Menata Kehidupan Baru di Integrated Community Shelter

0

LOMBOK masih berduka. tangis dan trauma belum berakhir. Bencana gempa yang hampir mengguncang wilayah tersebut tidak hanya  menimbulkan korban jiwa, tapi juga meratakan rumah warga.

KEHILANGAN rumah, bahkan takut terulang lagi tertimpa runtuhan, membuat warga terpaksa mengungsi di tenda pengungsian. Entah sampai kapan.

Memulai langkah besar dengan menyediakan huniah sementara bagi pengungsi dilakukan Aksi Cepat Tanggap.  Di Desa Gondang Kecamatan Gangga, Lombok Utara,  Aksi Cepat Tanggap mendapat lahan pinjam seluas 3 hektar dari pemerintah Kabupaten Lombok Utara.

Diatas lahan ini, dibangun tempat tinggal sementara yang terintegrasi dengan nama Integrated Community Shelter (ICS). Terdiri dari 244 hunian, 1 unit Warung Wakaf, 1 Unit AHS (ACT Humanity Store), 4 unit MCK masing-masing 8 pintu. 1 unit masjid, 1 unit dapur umum dan 1 unit sekolah yang terdiri dari 3 ruang kelas.

Dede Abdurrahman, koordinator pembangunan konstruksi ICS dari ACT pusat menuturkan, ada 224 pintu rumah sementara di ICS Desa Gondang yang dihuni lebih dari 400 kepala keluarga karena 1 pintu rerata 2 keluarga.

“Ukurannya 3×5 meter. Penghuni shelter rata-rata masih ada ikatan keluarga, mereka tidak dicampurbaurkan dengan orang lain,” ucap Dede Abdurrahman. Untuk penentuan lokasi ICS, lanjutnya, ACT telah melakukan urun rembug dengan pemerintah setempat dari kepala dusun, kepala desa, camat, bupati hingga gubernur. “Di tempat ICS berdiri adalah tanah milik pemda. Di atas tanah sekitar 3 hektar tersebut akan digunakan untuk program-program ACT,” terang Dede.

Ia menerangkan di hunian sementara ini, warga tinggal sambil membangun kembali kehidupan yang sempat terpuruk akibat gempa sembari menunggu pemerintah memberikan bantuan yang telah dijanjikan kepada masyarakat yang terdampak.

Dede mengakui, ada kecemburuan di tengah masyarakat lain karena program seperti ini sementara hanya dibangun ACT, sementara lembaga filantropi lain tidak membangun dengan jenis yang sama.

“Nah justru masyarakat ingin mengerucut ke ACT, mereka ingin setiap wilayah ada shelter bahkan sampai proposal pun juga berdatangan” terang Dede. Ia menuturkan ACT membuka tangan jika masyarakat meminta bantuan namun karena kapasitas ACT yang terbatas tidak semua keinganan masyarakat terlayani.

“Selain di Desa Gondang, ACT juga membangun shelter di Desa Slengen di Kecamatan Kayangan. Ada 3 dusun yang kita bantu tapi bukan berbentuk ICS seperti di sini tapi family shelter. Family shelter ini rumah hunian yang dibuat 3×6 meter itu tanpa ada ruang jadi plong gitu aja 3×6,” ucap Dede.

Dede mengatakan, ada 149 family shelter yang dibangun ACT, famili shelter dibangun tepat di samping rumah warga yang roboh. “ACT membangun family shelter itu di setiap dusun dengan 3 lokasi yaitu Sampiring Barat, Dompo, dan Parigi,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Akhmad Husaini
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.