Gagasan Cerdas Kiai Syarbani Haira bagi NU Kalsel

0

MENJELANG akhir tahun 2017 lalu, berakhir sudah kepemimpinan Kyai HM Syarbani Haira sebagai Ketua Tanfidziah PWNU Kalimantan Selatan. Selama 10 tahun memimpin NU, sejak 2007 hingga 2017 lalu, roda organisasi kaum sarungan ini dijalaninya dengan suka duka. Tetapi semangat Syarbani tak pernah padam, meski tanpa support yang luar biasa, dengan penuh apresiasi ide dan gagasan dia bergerak sebisanya.

NAMA Syarbani Haira dalam blantika sosial politik Banua, sudah sejak lama berkibar. Sepulang menuntut ilmu di kota pelajar Yogyakarta pertengahan tahun 80-an, Syarbani bertahun-tahun menjadi jurnalis. Bersamaan aktif di dunia jurnalistik, juga berkiprah di NGO (non-goverment organization). Dari NGO inilah, dia punya jaringan internasional, dan pernah mendapat fellowshiff untuk studi magister dan doktoral dari AS. Tak lama setelah itu, yang bersangkutan juga aktif membina anak-anak muda NU melalui IPNU, IPPNU dan PMII, selain ikut membantu PWNU Kalsel melalui LDNU dan Lakpesdam.

Sesuai niatnya semula, aktif di NU ingin memperbaiki sumber daya NU yang dikenal kurang siap mengikuti dinamika zaman. Perguruan Tinggi NU sebuah pilihan utamanya. Tetapi karena kondisi yang belum memungkinkan, hajat itu baru bisa terlaksana di periode ke-2, atau pada masa khidmat 2012 – 2017.

Oleh karena itu, kepemimpinan Kyai Syarbani sebagai Ketua PWNU pada periode 2012 – 2017 mempunyai beban yang sangat berat, karena disamping sebagai nakhoda PWNU,  sebuah organisasi massa Islam terbesar, juga harus mempertahankan dan bahkan memajukan eksistensi Universitas NU Kalimantan Selatan yang baru didirikannya sejak 2014 lalu.

Dalam kegalauan untuk mempertahankan eksistensi PWNU sebagai sebuah organisasi massa kaum Nahdliyin dan Universitas NU Kalsel sebagai lembaga pendidikan yang baru dibentuk, Kyai Syarbani  mencoba untuk berbagi peran dalam tugas dalam menjalankan amanah kaum nahdliyyin di Kalimantan Selatan.

Dalam konteks ini, Kyai Syarbani menginginkan elit birokrasi sebagai mitra sekaligus sebagai motivator dalam menjalankan amanah Jam’iyah NU di Kalimantan Selatan khusunya, baik untuk organisasi NU maupun lembaga pendidikan tinggi NU.

Sebagai Ketua PCNU Banjarbaru, saya menilai ini langkah cerdas, untuk menyelamatkan NU. Pilihan cerdas itu salah satu penggantinya jatuh pada Drs. H. Abdul Haris, M.Si putera Ketua MUI Kalsel alm. KH. Achmad Makkie, yang semua orang tahu bahwa beliau adalah Tokoh NU Kalimantan Selatan. Kyai Syarbani sendiri, meski masih mendapat dukungan yang signifikan dari cabang-cabang, ia tetap bersikeras untuk mundur, semata buat kebaikan jam’iyah an-nahdliyyah. “Biar regenerasi berjalan normal” ucapnya dalam sebuah diskusi.

Oleh karena itu, saat sosialisasi informal dengan sejumlah para Ketua PCNU sebagai pemilik suara beberapa bulan sebelum Konferwil, dimunculkan dua nama Bakal Calon Ketua, masing-masing : H. Nasrullah, S.Pd.I (Sekretaris PWNU Kalsel) dan Drs. H. Abdul Haris Makkie, M.Si (Wakil Ketua ISNU Kalsel).

Ternyata, dalam phase berikutnya muncul nama tokoh PCNU Kalsel DR. H. Hasib Salim, M.Si (Ketua PCNU Kab. Hulu Sungai Utara) yang kabarnya mendapat dukungan penuh H. Mardani Maming, SH, untuk bersaing mengambil porsi Ketua PWNU Kalimantan Selatan itu. Dalam proses sosiliasasi terjadi polarisasi yang luar biasa, masing-masing tokoh  itu mengklaim telah didukung beberapa PCNU sebagai pemilik suara dalam Konferwil.

Mencermati dinamika yang berkembang cepat dan komitmen H. Mardani Maming yang berprofesi sebagai “Pengusaha Asal Banua” yang sekarang mendapat amanah untuk menjadi Bupati Tanah Bumbu, maka muncul kembali gagasanv untuk menggabungkan 2 (dua) potensi besar yang dimiliki Jam’iyah NU Kalsel itu, dan sekaligus untuk mengakomodir kedua elemen tersebut dalam struktur elit pengurus PWNU Kalsel.

Kemudian, respon pencalonan Haris Makkie semakin positif.  Melalui Ketua PCNU Banjarbaru, gagasan ini dioptimalkan pada sejumlah pimpinan cabang NU yang sefaham dan mendukung Haris Makkie, sebagai realisasi gagasan tersebut. Kyai Syarbani kemudian mempertemukan Bapak H. Mardani Maming dengan beberapa Ketua PCNU yang pro Haris Makkie,  di sebuah rumah makan di sepanjang Jalsn Ahmad Yani.

Dalam pertemuan tersebut, secara tersirat Bupati Tanah Bumbu, H Mardani Maming, SH menyatakan akan meminta DR. HA. Hasib Salim, untuk mundur dan mendukung Haris Makkie, sebagai Ketua PWNU Kalsel, dan melalui Kyai Syarbani beliau meminta sekaligus mengamanahkan agar Berry Nahdian Furqan menjadi Sekretaris PWNU Kalsel, dengan komitmen bahwa beliau siap untuk ikut serta membangun dan membesarkan Universitas NU Kalsel dan tentu saja PWNU Kalsel sendiri sebagai jam’iyah.

Sekarang, gagasan ini telah terwujud dengan terpilihnya Drs. HA Haris Makkie, MSi sebagai Mandataris Ketua Tanfidziah PWNU Kalsel periode 2017 – 2022. Sesuai kesepakatan dengan Bupati Tanah Bumbu, yang telah menyatakan tekadnya ingin membesarkan NU di Banua ini, kemudian Tim Formatur menempatkan Ir. Berry Nandhiyan Furqan, M.Si sebagai Sekretaris PWNU Kalsel.

Kita tunggu komitmen dan kiprah dari masing-masing elemen tersebut dalam membesarkan Jam’iyah NU Kalimantan Selatan, terutama untuk membesarkan PWNU Kalsel dan membangun Universitas NU Kalsel agar lebih maju dan profesional. Bagaimana pun dua kekuatan ini jika berjalan dengan baik, tentu NU Kalsel akan lebih dahsyat. Eksistensi PWNU dan Universitas NU ini sangat tergantung dari komitmensi mereka yang kini sudah berniat membantunya. Kita tunggu saja.

Bagi segenap Pengurus PWNU Kalimantan Selatan yang baru terbentuk, kita ucapkan “Selamat Bekerja dan Berjuang” untuk kemaslahatan bersama, agar Islam Ahlussunnah wal-jama’ah benar-benar menjadi rahmatan lil alamin.(jejakrekam)

Penulis : H Muslih Amberi

Ketua PCNU Kota Banjarbaru

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.