LPM Sukma UIN Antasari Perdalam Reportase Investigasi

0

UNTUK lebih menumbuhkan jiwa jurnalis kampus yang berkarakter dan analis, puluhan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin yang tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa Suara Kritis Mahasiswa (LPM Sukma) menggelar pelatihan jurnalistik tingkat dasar (PJTD) 2018 di kawasan Taman Agrowisata Tambang Ulang Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Sabtu (28/1/2018).

KETUA LPM Sukma UIN Antasari Banjarmasin, Husni mengungkapkan kegiatan pelatihan jurnalistik baik tingkat dasar maupun lanjt digelar rutin dalam dua kali setahun. Menurut dia, kegiatan telah berlangsung sejak 25-28 Januari 2018, dengan tujuan lebih memperdalam pengetahuan para calon wartawan kampus guna lebih berkualitas sebagaimana jurnalis profesi di dunia luar.

“Untuk kegiatan kali ini melibatkan 25 peserta baik mahasiswa dan mahasiswi yang sebelumnya telah ikut dalam pelatihan pengenalan anggota (pena) serta diberi bekal wawasan tentang cara kerja dasar jurnalistik. Melalui pelatihan ini, kami berharap para peserta dapat menambah pengetahuan jurnalistik,” ucap Husni kepada jejakrekam.com, Sabtu (27/1/2018).

Sementara itu, pemateri pelatihan reportase investigasi, Didi G Sanusi mengungkapkan untuk menjadi seorang jurnalis atau koresponden, wajib memahami konsep atau teknik standar untuk meramu sebuah berita. “Teknik dasar itu harus tetap mengacu ke konsep baku 5W+1H, yakni what (apa), who (siapa), when (kapan), where (di mana), dan how (bagaimana). Standar ini tentu wajib dikuasai seorang jurnalis, agar tak melenceng dari sebuah kaidah pemberitaan,” tuturnya.

Mantan wartawan Radar Banjarmasin mengungkapkan selain wawasan penguasaan teknik dasar, seorang wartawan juga harus memiliki karakter kuat dan idealisme, sehingga karya tulisannya dapat memiliki kekhasan dan nilai-nilai yang berbobot dan menjunjungi tinggi asas faktual dan diperkuat data.

Begitupula dalam teknik reportase independen, Didi yang juga anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Biro Banjarmasin Cabang Balikpapan membekali para jurnalis kampus untuk menjadi seorang wartawan investigasi. Mantan redaktur Sinar Kalimantan dan Media Kalimantan ini mengungkapkan dalam menjalankan trik liputan investigasi, tentu dibutuhkan berbagai metode seperti menyamar, menempel dan penyamaran berjarak serta dibutuhkan tim yang kuat. “Sebab, untuk melakukan sebuah liputan mendalam, tak boleh hanya mengandalkan satu wartawan. Reportase investigasi merupakan kerja tim. Inilah dibutuhkan pentingnya menggali data yang mendalam dari berbagai sumber yang terpercaya,” tutur Didi.

Koordinator Solidaritas Jurnalis Banua ini mengatakan teknik wawancara, observasi, dan referensi sangat penting dalam menggali, mengolah hingga menyajikan dalam sebuah berita mendalam atau investigasi perlu kerja tim, bukan hanya dilakoni satu wartawan. “Misalkan, ada narasumber yang agak sulit ditembus, tentu perlu teknik khusus untuk itu,” ucap Didi.

Namun, Didi menekankan pentingnya mengutamakan aspek keselamatan dalam menjalankan liputan investigasi, terlebih lagi jika berita itu nantinya membuka fakta-fakta yang tersembunyi dan berhadapan dengan kekuatan besar.

“Sekali lagi, reportase investigasi itu membutuhkan kerja tim. Makanya, sebelum bergerak, maka perlu ada anatomi kasus sebagai acuan dalam melakukan investigasi di lapangan. Makanya, perlu sebuah keberanian dan keakuratan serta gigit dan jeli mencari narasumber yang terpercaya, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang memancing narasumber untuk membuka data dan fakta,” tutur Pimred jejakrekam.com.

Slah satu peserta PJTD 2018, Ahmad Rifai’i pun bertanya soal narasumber yang minta tak disebutkan jati dirinya. “Ya, jika narasumber yang memberi data itu, maka haknya harus dihormati. Termasuk, hak tolak yang dimiliki seorang wartawan untuk tak menyebutkan nama narasumbernya. Ini semua juga mempertimbangkan aspek keselamatan dan keamanan si narasumber,” paparnya.(jejakrekam)

Penulis : Ipik Gandamana

Editor   : Fahriza

Foto     : Ipik Gandamana

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.