Daya Beli Masyarakat Rendah, Omzet Penjualan Obat Menurun Drastis

0

DITENGARAI akibat daya beli masyarakat makin rendah, juga berimbas terhadap omzet penjualan obat-obatan farmasi. Hal ini yang dirasakan para pedagang obat di kawasan Pasar Baru Permai yang dulu dikenal dengan sebutan Pasar Kujajing, Banjarmasin.

PENGELOLA Apotek Zalfa di Pasar Baru Permai, Ahmad Gaffar mengakui ada penurunan omzet mencapai 50 hingga 60 persen penjualan obat-obatan farmasi.

“Padahal, di pasar ini juga melayani resep dokter, karena bukan toko obat biasa, karena sudah ada para apoteker,” ucap Gafar kepada jejakrekam.com, Selasa (27/11/2018).

Ia mengungkapkan penurunan omzet penjualan sudah berlangsung sekitar enam bulan belakangan. Gafar menunjuk kondisi Pasar Baru Permai yang relatif sepi dibandingkan hari-hari biasanya.

“Dulu, memang permintaan obat-obatan cukup tinggi. Terutama dari daerah, sekarang perusahaan besar farmasi juga sudah mendirikan toko besar atau cabang di berbagai daerah. Terutama di wilayah Banua Anam,” tutur Gafar.

Tak hanya itu, Gafar mengungkapkan saat ini bahan baku atau obat-obatan yang dibeli dari agen besar juga mengalami kenaikan harga mencapai 100 persen. “Dulu, misalkan kami beli obat flu dari berbagai merek, hanya berkisar Rp 20 ribu, sekarang jadi Rp 40 ribu. Akhirnya, karena daya beli pembeli turun, membuat obat-obatan ini tak lagi laku keras,” ucap Gafar.

BACA : Cumi Kering Positif Mengandung Formalin, BBPOM Banjarmasin Minta Produk Ditarik

Hal serupa juga dirasakan Yusuf. Pedagang obat di Pasar Baru Permai ini mengakui kemudahan warga untuk berobat ke puskesmas serta fasilitas kesehatan seperti dokter umum, atau rumah sakit juga turut mempengaruhi menurunnya permintaan obat-obatan di pasar.

“Apakah ada hubungannya dengan makin membaiknya kesehatan masyarakat, kami belum tahu. Yang pasti, omzet penjualan obat-obatan dan termasuk alat kesehatan juga menurun tajam,” kata Yusuf.

Ia tak memungkiri persaingan toko obat dan apotek juga cukup tinggi, khususnya di Banjarmasin. Terlebih lagi, pedagang besar farmasi (PBF) juga telah membangun toko-toko besar dengan harga bersaing dengan pasar.

“Mungkin, banyak yang membeli di apotek atau PBF. Namun, kami yakin berdasar pengalaman, karena daya beli masyarakat menurun,” ucapnya.

Ini ditambah, menurut Yusuf, sudah banyak berdiri toko-toko obat kecil yang menjangkau wilayah pelosok kota. “Sekarang kami hanya bisa mempertahakan pelanggan, tak bisa lagi menambah pelanggan baru,” kata pria berkacamata ini.

BACA JUGA : BPOM Banjarmasin Sita Puluhan Jenis Obat dan Jamu Tradisional Ilegal

Penurunan omzet penjualan obat, diakui Yusuf juga turut memengaruhi perputaran uang di Pasar Baru Permai yang menjadi sentra perdagangan obat-obatan farmasi di Banjarmasin. Disinggung berapa besarnya? Yusuf berkilah itu menjadi rahasia pedagang masing-masing. “Ya, terjadi penurunan mencapai 50 persen dibandingkan bulan-bulan lalu. Penurunan ini terjadi sudah hampir setengah tahun ini,” tuturnya.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2018/11/27/daya-beli-masyarakat-rendah-omzet-penjualan-obat-menurun-drastis/,omset apotek tinggi
Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.