Anak Genius Terlindungi

Oleh : Salasiah, SPd

0

ANAK adalah permata. Anak genius adalah dambaan setiap orang tua, keluarga, masyarakat, bahkan menjadi  tujuan besar  sebuah Negara. Anaklah  yang akan menjadi generasi penerus bangsa, sehingga perlu adanya perhatian yang utuh terhadap anak-anak sejak keseluruhan aspek bertumbuhnya.

MUNCULNYA anak-anak yang berprestasi dalam berbagai bidang seperti olah raga, seni, dan budaya menjadi kebanggaan tersendiri. Potensi anak-anak Indonesia mulai dikembangkan berdasarkan bakat dan minatnya mulai usia dini. Kreatifitas anak juga berkembang dan terus dikembangkan.

Di tengah meningkatnya potensi dan kreatifitas anak, tak dapat dipungkiri bahwa persoalan yang mendera anak-anak Indonesia juga semakin rumit dan kompleks. Hampir setiap hari berbagai media (cetak maupun elektronik) selalu menyajikan berita tentang berbagai kasus yang mendera anak-anak kita.

Pelecehan seksual, penculikan, penyiksaan, pembunuhan (bahkan sejak usia sangat dini dengan aborsi), perdagangan anak, anak-anak yang terbelakang karena kurang gizi, anak-anak putus sekolah, hingga kriminalitas anak (terlibat anrkoba atau menjadi pemalak) adalah masalah-masalah yang muncul. Belum lagi ancaman yang muncul dari media seperti tayangan-tayangan kekerasan, pornografi, dan pornoaksi.

Berbagai kasus yang menerpa anak masih terus menjadi angka-angka yang bertambah pesat, sehingga meskipun data-data lama yang dijadikan acuan pembahasan masih tetap menjadi relevan. Anak-anak Indonesia masih berada dalam  situasi terpojokkan. Anak Indonesia sangat rawan terhadap serangan virus yang menginfeksi lingkungan tempat ia bertumbuh dan bertunas.

Gizi lengkap dan seimbang masih menjadi kebutuhan yang masih sulit dipenuhi keluarga untuk kebutuhan pangan anak. Klaim menurunnya tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia dengan kreteri penghasilan kurang lebih 12.000/hari, ternyata berbanding terbalik dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok yang terus berbanding lurus dengan naiknya harga gas dan bahan bakar minyak yang sudah berapa kali mengalami kenaikan. Di tengah himpitan persoalan ekonomi yang melanda negeri, kasus gizi buruk masih menghantui, dan stunting turut mewarnai dunia anak Indonesia.

Kondisi ekonomi yang sulit. Sering memaksa banyak orang tua mengorbankan anak-anak mereka. Banyak anak terpaksa bahkan dipaksa orangtuanya untuk bekerja pada usia dini. Yang lebih menyedihkan, mereka ada yang dipaksa bekerja sebagai PSK. Banyak pula anak-anak yang menjadi korban perceraian orang tuanya, menjadi anak-anak brokenhome yang cenderung berprilaku negative seperti menjadi pecandu narkoba, terjerumus seks bebas, dan kekerasan.

Selain pangan, kebutuhan pokok anak yang harus terpenuhi adalah sandang dan papan. Ditambah pemenuhan rasa aman, kesehatan, serta pendidikan yang layak. Terjaga dan terlindunginya agama, harta, jiwa, akal, dan kehormatan.

Media massa, terutama televisi dan media online, secara langsung maupun tidak, telah ikut andil dalam mendorong berbagai kasus yang mendera anak-anak kita. Banyaknya kasus kriminalitas anak, misalnya, sering diinspirasi oleh tayangan-tayangan kekerasan dalam televisi. Demikian pula kasus-kasus seksual yang dilakukan anak-anak.

Televisi banyak ‘mengajarkan‘ pergaulan bebas dalam bentuk sinetron, mungkin niat awalnya hanya sekedar mengangkat realitas. Namun kenyataannya, hal ini justru sering member semacam ‘inspirasi’ kepada penonyonnya, terutama anak-anak. Aplikasi tik tok bentuk kreatifitas anak yang kebablasan.

Kesejahteraan dan kebahagiaan yang dirasakan anak-anak tidak lepas dari sistem dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan. Kebijakan keliru yang dilakukan oleh Negara dalam pengelolaan ekonomi, misalnya, diakui atau tidak, telah mengakibatkan lahirnya banyak keluarga miskin. Dijualnya sumber kekayaan alam oleh Negara atas nama privatisasi telah mengakibatkan sumber kekayaan alam Negara itu dikuasai oleh pihak asing, sehingga kehilangan pendapatan yang sangat besar untuk mensejahterakan anak-anak dan keluarganya.

Kondisi ini memaksa para orangtua dari keluarga miskin untuk mempekerjakan anak-anaknya yang masih di bawah umur, bahkan diantara mereka ada yang dipekerjakan sebagai pekerja seks. Padahal pada dasarnya, tidak aka nada orangtua yang tega membebani anaknya untuk bekerja pada usia yang belum saatnya, namun hanya karena tuntutan kemiskinan, akan menjatuhkan hak dan kehormatan anak ke titik nadir.

Nilai-nilai penegakan keadilan, pencegahan kezaliman, dan perlunya kerjasama dalam mengatasi masalah-masalah sosial merupakan misi perlindungan untuk anak-anak  yang sudah dibawa oleh sistem Islam. Namun demikian, nilai-nilai tersebut perlu senantiasa diaktualkan dan diinterpretasikan oleh kebijakan negara sesuai dengan perkembangan terbaru modus kejahatan.

Antisipasi normatif hukum yang dibawa Islam juga urgen dilakukan, karena tindak kekerasan terhadap anak banyak diwarnai aksi perlakuan sadis, tidak berprikemanusiaan, atau tidak lagi ada rasa kasih sayang pada diri pelaku.

Menerapkan sistem yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan anak, tetapi lebih jauh juga menghormati hak-hak anak, akan melahirkan anak-anak yang gesit, empati, berani, unggul dan sehat, sesuai dengan tema hari anak nasional 2018 kemarin. Anak-anak  genius akan muncul dan bertunas kokoh ketika dilindungi oleh sistem dan lingkungan dari perundungan (bullying), kekerasan, dan pelecehan seksual.

Anak-anak membutuhkan perlindungan agar sehat, gembira, dan bahagia. Sehingga kita perlu menjaga dan mengkondisikan sistem aturan dan lingkungan untuk mencetak anak-anak yang genius dalam perkembangan ilmu maupun perkembangan jiwa mereka sebagai anak-anak Indonesia. Wallahu’alam bisshawab.(jejakrekam)

Penulis adalah Founder RuFidz Ahmad

Tinggal di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.