Mohamed Salah, Pahlawan Liverpool Mengubah Pandangan Rakyat Inggris terhadap Islam

0

BUKAN rahasia lagi bahwa masyarakat Inggris menilai lslam sebagai agama yg menimbulkan ketakutan tersendiri. Banyak orang-orang Inggris yang mengalami fobia pada Islam karena banyak rumor yg beredar mengenai terorisme dan santernya pergerakan ISlS. Namun, di tengah-tengah fenomena ini tiba-tiba muncul seorang Mohamed Salah yang berhasil membuat rakyat Inggris mencintainya.  Perlu diketahui, Salah beragama Islam dan merupakan muslim yang taat.

PRESTASINYA tidak hanya di lapangan, tetapi juga memiliki segudang kegiatan amal dan sosial di luar karier sepakbolanya. Salah telah mencetak 43 gol dalam 45 pertandingan di tahun pertamanya di Liverpool. Salah juga telah merangkul anugerah pemain terbaik Liga Inggris musim ini beberapa hari yang lalu, bahkan Salah turut membantu The Reds melangkah ke Semifinal Liga Juara-Juara Eropa atau Liga Champions.

Bertemu dengan AS Roma, di leg pertama Liverpool berhasil mengalahkan AS Roma (5) – (2). Terbukti, M Salah menjaringkan 2 gol dan 2 assist. Hingga, Liverpool sebelah kaki sudah berada di final Liga Juara-Juara Eropa.

Liverpudlian, fans Liverpool, bahkan membuat chant alias yel-yel baru demi Salah. Chantnya yang berbunyi…
“Jika Tuhanmu cukup baik untukmu,
Tuhanmu cukup baik untukku,
Jika kamu mencetak beberapa gol lagi,
Lalu aku akan menjadi muslim juga!”

“Jika Tuhanmu cukup baik untukmu,
Tuhanmu cukup baik untukku,
Duduk di masjid bersamamu,
Itulah tempat yang ingin aku tuju!”

Luar biasa sekali, Salah berhasil mengubah pandangan rakyat Inggris dari yang awalnya fobia terhadap Islam menjadi mulai lunak dan menghargai muslim di negara ini.

Munculnya  chant tersebut tidak lepas dari perilaku beragama Salah yang kerap disorot.  Misalnya, Salah selalu shalat sebelum pertandingan dan jika membuat gol, dia akan selalu membungkuk dalam doa atau sujud syukur.

Penggemar percaya bahwa Tuhan yang dipercayai Salah telah nembantu dia selama pertandingan, bahwa kepercayaan yang dianut telah membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Padahal, suporter Inggris terkenal punya perilaku paling buruk dan rasis di dunia.

Salah mendapat julukan The Pharaoh atau The Egyptian King karena dia berasal dari Mesir.  Beberapa kegiatan sosial yang dilakukan Mohamed Salah juga mengundang decak kagum penggemarnya.

Misalnya saja, Salah terkenal suka bersedekah untuk orang-orang yang kekurangan. Dia juga beberapa kali tertangkap kamera sedang membaca Alqur’an atau membawa kitab suci umat Islam itu setiap kali dia pergi.

Mohamed Salah juga pernah menyumbang sekitar Rp 9,3 miliar utk penyediaan alat pengobatan kanker. Dia juga mendermakan Rp 3,5 miliar untuk kawin massal 70 pasangan di kota asalnya. Setiap bulan, dia rutin menyisihkan Rp 40 juta untuk santunan fakir miskin di Mesir.

Satu gol yang ia cetak bernilai satu lembu atau sapi yang disembelih dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin, itu sebagai tanda syukurnya. Bahkan saat menikah pada tahun 2013, terlihat istrinya juga mengenakan jilbab modern dan tetap menutupi rambutnya.

Serangan teror mungkin telah menghilangkan kepercayaan penduduk dunia pada Islam, tapi M Salah berhasil mengubahnya dengan prestasi yang dia tunjukkan. Kini, Mohamed Salah menjadi bintang sepakbola kebanggaan Liverpool dan juga kebanggaan bagi seluruh ummat Islam di dunia. Saya menonton laga pertama semifinal Liga Champions dari layar televisi, saat Liverpool menang atas AS Roma, 5 – 2, Rabu (25/4/2018) dinihari WIB.

