Dari Usaha Penukaran Uang Baru, Bisa Raup Untung Ratusan hingga Jutaan Rupiah

0

JASA penukaran uang kertas gres jelang lebaran Hari Raya Idul Fitri jadi tradisi tahunan bagi para pegiat usaha ini. Meski rata-rata membantah sebagai pedagang uang, ternyata keuntungan dari jasa penukaran cukup menjanjikan.

BEBERAPA ruas jalan yang dipadati para ‘pedagang’ uang kertas anyar itu, kebanyakan di Jalan Lambung Mangkurat dan Jalan Anang Adenansi (Kamboja). Sejak pertengahan Ramadhan 1442 Hijriyah, ternyata para pelaku jasa penukaran uang sudah turun ke jalan.

Ada yang bermodal puluhan juta, hingga ratusan juta, demi meraup untung dalam jasa penukaran uang baru. Meski sebagian menolak disebut sebagai pedagang uang baru, toh jasa penukaran mendatangi laba. Sebagian ulama dan berdasar hukum Islam, menukar uang dengan meminta kelebihan pembayaran dimasukkan dalam riba yang terlarang atau haram hukumnya.

“Kami hanya meminta upah menukarkan uang baru saja, bukan menjual uang baru. Ya, sama seperti orang minta tolong untuk menukarkan uang pecahan besar ke pecahan kecil untuk nanti dibagikan saat lebaran. Ya, istilah kami hanya meminta upah, karena memang tidak akad untuk jual beli uang,” ucap Ahmad, seorang pelaku jasa penukaran uang di Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin saat ditemui jejakrekam.com, Selasa (11/5/2021) malam.

BACA : BI Pastikan Uang Pecahan Rp 75 Ribu Alat Sah Bertransaksi

Ia mengatakan hampir sebulan ini memang menawarkan jasa penukaran uang. Menurut dia, upah penukaran itu ditetapkan sesuai kesepakatan, tidak diselingi akad jual beli layaknya sebuah barang dagangan.

Ambil contoh. Ahmad diminta jasa menukarkan uang Rp 50 ribu dengan lembaran Rp 2.000 baru, dirinya mendapat ‘jatah’ Rp 5.000. Kemudian, ada beberapa orang yang punya 4 lembar uang Rp 100 ribu, ditukar dengan 40 lembar uang pecahan Rp 10.000. Ahmad pun mendapat upah sebesar Rp 40 ribu. Ya, semacam feenya, 10 persen.

“Tapi sekali ini, saya tidak jual uang. Saya hanya meminta upah yang ditawarkan kepada calon penukar uang. Jika setuju, ya kita tukarkan uang pecahan besar dengan pecahan kecil. Biasanya, uang yang banyak ditukar itu pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, dan Rp 5.000. Mungkin, untuk keperluan berbagi ‘angpao’ atau zakat di masyarakat kita,” beber Ahmad.

Tiap hari, Ahmad dengan sepeda motor maticnya membawa uang sedikitnya Rp 30 juta. Dari jasa penukaran uang, Ahmad mengaku bisa bawa pulang ‘keuntungan’ sekitar Rp 500 ribu atau lebih per hari.

Menurut dia, bagi para pemain lama dan bermodal besar, biasanya membawa uang baru dari berbagai macam pecahan mencapai ratusan juta. Bahkan, ada yang serius dengan uang berkarung-karung dalam mobilnya. Sedangkan, bagi pelaku penukaran jasa uang, menyimpan uangnya di bawah jok motor. Sedangkan, uang yang dipamerkan, hanya bagian depan dan belakang yang asli. Sedangkan, bagian tengahnya diganjal kertas karton atau gabus bekas.

“Ada yang bawa uang baru sampai Rp 100 juta. Mungkin, hasil dari jasa penukaran uang baru ini lebih besar dapatnya. Kalau saya, hanya ratusan ribu sehari, kalau yang bos-bos besar bisa jutaan rupiah per hari,” ungkap warga Jalan A Yani Km 4, Banjarmasin ini.

BACA JUGA : Jelang Lebaran, Penyedia Jasa Tukar Uang Sudah Bertebaran

Ia memperkirakan sehari jelang lebaran Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriyah, tepatnya Rabu (12/5/2021) besok, jasa penukaran uang baru untuk keperluan berbagi akan lebih banyak lagi. Apalagi, kantor Bank Indonesia di Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin, yang menjadi bank sentral penukaran uang baru akan tutup.

“Kesempatan ini biasanya kami manfaatkan. Tapi, kami tidak patok harga. Sesuai kesepakatan saja. Uang yang ditukar berapa, kami hanya minta upah penukaran. Jadi, bukan jual beli,” cetusnya lagi.

Ahmad pun menegaskan dirinya juga melayani jasa penukaran uang secara online melalu media sosial. Ia mengatakan pernah mengantarkan uang baru ke Martapura, Kabupaten Banjar, mendapat upah hanya puluhan ribu. Ia mengatakan hingga kini, meski bawa uang puluhan juta masih aman. Jauh dari aksi atau tindak kriminalitas, meski tergolong rawan pekerjaannya.

“Memang, jasa penukaran uang baru ini jadi pekerjaan saya. Tapi bisa dapat untung besar, ya saat jelang lebaran. Kalau hari biasa, tidak terlalu banyak permintaan. Apalagi, Ramadhan tahun lalu, ketika Banjarmasin menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), banyak yang pilih tukar uang secara daring,” ungkapnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.