Tinggalkan Keluarga, Tukang Bangunan Ikut Merasakan Kegetiran Penyintas Gempa Lombok

0

SURYANTO dan Rohman datang jauh dari untuk menjadi relawan gempa Lombok. Dua-duanya merupakan spesialis bangunan yang berperan penting mendirikan Integrated Community Shelter (ICS) milik Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai wadah tempat tinggal bagi para penyintas gempa. Sempat melewati bencana serupa tahun 2006 silam, keduanya ikut merasakan kegetiran yang dirasakan para korban.

***

BERLOKASI di Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Lombok Utara, Suryanto CS getol mendirikan shelter. Di atas lahan seluas tiga hektare ini, didirikan 244 hunian sementara, satu unit warung wakaf, satu unit AHS (ACT Humanity Store), satu dapur umum dan empat unit MCK masing-masing 8 pintu.Tak hanya itu, satu bangunan masjid dan sekolah yang terdiri dari tiga ruang kelas juga dibangun. Tujuannya untuk menunjang kebutuhan tambahan bagi para penyintas gempa yang terjadi 29 Juli 2018 lalu.

Bersama tim ACT, jurnalis jejakrekam.com beberapa waktu lalu melihat langsung hunian sederhana bagi korban terdampak gempa. Di sana, Suryanto dan rekan tukang bangunan lainnya sedang mendirikan shelter. “Sudah sebulan terakhir meninggalkan anak dan istri. Saya terpanggil untuk ikut turun bersama tim ACT tangan membantu para korban,” ujar Suryanto, lelaki paruh baya asal Yogyakarta ini kepada jurnalis.

Dia punya alasan kenapa rela meninggalkan keluarga dan datang jauh-jauh sebagai tukang bangunan. Gempa berkekuatan 5,6 SR yang mengguncang tempat tinggalnya tahun 2006 silam membuatnya merasakan apa yang dirasakan warga terdampak gempa Lombok. “Ini kali pertama saya ikut dengan ACT. Sedikit banyak saya juga merasakan apa yang warga rasakan. Karena pernah sama-sama menjadi korban gempa bumi waktu itu,” ucapnya dengan nada bersemangat.

Kisah Suryanto juga dialami Rohman. Sesama warga asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dirinya juga merasakan panggilan untuk membantu para penyintas bencana. “Rumah saya dulu mas juga hancur kena Gempa,” ceritanya.

Untungnya, kerugian yang dialaminya diobati oleh sederet lembaga kemanusiaan yang banyak membantu para korban gempa Yogyakarta, duabelas tahun lalu. “Melihat gempa di Lombok saya juga merasakan kok apa yang warga rasakan,” imbuh Rohman.

Koordinator Pembangunan Konstruksi ICS ACT Pusat, Dede Abdurrahman menjelaskan pihaknya memang sengaja mendatangkan ahli bangunan dari pulau Jawa. “Kita ada hubungan baik dengan ahli bangunan apalagi kita pengalaman membangun sekolah-sekolah di pulau terluar atau perbatasan, kita memang punya SDM bidang kontruksi,” tutur Dede.

Dia mengaku ACT sengaja mendatangkan ahli bangunan dari luar lombok mengingat terkejar waktu membangun shelter sehingga membutuhkan tenaga andal dari Pulau Jawa. Bahkan, untuk membantu percepatan pembangunan ini ACT tidak hanya mendatangkan para ahli bangunan dan tukang dari daerah Jawa. Tapi juga langsung membangun 1 unit pabrik shelter yang berada di Jalan TGH Faisal Kelurahan Turide, Mataram dengan kapasitas 50 shelter perhari.

“Sekarang ini target per hari adalah 100 buah shelter yang harus dirampungkan. Dan waktu libur tidak ada waktu istirahat pun disela waktu salat saja. Ini semua agar masyarkat Lombok bisa segera menempati hunian sementaranya dan persiapan bergeser untuk saudara kita di Sulawesi Tengah,” pungkas Arifin selaku penanggungjawab pabrik. (jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.