sebelah kiri memuat tulisan “Nederl” dan pada bagian kanan memuat tulisan” Indie”.

BACA JUGA : Sate Banjar, Riwayat dari Cita Rasa Kuliner Nusantara

Pada surat terdapat stempel tertulis sebaris bahasa Latin yaitu “franco”, yang artinya perangko berarti tanda bayar untuk melunasi biaya pengeposan surat. Dengan adanya perangko, itu berarti petugas pos memiliki kewajiban mengantarkan surat tersebut kepada penerima, dan saat menerimanya pun si penerima tidak membayar biaya apa pun lagi.

Sebelum perangko tercipta, pelunasan biaya pengiriman surat dilakukan dengan membayar sejumlah uang tunai. Pembayaran secara tunai ini ada yang harus dibayar terlebih dahulu oleh si pengirim surat tapi ada pula yang harus dibayar oleh si alamat.

Berdasarkan perbandingan dari beberapa sumber menyebutkan bahwa desain gambar perangko yang beredar di Banjarmasin ini dirancang T.W Kaisar dari Amsterdam. Pada umumnya, perangko yang muncul antara tahun 1864 hingga 1920 di Hindia Belanda, desain capnya hanya menunjukkan gambar Raja dan Ratu Belanda yakni Willem III dan penerusnya Ratu Wilhelmina.Perangko Hindia Belanda pertama ini dicetak di negeri Belanda (Utrecht) sebanyak 2.000.000 perangko.

BACA LAGI : Tercatat di Sejarah, Kereta Api Pertama Ada di Kalimantan Selatan

Menurut keterangan kolektor Dr Albert Louis, perangko ini tertempel pada bagian depan amplop surat. Tepatnya sebelah kiri bagian atas (sudut). Dikirim dari Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 29 Desember (12) tahun 1866 kepada Residen di Bandjermasin. Lengkapnya tertulis “den Residen Zuid en Ooster Afdeeling van Borneo te Bandjermasin” (Kepada Residen Afdeeling Borneo bagian Selatan dan Timur di Banjarmasin).

Pada keterangan lain, dituliskan bahwa surat itu sebenarnya ditulis di Arnhem pada bulan sebelumnya yakni tanggal 15 November 1866 dan kemudian dikirim ke Batavia sebagai paket surat. Selanjutnya surat ini diteruskan ke Banjarmasin.

Siapa raja Willem III yang tampil dalam perangko surat ke Banjarmasin? Willem III adalah Raja Belanda dan penguasa Luksemburg. Nama lengkapnya Willem Alexander Paul Frederik Lodewijk van Oranje-Nassau. Willem III lahir di Brussels, Belgia, pada tanggal 17 Februari 1817 dan meninggal di Het Loo, tanggal 23 November 1890. Usianya sekitar 73 tahun.

Willem III menjabat Raja Belanda dan penguasa Luksemburg dari tahun 1849 sampai 1890). Willem mewariskan tahta kepada putrinya, Wilhelmina yang ketika itu baru berumur 10 tahun. Jadi Willem III adalah ayah dari Ratu Wilhelmina.

BACA LAGI : Mengapa Plat Kendaraan Bermotor Kalsel Harus DA? Inilah Catatan Sejarahnya

Berdasarkan keterangan di situs kedaiantique.wordpress.com, perangko dengan gambar Raja Willem III ini memang perangko pertama beredar di Indonesia. Saat ini perangko Nederland Indie pertama cukup langka dan dicari oleh kolektor perangko (filatelis) untuk melengkapi koleksinya. Nilainya semakin hari semakin tinggi dan umum disebut dengan kode nama N-1 di kalangan vilatelis.

Harga psrangko pertama tersebut saat ini bisa mencapai puluhan juta rupiah. Namun, tergantung dari kondisi dan kelangkaannya. Perangko tersebut menjadi salah satu benda filateli yang cukup populer di kalangan filatelis, sebab cukup langka dan sulit untuk didapatkan. Mahalnya harga suatu benda filateli itu tergantung dari kepopuleran dan kelangkaannya. Semakin populer dan langka, maka semakin mahal pula harganya.

