Film Pangeran Antasari Membuka Epos Perang Banjar

0

PENGGARAPAN film semi kolosal berlatar belakang Perang Banjar berjudul Pangeran Antasari telah memasuki tahapan pengambaran (shooting). Adegan awal yang disorot berada di Rumah Guru Ahmadi, Dalam Pagar RT 01 Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar. Kemudian, pengambilan gambar dilanjutkan di Jalan Martapura Lama Desa Teluk Selong Ulu RT 04 Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar. 

DI HARI pertama pengambilan gambar ini tidak semua pemain dilibatkan. Hanya beberapa pemeran dengan total 26 orang.  Satu yang membawa ingatan ke dalam sejarah lama pada pengambilan gambar pertama ini, adalah adegan Demang Lehman. Sebab, tidak banyak catatan sejarah tentang tokoh heroik di era perlawanan rakyat Banjar ini.

Hingga kini, kepala Demang Lehman masih berada di negeri Belanda. Peran Demang Lehman menjadi salah satu dari 25 adegan lainnya. Sedangkan, peranan lainnya yang termasuk dalam pengambilan gambar pertama adalah Pangeran Tamjidillah, Mukarrom, Ekstras Abdi Dalam (Sinah), Haji Isa, Letnan Backman, Ekstras Serdadu Marsoses Belanda 12 orang, Pangeran Hidayatullah, Ratu Siti, Ratu Komalasari, Umanya Bulan, Putri Bulan, Ekstras Amban, dan Pangeran Amin.

Film yang disutradarai Irwan Siregar ini melibatkan sekitar 50 pemain. Film ini digarap oleh PT Cahaya Kristal Media Utama Jakarta dengan total biaya kurang lebih Rp 2,9 miliar. “Dana yang dikeluarkan itu tidak akan sebanding dengan output yang didapatkan masyarakat Banua. Karena ini sifatnya edukasi. Media film ini mengingatkan kembali tentang sejarah perjuangan, sehingga  bisa dicontoh generasi muda kita. Itulah output yang akan didapat,” ujar Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor pada Selasa (18/10/2017) malam dalam jumpa pers di Gedung Mahligai Pancasila.

Menurut Sahbirin, film tersebut sengaja tidak dikomersilkan. Sepenuhnya akan menjadi tontonan bagi masyarakat Kalsel. “Yang penting, film selesai bisa dinikmati masyarakat, masalah nanti distribusi bagaimana biar itu urusan nanti. Yang paling utama kita punya film sejarah sebagai edukasi dulu,” cetusnya.(jejakrekam)

 

Penulis Wan Marley
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.