Pulihkan Ekonomi Gaza, ACT Inisiasi Pemberdayaan Agro-Farming

0

SEJAK krisis kemanusiaan menjadi atmosfer sehari-hari di Gaza, hampir tak ada lagi kabar baik yang terdengar. Serangan senyap yang digulirkan Zionis, tak hanya berbentuk bombardir perusak bangunan, tetapi juga adanya blokade penuh. Warga Gaza dilarang untuk keluar dan masuk dari tanah mereka sendiri. Gerak-gerik mereka dibatasi, termasuk untuk urusan paling dasar; memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

AKIBATNYA, Gaza pun dirundung kondisi ekonomi yang semakin melemah. Pada pertengahan 2018 lalu, Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) melaporkan, lebih dari separuh penduduk Gaza alami kemiskinan selama 2017. Sebagian besarnya dihasilkan dari blokade yang telah berlangsung menahun.

Berangkat dari fakta yang terpapar, Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam waktu dekat akan memulai program Pemberdayaan Agro-Farming di Gaza, program yang khusus ditujukan untuk para petani dan peternak di Gaza. Direktur Global Humanity Response ACT Bambang Triyono mengungkapkan, rencana itu pertama datang ketika ACT mengirimkan bantuan beras lewat Kapal  Kemanusiaan Palestina, akhir 2017 silam.

BACA : Keceriaan Anak Sindrom Down di Gaza Santap Sajian Bergizi

“Kami tidak ingin berpikir hanya soal (mengirimkan) bantuan beras semata, jumlahnya pasti akan cepat habis. Kami pikir, ACT harus lebih dari itu, salah satunya ya dengan membuat program pemberdayaan untuk para petani dan peternak di Gaza,” ungkap Bambang.

Lewat program Winter Aid di ujung tahun 2018 ini, mitra ACT di Gaza mencetuskan ide untuk memulai pemberdayaan pertanian dan peternakan. Pasalnya krisis di Gaza makin bertambah pelik ketika blokade dan puncak musim dingin, semakin menambah sulit kehidupan warga Gaza.

“Kami sangat berkesan ketika tim kami di Gaza mengusulkan ide untuk memulai pemberdayaan itu. Kami rasa bisa sekaligus menjadi kunci memperbaiki kondisi ekonomi di Gaza. Jadi, insya Allah program pemberdayaan petani dan peternak di Gaza akan masuk ke dalam program masterpiece ACT di tahun 2019,” jelas Bambang.

Hasil pendataan awal, program Pemberdayaan Agro-Farming nantinya akan menyasar pertanian dan peternakan di Kota Jabalia – Gaza Utara, juga di sepanjang perbatasan Gaza dan Israel. Kata Andi Noor Faradiba, Tim GHR-ACT, di dua wilayah itu banyak tersedia lahan luas yang biasa digunakan untuk pertanian dan peternakan warga Gaza.

BACA JUGA : Gencatan Senjata dan Kemenangan untuk Gaza

Pertanian di Gaza sendiri umumnya memproduksi gandum, juga buah-buahan dan sayur-mayur tropis. Dari topografisnya, kontur lahan Gaza memang berada di dataran rendah, dekat dengan pesisir laut. Sementara hasil peternakannya berupa sapi perah, ayam, kambing, maupun domba.

“Sekarang kami sedang mempelajari studi kelayakannya. Rencana ACT akan membantu dalam dua hal pemberdayaan, membiayai penyediaan bibit atau mendanai operasional para pekerjaannya. Semua akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dari peternak dan petaninya,” papar Faradiba.

Tak sendiri, ACT juga akan mengembangkan program Pemberdayaan Agro-Farming melalui kerjasama dengan Global Wakaf, memaksimalkan prinsip-prinsip wakaf untuk menjadi pondasi pemberdayaan petani dan peternak di Gaza.

“Sehingga dana wakaf yang diterima bisa dikonversi sebagai modal usaha produktif di Gaza. Target awal, insya Allah ACT akan menaungi 5 petani dan 5 peternak, semua tersebar di Kota Jabalia dan Perbatasan Gaza Timur,” tambah Bambang.

Memulai aksi kemanusiaan masif untuk Gaza di tahun 2019 ini, Bambang menegaskan ACT akan berikhtiar penuh untuk menyelamatkan berbagai sendi penopang kehidupan warga Gaza.

Selain pemberdayaan yang akan berlangsung, program masterpiece ACT untuk Gaza sebelumnya juga masih dijalankan, antara lain Program Water Tank Truck dan Water Well, lalu penyediaan bahan pangan siap santap lewat Dapur Umum Indonesia di Gaza, hingga ke dukungan ekonomi yang disalurkan lewat Humanity Card di Gaza dan Yerusalem.(jejakrekam) 

Penulis Nimas Afridha Aprilianti
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.