BACA LAGI : Societeit de Kapel, Gedung ‘Setan’ dan Dugem Kulit Putih

Selain perangko tahun 1866, terdapat perangko tertua lain menghiasi surat yang dikirimkan dari Banjarmasin ke Jerman. Perangko ini juga dikoleksi Dr. Albert Louis. Surat ini sama menggunakan perangko Raja Willem III tetapi berangka tahun 1869. Berwarna merah anggur (merah tua) dengan nilai nominal 10 sen. Tepatnya berbentuk strip vertikal di amplop yang dikirimkan dari Bandjermasin tanggal 18 Mei 1869. Surat ini dikirimkan dari Banjarmasin melalui Batavia hingga ke daratan Eropa melalui Marseille (Prancis) kemudian ke Bernburg, Prusia (Jerman).

Menurut keterangan Albert Louis dalam rute tertulis surat yang sebelumnya dikirimkan dari Banjarmasin itu akan disaluarkan via Alexandrien-Triest tetapi kemudian oleh petugas diubah menjadi via Marseille. Surat ini melalui rute yang panjang yakni rute Batavia-Singapura-Ceylon-Suez-Alexandria (dengan kereta api) hingga ke Marseille.

Selanjutnya di Marseille, diberi stempel dengan entri merah. Setibanya di Prusia (Jerman) dibubuhi stempel perbatasan. Tidak terdapat banyak keterangan dari dari surat ini. Walaupun demikian dari surat yang ditempeli perangko ini menunjukkan bahwa sebuah surat ke Eropa ternyata melalui proses dan rute yang panjang hingga ke penerimanya.

BACA LAGI : Nostalgia Hotel Bandjer, Berburu Tanggui di Pasar Kuin

Dalam perkembangannya hingga tahun 1921, cap muncul di tampilan yang berbeda. Drai beberapa literatur dituliskan perangko seri ini dikenal sebagai seri “brandkast” dan secara khusus dicetak untuk melayani pos sebagai tambahan untuk mengirim surat melalui laut dan dibuat tahan air. Perangko yang diterbitkan beberapa tahun kemudian lebih sering dimulai dengan menunjukkan budaya dan geografi kepulauan.

Selama periode Hindia Belanda, prangko yang dicetak di Belanda berasal dari perusahaan Yoh. Enschede & Zoner Haarlem, sedangkan beberapa percetakan dilakukan di Batavia (Jakarta) oleh Reproductiebedrijf Topografische Dienst. Sebagian besar pwrangko dicetak dalam satu atau dua warna.

Bagaimana dengan keberadaan kantor pos di Banjarmasin?  Pengiriman surat dari dan ke Banjarmasin pada tahun 1866 dan tahun 1869, belum menggunakan kantor pos khusus di Banjarmasin. Surat pertama (1866) dikirimkan masih lewat kantor pos Batavia. Pasalnya, dinas pos disatukan dengan dinas telegrap dengan status jawatan dengan nama Posten Telegrafdienst baru ada di beberapa daerah pada tahun 1877.

Kemudian surat yang kedua (1869) juga dikirim masih belum melalui kantor pos resmi di Banjarmasin. Walaupun demikian sudab bisa mengirimkan surat ke luar negeri via Batavia, karena saat itu Dinas Pos dan Telegraf Hindia Belanda sudah tergabung sebagai anggota Union Postale Universelle yang membawahi pengiriman surat dan barang secara internasional.

Khusus kantor pos di Banjarmasin secara resmi diperkirakan baru muncul sekitar tahun 1898, ketika Belanda kemudian mengangkat seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin, yaitu C.A. Kroesen.

BACA JUGA : Riwayat Pelabuhan Martapura Lama Era Belanda dan Jepang

Pada saat itu masyarakat Eropa membentuk pemerintahan Eropa untuk orang Eropa. Dicirikan adanya seorang Burgemeester kota di samping Residen yang sudah ada di dalam Karesidenan Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo. Gaya hidup Barat pun ikut terbawa. Bahasa Belanda menjadi bahasa golongan yang terpelajar dan lapisan atas.

Perkembangan modernisasi kota Banjarmasin dengan pusat-pusat perkantoran, bank, kantor pos, firma-firma Belanda, gereja, jalanan kampung Belanda, pasar, alun-alun, sungai dengan jembatan ringkap.(jejakrekam)

Penulis adalah Penasihat Komunitas Historia Indonesia Chapter Kalsel

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan

Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin

 

 

 

 

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2019/03/29/sejuta-memori-dari-perangko-pertama-di-banjarmasin/

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.