Moda Transportasi Sungai Kian Menepi, Kejayaan Dermaga Pasar Baru-Ujung Murung Kini Tinggal Cerita

0

CERITA kejayaan moda transportasi sungai di Banjarmasin hanya tinggal kenangan. Masa keemasan kelotok, kapal dagang dan lainnya yang jadi penghubung antar wilayah terus memudar.

DUA saksi bisu kejayaan moda transportasi di Sungai Martapura itu adalah Dermaga Pasar Baru dan Dermaga Pasar Ujung Murung. Dua dermaga ini memang hingga kini masih berfungsi, terlebih lagi kawasan itu telah dipercantik dengan siring Sungai Martapura.

“Dulu pada tahun 1980 dan 1990-an, hingga awal 2000-an, Dermaga Pasar Baru ini melayani rute pelayaran dari ke Banjarmasin ke sejumlah wilayah. Seperti Kuala Kapuas (Kalteng), Anjir hingga Tamban (Barito Kuala),” ucap Yanuar, motoris ‘bis air’ yang masih tersisa di Dermaga Pasar Baru kepada jejakrekam.com, Sabtu (27/8/2022).

Menurut dia, begitu akses jalan darat terutama saat Jembatan Barito dengan Jalan Trans Kalimantan menghubungkan Banjarmasin ke Palangka Raya, Kalteng, lamat-lamat moda transportasi seperti bis air, longboat hingga speedboat ditinggalkan para penumpangnya.

BACA : Bernilai Rp 600 Miliar, Investor Siap Bangun Pasar Modern Pasar Ujung Murung-Sudimampir Baru

Ini karena, durasi waktu tempuh menuju ke Palangka Raya, Kapuas dan sekitarnya lebih lama di perairan sungai dibandingkan dengan mobil. Bahkan, saat ini, bisnis travel pun menjamur, termasuk mobil rental di Banjarmasin.

“Saat ini, kapal yang ada hanya melayani rute Tamban-Banjarmasin. Sedangkan, untuk tujuan Kuala Kapuas dan Anjir sudah tidak beroperasi lagi,” kata Yanuar.

Dibandingkan angkutan darat, Januar mengatakan moda transportasi sungai masih memiliki keunggulan. Terutama untuk pengangkutan barang yang dibeli dari kawasan Pasar Lima, Pasar Baru, Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir yang menjadi pusat perdagangan grosir di Banjarmasin.

BACA JUGA : Dirancang 8 Lantai, Ini Konsep Wajah Baru Pasar Ujung Murung-Sudimampir Baru

“Karena masyarakat sekarang ingin lebih cepat sampai dan faktor keselamatan juga jadi pilihan, sehingga kelotok atau kapal air ditinggalkan. Ya, sekarang, masih bisa dihitung dengan jari, kapal atau kelotok yang melayani rute ke Tamban,” kata Yanuar.

Kapal longboat dan kapal dagang saat bersandar di kawasan Dermaga Pasar Baru yang tidak sebanyak dulu di Banjarmasin. (Foto Sirajuddin)

Dia mengakui para pengguna kapal di Dermaga Pasar Ujung Murung maupun Pasar Baru, kebanyakan adalah para pedagang, bukan penumpang biasa. Apalagi, sekarang akses menuju ke Tamban sudah terkoneksi dengan adanya kapal penyeberangan (feri) baik di kawasan Banjar Raya, Dermaga Alalak dan lainnya.

BACA JUGA : Atasi Macet, Banjarmasin Perlu Hidupkan Transportasi Sungai

“Jadi, untuk warga Tamban dan sekitarnya lebih memilih menggunakan sepeda motor ke Banjarmasin atau sebaliknya. Ini karena akses jalan darat sudah terhubung ke daerah Tamban, berbeda dengan tempo dulu,” beber Yanuar.

Pelaku usaha transportasi sungai, M Syamsuddin pun tak memungkiri era kejayaan angkutan sungai sudah berlalu. Ia ingat betul pada 1980-an hingga awal 2000-an, ketika akses jalan darat belum terhubung, pilihan utama adalah moda transportasi sungai di Banjarmasin.

“Mereka yang berasal dari Anjir, Tamban, Kuala Kapuas dan daerah lainnya mau ke Banjarmasin pasti memanfaatkan jasa kelotok, kapal air atau longboat. Sekarang, sudah digantikan mobil atau taksi,” kata Syamsuddin.

BACA JUGA : Kembangkan Moda Transportasi Sungai Dan UMKM, Walikota Ibnu Sina Ingin Kapal Pesiar Masuk Banjarmasin

Anggota DPRD Banjarmasin dari Fraksi Golkar, Sukhrowardi mengakui tradisi lama menghidupkan kota perdagangan lewat sungai sepertinya sudah dilupakan pengampu kebijakan di Banjarmasin.

“Padahal, Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir merupakan ikon Banjarmasin. Ya, boleh disebut Pasar Tanah Abang-nya Kalsel. Sebab, para pembeli bukan hanya datang dari Hulu Sungai dan kota-kota lainnya di Kalsel, tapi juga dari Kalteng dan Kaltim,” kata Sukhrowardi.

BACA JUGA : Era Moda Transportasi Sungai Banjarmasin Berakhir?

Sayang, kata dia, justru Pemkot Banjarmasin seakan melupakan jati dirinya karena faktanya kedua pasar itu justru terkesan gagal direvitalisasi.

“Sejak era Walikota Sofyan Arpan, diteruskan Walikota HA Yudhi Wahyuni dan terbaru di masa Walikota Ibnu Sina selalu mengemuka rencana revitalisasi Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir, tapi selalu mendapat penolakan. Padahal, kawasan siring kedua pasar itu sudah dipercantik, kenapa bangunan pasar lawas itu tidak segera direvitalisasi?” kata anggota Banggar DPRD Banjarmasin ini.

BACA JUGA : Sepakat dengan Kalteng, Alur Transportasi Sungai Anjir Serapat Dioptimalkan Lagi

Menurut Sukhrowardi, sebenarnya ada dua keunggulan di Banjarmasin tak dimiliki daerah lain. Yakni, Pelabuhan Trisakti dan Pasar Ujung Murung-Sudimampir yang menjadi pusat pergerakan ekonomi kota.

“Anehnya, dua kawasan ini dibiarkan tanpa tertata dengan baik. Padahal, perputaran uang dari kedua pasar itu sangat tinggi di Banjarmasin, karena menjadi pusat grosir bahkan banyak barang di Kalteng dan Kaltim justru didatangkan dari kedua pasar itu,” imbuh Sukhrowardi.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/08/27/moda-transportasi-sungai-kian-menepi-kejayaan-dermaga-pasar-baru-ujung-murung-kini-tinggal-cerita/
Penulis Sirajuddin
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.