Pelajaran di Balik April Mop, Akankah Indonesia Seperti Andalusia?

Oleh: Wati Umi Diwanti

0

SIAPA yang tak kenal April Mop atau April Fool’s Day? Semua tahu bahwa tiap tanggal 1 April orang dibolehkan untuk melakukan kejahilan pada orang lain meski dengan berbohong. Korban tidak boleh marah karena sudah dianggap lumrah.

TAPI mungkin tak banyak yang tahu ada peristiwa besar di balik sejarah April Mop. Meski ada beberapa versi. Yang paling fenomenal adalah peristiwa pembantaian massal muslim Andalusia atau Spanyol di abad 14 Masehi.

Yakni pembantaian muslim Spanyol oleh tentara Salib dengan cara dibohongi. Setelah serangan meraka lakukan dan banyak masyarakat bersembunyi di dalam rumah. Lalu tentara Salib membuat pengumuman bahwa mereka diberi kesempatan untuk berlayar ke luar Spanyol dengan aman.

Namun setelah mereka berkumpul di pelabuhan justru kapalnya dibakar dan mereka disembelih secara sadis. Hingga laut biru berubah merah kehitaman. Untuk memperingati peristiwa inilah mereka merayakan setiap 1 April dengan membolehkan kebohongan. Maka sebagai muslim sangat tak layak kita turut merayakan April Mop.

Betapa kejinya pembasmian Islam kala itu sampai-sampai kondisi Spanyol, saat ini seolah tak pernah terjamah Islam. Padahal Spanyol pernah dihuni oleh mayoritas muslim dengan aturan Islam selama enam abad lamanya. Sejak awal ditaklukan oleh Thoriq Bin Ziyad di abad 8 Masehi. Setelah peristiwa itu tak satupun muslim diperkenankan hidup kecuali mau berpindah aqidah. Spanyol sebagai negeri muslim, bubar!

Sekilas Spanyol Sebelum Bubar

Sejak awal ditaklukan tentara Islam Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Penaklukan tidak berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Sikap para penguasa Islam begitu baik dan rendah hati, berbondong-bondonglah orang Spanyol memeluk Islam.

Muslim Spanyol hidup secara Islami. Mereka tidak hanya membaca Alquran, tapi juga bertingkah laku berdasarkan Alquran. Mereka selalu berkata “tidak” untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Mereka hidup tenteram seperti itu, selam hampir enam abad lamanya.

Kaum kafir pun tak pernah berhenti ingin membasmi Islam dari Spanyol tapi selalu gagal. Mereka kirim mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya mereka menemukan caranya. Mereka lemahkan iman muslim Spanyol dengan serangan pemikiran dan budaya.

Mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan meninggalkan Alquran. Jadilah generasi muda tak lagi memahami agama dengan baik.

Demikian pula untuk merusak persatuan, mereka mengirim sejumlah ulama palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Hingga akhirnya Spanyol terbagi dalam beberapa bagian dan para penguasanya saling bersengketa. (www.republika.co.id, 02/04/2012).

Lemahnya persatuan dan pemikiran terhadap ajaran Islam inilah yang menjadi pintu keberhasilan serangan tentara Salib. Akhirnya penyerangan berhasil dan pembantaian masal dengan mudah dilakukan. Kekuasaan asal Spanyol bubar, berpindah tangan dengan sempurna pada penjajah.

Adakah Sama dengan Indonesia?

Indonesia sebagai negara muslim terbesar sampai saat ini belumlah mengecap satu abad kemerdekaan. Bahkan, belum pernah mendapati kehidupan yang benar-benar tentram sejahtera seperti yang pernah dialami Spanyol selama enam abad.

Jika dilihat dari segi serangan pemikiran terhadap ajaran Islam. Upaya adu domba diantara golongan atau mahzab Islam. Sangat bisa dirasakan bahwa Indonesia mengalami hal yang sama seperti Andalusia. Demikian pula peredaran rokok, minuman keras bahkan narkoba benar-benar telah merajalela. Dalam dua hal ini Indonesia sudah sempurna menjadi gambaran Spanyol pra kehancurannya.

Bahkan kondisi Indonesia bisa dikatakan lebih parah dari Spanyol. Indonesia punya masalah lain yang tak dimiliki Spanyol kala itu. Utang, ya utang negara yang terus menggunung. Padahal jelas, utang negara terlebih utang luar negeri menjadi indikasi sebuah negara tak lagi punya independensi.

Sadar tidak sadar, mau tidak mau, sedikit banyak pasti berada dalam kendali pihak pemberi utang. Ditegaskan dengan fakta yang terjadi terhadap pengelolaan sumber daya alam (SDA). Hampir seluruh SDA Indonesia sudah berada di bawah korporasi Asing. Meski secara fisik Indonesia tak diserang tapi hartanya sudah banyak yang hilang. Ini fakta.

Pelajaran untuk Indonesia

Akhir-akhir ini ramai pro kontra pernyataan Prabowo Subianto tentang Indonesia terancam bubar di tahun 2030. Meski itu hanya dalam sebuah cerita fiksi dari novel Ghost Fleet. Namun jika melihat kondisi riil Indonesia saat ini tentu bukanlah sesuatu yang berlebihan. Bagaimana tidak akan bubar jika makin hari generasi makin hancur. Jangankan mengurus negeri, mengurus diri sendiri saja mulai tak kuasa.

Sementara utang terus membesar menyetarai, bahkan melebihi aset negara. Sementara SDA sudah tak lagi bisa diharapkan sebagai pendapatan negara. Jika tak lagi sanggup membayar, apalagi jika bukan menyerahkan kekuasaan. Bila Andalusia dihabisi dengan serangan senjata, Indonesia dengan utang riba.

Bukankan sering dikatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu belajar dari sejarah. Maka tidak salahnya Indonesia belajar dari sejarah Andalusia. Sudah saatnya melakukan evaluasi dan mengambil langkah perbaikan sebelum musuh benar-benar mengusir kita dari tanah kelahiran kita sendiri.

Sadarilah adanya isu-isu agama yang kencang berhembus tak lain hanyalah upaya musuh untuk melanggengkan penjajahannya. Islam menjadi sasaran utama karena kebangkitan ideologi Islam di sebuah negara otomatis menutup pintu penjajahan. Maka fitnahpun bertubi-tubi agar Islam tak bangkit lagi.

Jika Andalusia lemah karena meninggalkan ajaran Islam dan termakan fitnah lalu berpecah belah. Jika Indonesia tak ingin mengulangi sejarah Andalusia, maka jalan utamanya adalah jangan termakan fitnah dan berpegang erat pada ajaran Islam. Lalu mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Insya Allah, Indonesia akan berjaya!(jejakrekam)

Penulis adalah Revowriter Indonesia, Pengasuh MQ Khadijah Al-Qubro Martapura

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.