Ekonomi Global Tahun 2019 Semakin Tidak “Ramah”

0

PEREKONOMIAN Kalimantan Selatan pada tahun 2020 berpeluang meningkat seiring pemulihan kinerja ekspor dan pertambangan batu bara serta meningkatnya industri pengolahan.

ADAPUN pertumbuhan ekonomi Kalsel pada tahun 2019 kembali menghadapi tantangan dari tertahannya kinerja ekspor dan pertambangan batu bara sehingga diprakirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2018.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Kantor Perwakilan BI Kalsel Herawanto disela acara pertemuan tahunan Bank Indonesia 2019 di Kantor Perwakilan BI Kalsel, Rabu (11/12/2019) dengan mengangkat tema “Sinergi, Transformasi, Inovasi Ekonomi Kalsel Menuju Indonesia Maju”.

BACA: Pertumbuhan Ekonomi Kalsel Meningkat

“Ekonomi global sepanjang tahun 2019 semakin tidak ramah. Perang dagang meluas mencirikan turunnya globalisasi. Hal ini turut berdampak pada perekonomian Indonesia termasuk Kalsel,” ungkapnya.

Kalimantan Selatan yang selama ini bergantung pada sektor sumber daya alam ekstraktif, kini menuju sektor bernilai tambah tinggi dan berkelanjutan. Dengan lebih mengembangkan manufaktur, pariwisata, maritim, pertanian dan UMKM tanpa mengesampingkan perbaikan dari segi insfrastruktrur dan SDM dipercepat

“Tentunya semua itu memerlukan adanya sinergi serta menjaga koordinasi Pemda, BI, OJK, dan berbagai institusi untuk dapat mengendalikan inflasi dan membangun perekonomian Kalsel melalui sumber sumber baru pertumbuhan serta pemanfaatan ekonomi digital,” tambahnya.

Sementara itu di Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor yang turut hadir dalam sambutannya menyampaikan beberapa tahun kebelakang, perekonomian Kalsel sempat melambat ketika harga batubara turun.

BACA JUGA: Sektor Pariwisata Bisa Diandalkan Menopang Perekonomian Kalsel Di 2019

“Salah satunya anjloknya harga batubara dan kebijakan pembatasan kuota produksi izin usaha pertambangan berimbas pada pertumbuhan ekonomi Kalsel yang tumbuh melambat di triwulan ketiga tahun 2019, yaitu 3,72 persen year on year dari triwulan dua tahun 2019 yang tumbuh 4,20 persen,” imbuhnya.

Gubernur Kalsel itu merasa hal ini bisa di jadikan PR yang harus diselesaikan secepatnya, dengan berbagai upaya dan pemanfaatan sektor industri pengolahan yang tumbuh meningkat salahsatunya didorong peningkatan kinerja. Salah satunya dengan mematangkan konsep dan arah pengembangan industri pariwisata.

“Mudah mudahan dengan adanya terminal baru Bandara Syamsudin Noor bisa menjadi modal awal yang baik sebagai pintu gerbang Kalsel dalam meningkatkan salah satu sektor pariwisata,” tandasnya.

BACA LAGI:  Pikat Investor, Kalsel Butuh Roadmap Infrastuktur Pariwisata

Diapun berharap apabila semua itu bisa dikerjakan dengan optimal maka pertumbuhan ekonomi Kalsel bisa terus ditingkatkan nilai tambahnya yaitu sektor agribisnis industri dan pariwisata sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru.

“Kalsel sebagai salah satu lumbung pangan nasional dan disiapkan sebagai lumbung pangan ibu kota negara kedepannya menjadi modal untuk mengembangkan agribisnis,”imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Akhmad Faisal
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.