Sosok Pemberani; In Memoriam Desmond J Mahesa di Mata Sahabat

0

Oleh : Sukhrowardi

SOSOK almarhum Junaidi alias Desmond J Mahesa merupakan pribadi yang unik dan membanggakan. Dia barangkali satu-satunya orang Banua yang berhasil terpilih selama tiga kali sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) di luar Kalimantan Selatan.

PADA Pemilu 2009 dan 2014 di dapil Kaltim, Pemilu 2019 di Banten. Mungkin baginya menang di kampung halaman sebagai hal yang wajar-wajar saja, tapi memang di kampung orang itu adalah sebuah kebanggaan.

Terpilihnya Desmond J Mahesa menjadi wakil rakyat di Senayan dari dua dapil yang berbeda sudah memberikan satu sinyal, kalau dia bukan sosok kebanyakan pada umumnya. Kegigihannya berjuang untuk mencapai apa yang dicita-citakan begitu luar biasa.

Kerja keras yang dilakoninya tentu saja merupakan nilai-nilai perjuangan yang tidak sederhana. Tak dapat diragukan lagi kalau dia adalah tokoh nasional dari Banua yang merangkak dari bawah untuk kemudian menduduki posisi mentereng sebagaimana terlihat sebelum beliau meninggal dunia.

BACA : 25 Tahun Reformasi, Desmond: Bandar dan Bandit Kini Pegang Kendali?

Saya berkawan dengan Demond J Mahesa sejak sama-sama kuliah dulu. Sama-sama di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) angkatan 1986, meskipun berbeda fakultas, kami sering bertemu dalam setiap gerakan mahasiswa. Almarhum kuliah di Fakultas Hukum dan saya di Fakultas Pertanian.

Kami pernah menggelar aksi bersama untuk menentang peredaran judi massal yang dilegalkan pemerintah Orde Baru saat itu. Program yang kami tentang saat itu bernama Porkas dan SDSB.

Porkas berasal dari kata forecast, merupakan sarana untuk mengumpulkan dana masyarakat untuk olahraga yang mulai dikenal mulai awal tahun 1986. Kemudian setelah memakai berbagai nama akhirnya namanya menjadi SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah).

BACA JUGA : Review Buku Desmond J. Mahesa; ‘Matinya Narasi Presiden Wong Cilik’

Pada awal beredarnya Porkas dan SDSB memang belum terlihat dampak negatif yang timbul, terutama terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat. Seiring berjalannya waktu dampak Porkas/SDSB mulai dirasakan oleh masyarakat, terutama masyarakat miskin. Rakyat miskin menjadi malas dan tidak produktif.       

Untuk terus melakukan aksi penolakan SDSB tersebut, maka kami bersama mahasiswa lainnya di Kalsel melakukan demonstrasi ke kantor Gubernur Kalsel yang saat itu dijabat Ir HM Said. Di sini peran Desmond J Mahesa sebagai demonstran memberikan orasi-orasi cerdasnya sangat terlihat.

Waktu berlalu, saya berkesempatan lagi bertemu dengan Desmond dalam aksi peduli lingkungan Banjarmasin yang kala itu sedang gigihnya ingin meraih Piala Adipura. Kebetulan saya punya organisasi bernama ASIK, singkatan dari Aksi Solidaridaritas Kebersihan. Beberapa orang anggota Tim ASIK saat itu antara lain Gusti Rina Arhadi, Masrani dan Sahbirin Noor yang saat ini sebagai Gubernur Kalsel.    

BACA JUGA : Refleksi Kritis Aktivis asal Kalsel di Tengah Pandemi: Review Buku Desmond J Mahesa

Pada waktu itu, kami masih menjalani tugas akhir kuliah pertanian dan kehutanan. Kegiatan kita pada waktu itu bersama Desmond J Mahesa adalah bersih-bersih wilayah terminal dan pasar dengan gelar apel besar bawa sapu dan skop serta truk pengangkut sampah dengan ribuan pelajar dan mahasiswa.

Dari lembaga ASIK kegiatan ini dipimpin oleh Sahbirin Noor  sementara dari lingkungan perguruan tinggi antara lain Fakultas Hukum ULM diwakili oleh Desmond J Mahesa yang maju membawa bendera KSLH (Kelompok Studi Lingkungan Hidup, saya sempat mendampinginya..  

Waku terus berlalu, di tahun-tahun menjelang kejatuhan Orde Baru, nama Desmon J Mahesa seperti menghilang dari peredaran kalangan aktivis di Kalsel. Ternyata dia sedang mengadu nasib di Jakarta. Namanya kemudian terbaca di koran-koran nasional termasuk salah satu aktivis yang diculik oleh rezim Orde Baru.

BACA JUGA : Desmond dari Sudut Pandang Kolega-Kawan Seperjuangan

Saya membaca dan mengikuti perkembangan penculikan Desmond dan kawan-kawan hingga Desmond dilepas. Saya sempat mendampingi Desmond menginap di tempat mamanya yang ada di Pasar Batuah, Jalan Veteran Banjarmasin. Saat itu, saya juga sempat mengajak Desmond ke rumah saya, bangunan baru yang terletak di daerah Bumi Mas Raya yang sekarang menjadi Komplek Bumi Jaya.

Setelah dua puluh tahunan berlalu, Desmond sudah menjadi tokoh dan politisi nasional dari Banua yang berangkat dari titik nol. Dikaruniai dua anak dengan keluarga yang harhomis. Rumahnya yang ada di Jakarta, Sungai Tabuk/Banjarmasin dan Kota Serang tidak hanya diperuntukkan untuk keluarganya, tapi juga menampung kawan-kawan aktivis dan seniman berkumpul, berdiskusi atau membicarakan berbagai topik masalah-masalah sosial, budaya, hukum dan persoalan negara lainnya.        

BACA JUGA : Bertandang ke Polda Kalsel, Komisi III DPR RI Pertanyakan Kasus Meninggalnya 3 TKA Asal China

Sikap keras, lugas, tegas, dan kritis masih sangat tampak terbawa dalam kancah perpolitikan nasional  semenjak ia menjadi wakil rakyat di Senayan. Berbagai isu yang ia soroti selalu menjadi perhatian dan pemberitaan nasional. Kepergiannya menghadap sang Khalik pada Sabtu (24/6/2023) mengejutkan semua orang. Kita kehilangan seorang tokoh yang sudah banyak mewarnai dinamika politik nasional. Selamat Jalan Sahabat (jejakrekam)

Penulis adalah Anggota Fraksi Golkar DPRD Kota Banjarmasin

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.