Dari Hasil Riset ULM; Kalangkala, Buah Khas Pedalaman Kalimantan Bisa Jadi Obat

1

TERGOLONG buah musiman setahun sekali, kalangkala atau dalam bahasa latin, litsea angulata merupakan salah satu spesies dari Genus Litsea yang termasuk ke dalam family Lauraceae.

BUAH yang mirip terong pipit ini dapat hidup di daerah tropis dan subtropis hingga ketinggian 300 m. Kebanyakan tersebar di Pulau Kalimantan, hingga Sumatera dan Jawa.

Bagi masyarakat Banjar dan Huku Sungai, buah kalangkala menjadi menu pelengkap makan, laiknya petai atau jengkol (jaring). Apalagi, kalangkala banyak tumbuh di hutan pedalaman Kalimantan.

Buah ini tergolong cukup sulit dicari di pasar. Ini karena para peminatnya dari kalangan tertentu. Salah satu penjual yang menjajakan buah kalangkala adalah Jon.

Warga Kelayan Banjarmasin ini menggelar lapak di tepian Jalan Gerilya, menawarkan buah khas itu yang didatangkan dari Anjir, Barabai dan Kandangan.

“Dua keranjang saya bawa. Buah kalangkala ini saya jual pertiga gondokan seharga Rp 10 ribu. Bagi para peminat, tentu akan lahap memakan buah. Tapi hati-hati kalau yang memiliki kadar kolesterol dan tinggi darah, untuk memakannya tak berlebihan,” ucap Jon kepada jejakrekam.com, Jumat (3/9/2021).

BACA : Membaur di Pasar Amuntai, Syaifullah Tamliha Doyan Menyantap Buah Kalangkala

Pria paruh baya ini mengaku karena buah musiman dan panen hanya setahun sekali, membuat buah kalangkala tergolong cukup langka dijual di pasar.

“Kalau sudah musim, banyak buahnya. Saya saja tiap hari bawa sekitar 500 biji. Buah kalangkala ini dikasih air panas, ditambah ikan kering bisa menambah nafsu makan,” kata Jon, seraya berpromosi.

Menurut dia, laiknya petai atau jengkol, buah khas Kalimantan ini menjadi menu pendamping bahkan utama dalam hidangan masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan.

“Makanya, banyak yang beli itu kebanyakan urang Banjar,” ujarnya terkekeh.

Menariknya, berdasar hasil riset dosen Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Susi mengungkap fakta menarik.

Dalam jurnal setebal 15 halaman berjudul; Identifikasi Komponen Kimia Buah Kalangkala dan Binjai sebagai Bahan Pangan, Siti menganalisis proksimat pada daging buah kalangkala menunjukkan bahwa kadar air buah kalangkala cukup tinggi (74.99 persen) dibandingkan daging buah binjai.

“Daging buah kalangkala cukup dominan mengandung lemak (1.67 persen), protein (8.40 persen) dan serat kasarnya (10.57 persen). Jika dikorelasikan dengan tekstur buah kalangkala yang terasa berlemak, maka dapat diduga komponen asam lemak esensial yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan dapat terkandung pada daging buah kalangkala,”urainya.

BACA JUGA : Ini Lima Metode ‘Batambaan’ Pengobatan Tradisional Masyarakat Banjar

Dari uji laboratarium di dua tempat; Laboratorium Dasar MIPA ULM Banjarmasin dan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jakarta, Siti pun berkesimpulan dengan kandungan seratnya yang tinggi, maka buah ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber serat pangan.

“Pada bagian tepung biji kalangkala kandungan lemaknya cukup tinggi sebesar 36.72 persen dibanding pada tepung biji binjai yang hanya 3.17 persen. Sementara untuk kandungan proteinnya relatif tidak jauh berbeda, untuk biji kalangkala mengandung protein 16.80 persen, dan biji binjai sebesar 17.50 persen,” paparnya.

Siti melanjutkan, kandungan karbohidrat pada tepung biji kalangkala dan biji binjai, secara berturut-turut yaitu 27.27 persen dan 29.70 persen.

“Biji buah biasanya dianggap sebagai by product atau limbah yang tidak dimanfaatkan, padahal disisi lain biji buah cukup banyak mengandung serat yang dapat berguna sebagai sumber serat pangan,” tulis Siti.

Menurut dia, serat pangan terdiri dari polisakarida non pati yang meliputi selulosa, hemiselulosa, pectin, b-glukan, gum dan lignin). Serat pangan  dapat dimanfaatkan sifat nutrisinya dan meningkatkan pemanfaatan by product sebagai bahan pangan fungsional.

BACA JUGA : Ayo, Selamatkan Plasma Nutfah Buah Endemik Kalimantan

“Pemanfaatan serat pangan dari buah eksotik dan indigenous maupun biji buahnya dapat menjadi bahan formulasi produk kaya serat pangan karena makanan tinggi serat pangan mampu mencegah dan mengurangi beberapa penyakit salah satunya jantung koroner,” ucapnya.

Ia pun mengutip Heredia et al. (2002) menyatakan serat pangan berperan dalam meningkatkan volume feses, mengurangi waktu transit dalam usus, mengurangi kolesterol dan tingkat glikemia, mampu mengikat zat berbahaya bagi manusia (agen mutagenik dan karsinogenik), merangsang proliferasi flora usus dan lain sebagainya.

“Sedangkan, pada biji buah kalangkala, asam lemak yang cukup dominan adalah asam lemak kaprat (78.668 µg/mg), asam miristoleat (139.753 µg/mg) dan asam palmitoleat (116.013 µg/mg). Sedangkan untuk asam lemak rantai panjang (C ≥20) yang teridentifikasi adalah asam arakhidonat sebesar 190.700 µg/mg, asam lignoserat 61.713 µg/mg dan asam docosaheksaenoat (C22 : 6) sebesar 73.539 µg/mg. Buah (pulp dan biji) kalangkala cukup potensial mengandung komposisi asam lemak yang baik untuk kesehatan terutama PUFA (Poliunsaturated Fatty Acid) baik dari EPA dan DHA,” tulisnya.

Bahkan, Siti menegaskan pada buah kalangka mengandung senyawa fitokimia alkaloid yang dalam jumlah tertentu berperan menjadi obat.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2021/09/03/dari-hasil-riset-ulm-kalangkala-buah-khas-pedalaman-kalimantan-bisa-jadi-obat/,kalangkala kolesterol,manfaat buah kalangkala,buah kalang kala apakah mengandung kolestrol,Buah kalangkala,https://jejakrekam com/2021/09/03/dari-hasil-riset-ulm-kalangkala-buah-khas-pedalaman-kalimantan-bisa-jadi-obat/#:~:text=“Daging buah kalangkala cukup dominan serat kasarnya (10 57 persen),Kalangkala,manfaat buah kalangkala kalimantan,manfaat kalangkala untuk lambung
Penulis Asyikin/Didi GS
Editor Didi G Sanusi
1 Komentar
  1. Mee berkata

    Saya ingin tahu apakah sudah ada penelitian ttg nilai gizi kalangkala ?

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.