Goresan Sejarah dari Liang Anggang; Wilayah Pergolakan dan Makam Hassan Basry (2-Habis)

0

Oleh : Mansyur ‘Sammy’

PADA periode berikutnya, cukup minim data tentang Liang Anggang hingga masa Kemerdekaan tahun 1956, era Orde Lama Pemerintahan Presiden Soekarno.

DIKUTIP dari Koran Java-bode, nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, edisi 3 April 1956 tertulis berita tentang “Kantor polisi diserang”. Isinya bahwa Kantor Polisi Liang Anggang di Kabupaten Bandjar telah diserang oleh massa yang tidak diketahui kekuatannya. Terjadi baku tembak.

Akhirnya, komplotan itu terpaksa melarikan diri. Korban dan kerugian dari pihak komplotan (gerombolan) tidak diketahui. Tetapi tidak ada korban jiwa di pihak kepolisian. Beberapa hari berikutnya dua anggota komplotan ini menyerahkan diri kepada Camat Karang Intan di Kabupaten Bandjar. Ternyata mereka adalah anggota komplotan Raden Moetar yang baru saja menyerahkan diri kepada aparat negara.

BACA : Goresan Sejarah Dari Liang Anggang; Tanah Konsesi Dan Intan Laki (1)

Wilayah Liang Anggang pada era itu masih menjadi wilayah Daerah-daerah Otonom Kabupaten Banjar yang terbagi atas beberapa kawedanan. Pada lampiran SK Gubernur Kepala Daerah Provinsi Kalimantan tanggal 3 Maret 1955 tentang Daftar Pembagian Wilayah Pemerintah Kabupaten Banjar, memberikan informasi tentang pembagian wilayah Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Banjar yang dapat dikatakan kabupaten yang terluas pada waktu itu.

Inspeksi pasukan untuk menumpas gerombolan Ibnu Hadjar yang dipersiapkan era Orde Lama pimpinan Soekarno di Kalimantan Selatan. (Foto Bubuhan Banjar/Wajdi Amberi)

Kabupaten Banjar membawahi wilayah Kewedanan Tanah Laut. Wilayah dalam kawedanan ini adalah Kecamatan Kurau dengan tempat kedudukan camat di Kurau, terdiri dari kampung, yakni Kurau, Bawah Lajung, Sei. Bakau, Sei. Rasau, serta Liang Anggang.

BACA JUGA : Berawal dari Agenda Murdjani, Rekam Sejarah Banjarbaru Disiapkan Jadi Ibukota Kalsel

Diperkirakan penyerangan Kantor Polisi oleh anggota komplotan Raden Moetar, ada hubungannya dengan serangan gerilyawan KRyT (Kesatuan Rakyat yang Tertindas) pimpinan Ibnu Hadjar. Pada era itu, Gubernur Moerdjani memulai serangkaian pembicaraan dengan wakil-wakil partai politik untuk membicarakan penyusupan. Partai-partai politik menggunakan kesempatan ini untuk mengeluarkan pernyataan, supaya pemerintah melakukan tindakan keras terhadap pemberontak.

Dua tahun sebelumnya, pemerintah terus melakukan operasi militer dan pada tahun 1954 berhasil ditangkap komandan gerilyawan di Amandit Selatan bernama Djohansyah, nama sebenarnya adalah Djahri Bin Bako. Para pemberontak juga mengganggu jalur transportasi angkutan, menghentikan mobil, bus dan bahkan ambulans yang mengacaukan lalu lintas di Kalimantan Selatan. Pada tahun 1955 aksi-aksi tersebut sering terjadi sehingga persatuan pengusaha bus Kalimantan mengancam untuk menangguhkan pelayanan bila pemerintah tidak mengambil langkah-langkah keamanan.

BACA JUGA : Intan Sultan Adam, Rampasan Perang Banjar yang Kini Dikoleksi Museum Belanda

Dalam perkembangannya, Liang Anggang kemudian memiliki ciri khas selain Bundaran Liang Anggang, yakni keberadaan Makam Brigjen H. Hassan Basry yang dimakamkan di Liang Anggang, Daerah Administratif Banjarbaru, 16 Juli 1984. Tulisan Kaekaha dalam kompasiana.com, “Monumentalnya Kompleks Makam Pahlawan Nasional Hasan Basry di Liang Anggang”, komplek makam Pahlawan Nasional Brigjen (Purn) H. Hasan Basry yang terletak tepat di tengah-tengah simpang empat asimetris Muara Liang Anggang.

Sebuah kawasan strategis yang terletak di tengah-tengah akses perempatan jalan besar yang menghubungkan Kota Banjarmasin dengan Kota Banjarbaru ke arah Kalimantan Timur, juga akses menuju wilayah Kabupaten Tanah Laut sampai Kotabaru dan satunya lagi akses bebas hambatan menuju pelabuhan utama Banjarmasin, Trisakti.

BACA JUGA : Hassan Basry Pencetus Peristiwa Tiga Selatan, Soekarno pun Dibuatnya Marah Besar

Jadi, selain tidak dimakamkan di taman makam pahlawan layaknya para pahlawan lainnya, lokasinya makamnya yang berada di jalur akses transportasi menjadi sangat mudah ditemukan. Terdapat sumber lisan bahwa pemakaman Hassan Basry di Liang Anggang memang karena wasiat beliau bahwa ingin dimakamkan di Liang Anggang, sebagai wilayah yang pernah menjadi tapal batas antara wilayah kekuasaan Kesultanan Banjar dan Hindia Belanda di era kolonial. Benar atau tidaknya masih perlu penelusuran lebih lanjut.

BACA JUGA : Ibnu Hadjar yang Tersisih, Bangkit Bersama Rakyat Tertindas

Hal yang tidak kalah menariknya, kawasan komplek makam yang berada tepat di titik sentral area perempatan asimetris yang berbentuk layaknya pulau seluas sekitar 1 hektare lebih ini sangat strategis. Baik sebagai pembagi sekaligus pemecah kepadatan arus lintas di jalur jalan A. Yani yang menghubungkannya dengan propinsi lain di Kalimantan tersebut, maupun sebagai destinasi pariwisata.(jejakrekam)

Penulis adalah Penasihat Komunitas Historia Indonesia Chapter Kalsel

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan

Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/06/13/goresan-sejarah-dari-liang-anggang-wilayah-pergolakan-dan-makam-hassan-basry-2-habis/,Sejarah liang anggang
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.