Mohamed Salah membawa bola begitu cepat. Pada suatu detik, ia dijegal dari belakang. Ia jatuh. Lalu bangkit berdiri. Tapi segaris senyum masih ada di wajahnya. Bahunya terangkat dan tangannya memberi isyarat yang bisa ditafsirkan “apa boleh buat”.

Dibandingkan dengan para pemain lain yang marah bila kena, atau terjungkal, atau mengaduh-aduh bila terganjal, Mohamed Salah asal Ngagrik, Mesir ini meletakkan dirinya dalam satu kategori lain. Dialah sang superstar.

Salah pasti tahu ratusan juta mata menyaksikan dan menilainya di pertandingan itu. Ia tahu lapangan hijau Stadion Anfield, Liverpool adalah pentasnya yang paling anggun. Dia toh tahu dia bukan pemain yang bakal tidak tercatat dalam sejarah sepak bola dunia. Dalam usianya yang 25 tahun, dialah justru si pembuat tugu sejarah: kesebelasan Liverpool mendekati posisi ke final di kota Kiev.

Tidak mudah untuk terganjal jatuh tapi tersenyum. Salah bagaikan Mozart di lapangan bola. Kerja bola yang kasar diolahnya menjadi repertoire yang indah. Operan Salah demikian indah, memikat, dan enak disantap. Dari dia, bola jatuh persis di depan kaki rekan-rekannya, seakan tidak luput satu milimeter pun.

Rabu dini hari WIB itu Salah dengan sangat menawan mencetak dua gol. Ia juga menyumbang dua assist untuk rekannya Mane dan Firmino. Ketika Stadion Anfield pecah dengan sorak sorai bergemuruh karena dua gol Salah yang bersarang di gawang AS Roma. Ia terlihat menundukkan kepala dan menolak selebrasi yang berlebihan. Ia nampak masih menghormati bekas klubnya yang dulu memberinya nafkah.

Komentar pers Inggris menggambarkan Salah sebagai pemain besar yang bergaya hidup baik dan rendah hati. Ia tak pernah sekali pun nongkrong di bar-bar melewatkan malam dengan bercinta dengan foto model-foto model setempat. Di dalam pesawat di setiap perjalanan pulang ke Inggris setelah laga kemenangan ia tak berulah seperti rekan-rekannya yang mabuk-mabukan. Di dalam pesawat, ia membaca kitab suci Alquran sambil ditemani secangkir kopi susu panas. Demikian juga setiap acara kunjungan dari para istri atau teman wanita (sex bomb) di hotel, Salah selalu dikunjungi istrinya Magi yang selalu tampil cantik berhijab dan anaknya Makka (4 tahun).

Maka fans Liverpool tidak hanya memuji Salah sebagai penyerang hebat. Tapi mereka juga menyatakan diri bakal menjadi Muslim dan ikut aktif bersama Salah di masjid (Tempo, 4/3/2018), Bahkan pelatihnya sekarang, Juergen Klopp, mengatakan bahwa Salah adalah pemain bintang, yang membaca kitab suci agamanya dan mengamalkannya serta mempraktikkan hukum-hukumnya.

Di Mesir, Salah menjadi idola anak-anak muda. “Aku ingin seperti Mohamed Salah ketika besar nanti,” ujar Mohamed Abdel, bocah berusia 12 tahun dari desa Nagrig. Dan berkat bola, Salah mampu membangun rumah sakit modern di desanya Nagrig serta memberikan bantuan untuk pendidikan kaum papa di desa asalnya Nagrig dan Mesir.

Di Inggris, fan Liverpool dengan riang berteriak bersama-sama: “Assalamu’allaikum, Salah, we need you!” Ketika di mana dakwah dengan sikap dan tindakan lebih dibutuhkan dari pada dengan lisan, maka dakwah dengan ahlak dan adab yang baik bisa mengalahkan 1000 majelis ilmu tentang akhak.
Orang menyebutnya sebagai keteladanan.(jejakrekam)

Dikutip dari Rumah Ruqyah Indonesia (LH, 28 April 2018)

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.