Investasi Bodong Kembali Terulang, Antropolog ULM: Ini Fenomena Economic Bubble

0

KASUS dugaan penipuan berkedok investasi kembali bikin heboh di Banua. Sebanyak 151 orang yang menjadi korban yang dilakukan FN warga Jalan Rahayu, Kota Banjarbaru.

ANTROPOLOG sosiologi Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah mengatakan ini fenomena Economic Bubble. “Economic bubble itu seperti gelembung, dan gelembung itu kelihatan besar, dan orang terpengaruh karena gelembung itu, karena cahaya,” ujarnya kepada jejakrekam.com, Senin (11/3/2024).

“Tetapi sesungguhnya di dalam nya itu kosong. Jadi ketika gelembungnya itu pecah, berhamburanlah, isinya keluar, itu lah yang namanya gelmbung ekonomi (Economic bubble),” sambungnya.

BACA: Tergiur Bisnis Solar, Ratusan Korban Tertipu Hingga Miliaran Rupiah

Kenapa terulang lagi? Disebutkannya, masyarakat Kalsel memang cenderung mengarah tidak belajar dari kasus sebelumnya.

“Ini membuktikan ingatan sosial (social memory) warga Kalsel terkesan pendek. Padahal berbagai jenis usaha yang berpotensi penipuan atau membuat orang tertipu sebenarnya sudah sering terjadi. Seperti kasus Lihan, kasus voucher serta arisan online bodong, masih saja berulang dan tidak membuat jera,” ungkapnya.

Nasrullah merincikan kronologisnya, dari para korban yang tertarik hingga rela menyerahkan uangnya. “Mereka melihat penampilan pelaku, dari barang yang dimilikinya seperti memiliki rumah mewah, punya handphone bagus, punya mobil mewah, pakaian yang branded. Kemudian liburan keluar negeri, postingan makan di restoran mewah,” bebernya.

“Nah, jadi lambang kesuksesannya itu, itulah yang namanya bubble yang mana isinya kosong,” ucapnya.

BACA JUGA: Investasi Bodong Milik Terduga Oknum Bhayangkari, Fauzan Ramon: OJK Harus Memperketat Pengawasan

Kemudian mengapa memori sosial masyarakat Kalsel khususnya para korban pendek? Analisis Nasrullah adalah hal itu dipicu sedikitnya ada tiga faktor determinan.

Pertama adanya keuntungan yang cepat. Ini sifat manusia homo economicus, keuntungan sebesarnya dan secepatnya dengan modal yang ternyata tidak sedikit.

Kemudian faktor yang kedua adanya contoh sukses yang sesaat tapi menyesatkan. Hal ini membuat warga terburu-buru karena sudah mendapatkan keuntungan awal, yang ternyata hanya pancingan dengan terus melepaskan modal berkali-kali lipat.

“Terakhir faktor ketiga, adalah kejadian semacam ini biasanya berawal dari lingkaran dekat, kekeluargaan atau kolega yang menyebar dari mulut ke mulut. Maka mereka merasa aman. Ternyata masuk dalam lingkaran setan,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.