Kisah Nyata Pegiat Pemberdayaan Masyarakat; Catatan 7 Desa Bertetangga dengan Coal Mine

0

Oleh : Setia Budhi

SINGKAT cerita pada Senin, 24 Juli 2023, Manager CSR perusahaan tambang batubara (PT TB) yang memiliki pelabuhan khusus  terletak di Kelurahan Lepasan Kecamatan Bakumpai Kabupaten Barito Kuala, meminta pengurus Lembaga Adat Suku Bakumpai.

MEREKA meminta para tokoh adat suku Bakumpai yang tinggal di desa itu untuk datang ke kantor perusahaan mengambil bantuan terkait proposal yang mereka kirimkan.

Pelabuhan khusus perusahaan batubara ini berada di tepi Sungai Barito berjarak 200 meter pada  4 buah kiampung yaitu Sei Getas, Sei Tampung, Saka Budi, dan Desa Batik (Dulu Batilap). Kemudian, 400 meter dari seberang pelabuhan yaitu Desa Bagus, Desa Penghulu dan Rumpiyang. Maka dapat dibayangkan  debu batubara yang berteberangan pada 7 desa yang berdekatan dan terdampak penumpukan batubara itu.

BACA : Raih Suara Terbanyak, Setia Budhi Kembali Pimpin Prodi Sosiologi FISIP ULM

Tetapi desa-desa itu memang unik, tidak ada demontrasi terhadap dampak debu batubara dari stockpile maupun tongkang yang bongkar muat emas hitam itu. Bahkan sudah puluhan tahun, operasional berjalan aman saja dan desa-desa tetangga perusahaan ini mungkin terbiasa sudah dengan tawadhu, rendah hati dan menerima keadaan seperti itu, mungkin sudah tiada tempat untuk mengadu nasibnya.

Lalu, keberadaan warga asli suku Bakumpai yang sudah ratusan tahun bermukim di desa itu, mereka membentuk lembaga untuk mengangkat  potensi desa sehingga dapat dikembangkan.

Potensi desa yang akan dikembangkan seperti keterampilan mengayam berbahan purun, potensi perikanan air tawar Sungai Barito, pekebun jeruk (tidak kalah manisnya dengan  jeruk Pontianak), pertanian padi sawah tadah hujan.

BACA JUGA : Dari Aksara Barito; Ketika Karya Sastra dari DAS Barito Mengalami Kemacetan

Tidak kalah penting adalah upaya untuk merawat dan melestarikan seni budaya adiluhung mereka yaitu tarian Topeng, Karawitan, Upacara Adat, Pencak Silat Kuntau, sastra Lisan Ba Andi-Andi, seni Hadrah, Seni Rudat dan permainan tradisional seperti Balogo. Anyaman berbahan purun beberapa kali menjuarai lomba inovasi UMKM tingkat Kabupaten Barito Kuala.

Tarian Topeng diliput Media Kompas, sebagai salah satu seni budaya yang hampir punah. Sebelumnya, pada Maret 2023 pada rapat warga dengan pendekatan model bisnis mapping wirausaha sosial menyepakati untuk bermitra dengan PT TB perusahaan tetangga mereka.

BACA JUGA : Urang Banjar Kamirawaan; Diskusi Kontroversi Tersaji di Ambin Batang Banjarmasin

Proposal kemudian dilayangkan ke alamat perusaan di Sei Tampung, Kelurahan Lepasan, Kecamatan Bakumpai. Kemitraan untuk modal usaha, training atau pelatihan usaha, pelatihan produk kemasan, pembelian alat produksi,  ekonomi kreatif dan inovasi produk termasuk kemitraan untuk marketing (penjualan) produk  lokal via media sosial dan pengembangan kelembagaan serta kemitraan pelestarian seni budaya tradisional. Semua itu telah menyesuaikan dengan standar perusahaan yang mengemban amanah filosofi CSR, pemberdayaan masyakat dan Undang Undang TJSP.

Proposal dibuat dengan serius melalui tahapan observasi, identifikasi potensi dan masalah, sosial mapping dan FGD potensi desa. Berdasakan identifikasi kegiatan tersebut kemitraan yang tertuang dalam proposal adalah sebesar Rp 60 juta.

BACA JUGA : Penari Panji Kelana Berusia Renta, Antropolog ULM Usulkan Sungai Getas Jadi Kampung Budaya Bakumpai

Senin, 24 Juli 2023 menjelang siang, sesuai dengan kabar Manager CSR PT TB bahwa perusaaan telah merespons proposal yang dikirimkan Lembaga Adat Bakumpai-Papikat Wirisan dan meminta pengurus lembaga ini untuk menghadap pihak perusahaan. Tiga tokoh desa datang ke kantor perusahaan dengan membawa tok/stempel sebagaimana pesan manager harus membawa stempel lembaga.

Tiga tokoh desa  menghadap manager CSR dan  berbincang sebentar terait  membuat laporan atas bantuan yang diberikan. Sebuah amplop diberikan, lalu membubuhkan tanda tangan dan memberi Cap sebagai tanda terima bantuan.  Tiga tokoh yang merupakan pengurus Lembaga Adat Bakumpai itu kemudian membuka amplop bantuan dan tampaklah jumlah bantuan CSR sebesar Rp 1 juta.

BACA JUGA : 2 Mahasiswa Sosiologi FISIP ULM Magang di Greenpeace Indonesia

Tiga pengurus Lembaga Adat Bakumpai itu pulang dengan gontai, hampa dan hati berkecamuk antara percaya dan tidak terhadap  apa yang sedang terjadi. Di tengah kegalauan yang sangat itu, cerita bantuan CSR cepat merebak ke seluruh warga desa. Tersiar kabar agar perusahaan memecat manager CSR PT TB itu yang mengabaikan potensi masyarakat dan tidak cakap membuat progran pemberdayaan bahkan tidak mengerti prinsip utama pemberdayaan masyarakat.

Beberapa warga menyampaikan keluhan pemakaian jalan umum untuk melintas angkutan batubara. Perusahaan ini seharusnya membuat jalan sendiri atau membuat by pass supaya tidak menggunakan jalan desa untuk kepentingan lalu lintas angkutan batubara dari dan menuju pelabuhan khusus yang berada tepi Sungai Barito itu.(jejakrekam)

Penulis adalah CSR Advisor

Akademisi FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin

.

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.