Mengimpikan Penyair Perempuan Banua dengan Karya Berkualitas

0

PENYAIR kondang Banua, Micky Hidayat menyebut di era 1980-an, banyak penyair perempuan bermunculan. Dari sisi kuantitas, kehadiran mereka sangat menggembirakan dan turut mewarnai dunia kepenyairan dan sastra yang sangat kental di Kalimantan Selatan.

DI SISI lain, tak semua karya puisi yang ditulis para penyair perempuan ini merupakan puisi yang bagus. Bahkan, terkesan asal jadi, tanpa ada kesan dan pesan yang kuat dalam rajutan bait demi baitnya.

“Banyak di antara mereka menulis puisi sekadar penyaluran hobi semata tanpa motivasi lebih serius menggeluti dunia puisi dan kepenyairan,” ucap Micky Hidayat kepada jejakrekam.com, Minggu (4/8/2019).

Di era 80-an, ada beberapa nama penyair perempuan berbakat dan potensial yang puisi-puisinya berkualitas. Sebut saja, Sri Supeni, Rietna Imran, Astuti Dardi, dan Lilis Martadiana. Kemudian,  Rietna Imran dan Sri Supeni merupakan dua penyair perempuan yang ikut dalam Forum Penyair Muda 8 Kota se-Kalimantan Selatan tahun 1982.

BACA : Dikritik Penyair Kawakan Micky Hidayat, Nay Tak Khawatir Plagiat

Kemudian di era 1990-an, bak cendawan di musim hujan, lahir pula puluhan penyair perempuan, di antaranya Dewi Yuliani, Uniek Mulyaning Sari, Nurul Karlina Hidayati, Seroja Murni, dan beberapa nama lagi yang puisinya dinilai berkualitas.

Di awal 2000-an sampai tahun 2019 ini, semakin banyak lagi kehadiran penyair perempuan yang meramaikan peta kepenyairan Kalimantan Selatan dan karyanya juga bagus, seperti Dewi Alfianti, Syafiqotul Machmudah, Nailiya Nikmah, Rissari Yayuk, Rismiyana, Ratih Ayuningrum, Khouriyyah Azzahro, Gladis Claudia, Rin Dea Putri, Helwatin Najwa, Agustina Thamrin, Trisia Chandra, dan puluhan penyair lainnya.

“Tumbuh dan berkembangnya penyair perempuan di Kalsel dari generasi ke generasi tentu sangat menggembirakan. Fenomena ini menunjukkan bahwa minat terhadap genre puisi lebih mendominasi ketimbang genre prosa di kalangan perempuan Kalsel,” beber putra sastrawan legendaris Kalsel, Hijaz Yamani ini.

BACA JUGA : Nay, Dari Prosa ke Puisi

Micky mengatakan kualitas puisi yang ditorehkan para penyair perempuan Banua, bahkan bisa bersaing dengan penyair dari luar Kalsel.

Untuk itu, ia mengimbau agar para penyair perempuan untuk tak cepat berpuas diri dan terus mengasah kreativitas serta lebih rajin mempublikasikan karyanya ke media cetak nasional dan internasional.

“Menulis puisi itu mudah, tetapi menulis puisi yang benar-benar puisi tidaklah semudah yang dibayangkan,” pungkas Micky.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.