Pertaruhan Predikat Banjarmasin Baiman, Antropolog ULM Sebut Fenomena Geng Motor Patut Ada Sanksi Sosial

0

ANTROPOLOG Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah mengatakan fenomena geng motor atau sejenisnya dari sekelompok remaja yang melakoni aksi kejahatan jalanan, mempertaruhkan nama baik Kota Banjarmasin.

“SELAMA ini Banjarmasin diklaim sebagai kota baiman (beriman), bahkan sudah mendeklarasikan diri sebagai kota kreatif. Nah, munculnya fenomena diduga geng motor, gangster atau sejenisnya akan mencoreng predikat itu atau malah paradoks,” ucap Nasrullah kepada jejakrekam.com, Selasa (24/10/2023).

Menurut dia, fenomena aksi pembegalan hingga tawuran antar kelompok remaja tanggung serta kejahatan jalanan merupakan ranah hukum karena sudah terakomodir dalam peraturan perundang-undangan.

“Ironisnya, justru aksi mereka yang disiarkan secara live atau langsung melalui media sosial (medsos) merupakan bentuk pelecehan dan meremehkan hukum. Termasuk pula norma dan nilai-nilai yang selama ini dipegang masyarakat Banjarmasin, terlebih lagi dengan slogan baiman itu,” kata mahasiswa doktoral antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

BACA : Buru dan Tumpas Geng Motor Resahkan Warga, Polda Kalsel-Polresta Banjarmasin Bentuk Tim Gabungan

Bagi Nasrullah, penekanan hukuman atau sanksi sosial patut pula dikedepankan karena telah berani mempertontonkan sebuah aksi kejahatan di jalanan secara live di medsos guna ditonton pengguna ponsel pintar dan lainnya.

“Penekanan sosial patut diberikan kepada para pelaku, sehingga tercipta efek jera, jangan sampai dibiarkan dan membuat mereka justru bangga dengan aksi kejahatan. Meminjam istilah Ebiet G Ade, bangga dengan dosa-dosa,” tutur dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP ULM ini.

BACA JUGA : Garang Saat Membegal Bahkan Sampai Live di Medsos, Geng Motor Tertunduk di Hadapan Polisi

Menurut Nasrullah, efek jera itu bisa seperti mempublikasikan para pelaku seraya menjelaskan konsekuensinya dari perbuatan melawan hukum, terlebih lagi mempertontonkan hal itu di ruang publik melalui medsos.

Mencuatnya video tawuran antar kelompok remaja dengan senjata tajam di kawasan Siring Sudirman depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin serta aksi pembegalan dan beredarnya target penyerangan di sejumlah lokasi dinilai Nasrullah, tak boleh dipandang sebelah mata.

Antropolog ULM Banjarmasin, Nasrullah. (Foto Dokumentasi Pribadi)

—————–

“Semakin dibiarkan tanpa ada sanksi sosial, jelas hal ini akan jadi tontonan yang bisa ditiru. Di era global seperti sekarang, saya yakin munculnya sekelompok remaja tanggung apakah dalam bentuk geng motor, gangster atau lainnya memang memiliki jaringan. Jangan sampai apa yang terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan lainnya justru ada di Banjarmasin,” papar Nasrullah.

BACA JUGA : Heboh, Aksi Tawuran Geng Motor di 2 Lokasi, Satreskrim Polresta Banjarmasin Segera Selidiki

Terlebih lagi, menurut dia, dari hasil temuan aparat kepolisian khususnya Satreskrim Polresta Banjarmasin adanya kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai Sudimampir Mistery, Pasber dan sebagainya.

“Ini memunculkan kelompok primordial yang bangga dengan komunitas atau aksi kriminal yang dilakoninya. Bahkan, mereka berlomba untuk mencitrakan diri sebagai yang terhebat atau paling berani lewat aksi-aksinya. Inilah mengapa penting pemerintah kota hadir di tengah kelompok semacam ini untuk dibina ke arah positif,” urai Nasrullah.

Dengan klaim Banjarmasin sebagai kota kreatif yang baru-baru ini diusung, Nasrullah mengatakan hal itu juga berkelindan bagaimana kebijakan pemerintah kota bisa mengarahkan generasi mudanya untuk kreatif di bidang positif, bukan mengarah ke hal-hal negatif.

BACA JUGA : Hidung Nyaris Putus, 2 Remaja Jadi Korban Pembacokan Salah Sasaran di Kayutangi Banjarmasin

Terkait sanksi sosial, Nasrullah berpendapat hal ini penting dengan melibatkan semua elemen, baik tokoh agama, tokoh masyarakat, termasuk pihak sekolah tak hanya bisa berharap penuh kepada pihak kepolisian.

Sebab, menurut dia, kebanyakan para pemotor yang membentuk komunitas atau kelompok itu merupakan dari kalangan pelajar atau remaja tanggung masih usia sekolah.

“Inilah mengapa pembangunan di Kota Banjarmasin jangan hanya berbasis pada fisik, justru mengabaikan aspek manusianya. Sebagai kota kreatif, maka kelompok remaja semacam ini harusnya mendapat atensi khusus,” imbuh intelektual muda Hapakat Bakumpai ini.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.