Pemilu 2019 Berakhir, Umat Islam Harus Bersatu Jadi Arus Penyeimbang

0

PEMILU 2019 dengan agenda pemilihan presiden-wakil presiden dan anggota legislatif DPR, DPRD provinsi dan kabupaten/kota serta senator DPD telah berakhir. Saatnya, umat Islam diminta untuk merapatkan barisan demi kemaslahatan umat.

HAL ini disampaikan pakar politik FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Setia Budhi Ph.D dalam Diskusi Keumatan yang dihelat Korwil Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kalsel di Aula Lembaga Layanan Dikti Wilayah XI Kalimantan, Jalan Adhyaksa, Banjarmasin, Kamis (5/9/2019).

Menurut Setia Budhi, umat Islam perlu melakukan konsolidasi baik dalam hal politik maupun ekonomi guna memperjuangkan kesejahteraan umat. “Jadi potensi kita gali dan lihat kembali untuk menjadi bagian gerakan yang menuju kesejahteraan masyarakat,” urai Ketua Program Studi Sosiologi FISIP ULM ini.

BACA : Sikapi People Power, Ulama se-Kalsel Serukan Umat Islam Hindari Tindakan Inkonstitusional

Pengurus ICMI Kalsel ini mencontohkan salah satu bentuk konsolidasi ekonomi keumatan seperti menggarap potensi zakat, infaq dan sedekah yang digunakan sebagai alat kesejahteraan masyarakat.

“Yang tak kalah pentingnya adalah mempersatukan umat yang telah terbelah dalam satu atau dua kubu selama tahun politik,” ucap alumnus doktor Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM).

Sementara itu, mantan Ketua PWI Kalsel  Fathurrahman berpendapat umat islam memiliki hak politik yang disalurkan melalui partai politik. Namun, ia menekankan parpol harus berperan dalam mengakomodasi dan memperjuangkan aspirasi umat Islam.

BACA JUGA : NU-Muhammadiyah Diminta Konsolidasikan Gerakan Politik Umat Islam

“Kekuatan politik umat Islam bisa menjadi penyeimbang ideologi yang bersifat kapitalis dan liberal, sehingga umat islam bisa mencermati kebijakan-kebijakan negara baik tingkat nasional maupun tingkat lokal,” papar Fathurrahman.

Menurut dia, di era kekinian, umat Islam harus bisa merespon dan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi dan revolusi industri 4.0.

“Umat Islam jangan sampai hanya menjadi penonton. Melalui semangat kebaikan bersama dengan karakter dan identitas keislaman, kita adaptif dalam kemajuan teknologi,” tandas Fathurrahman.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.