DIDI GUNAWAN, ‘WARTAWAN SEPENUH HATI’

0

Oleh : Noorhalis Majid

KALAU ada daftar deretan wartawan yang sangat mencintai profesinya sepenuh hati, bekerja dan menggeluti dunia kewartawanan dengan segenap jiwa raga, maka aku akan daftarkan nama engkau sebagai salah satu deretan wartawan tersebut.

SEBAB, wartawan yang seperti itu tidak mudah. Harus mau dan mampu melawan arus, tidak tergoda berbagai tawaran ‘pragmatisme’ yang mematikan kewarasan, idealisme dan daya kritis, bersamaan itu mesti terus meningkatkan kapasitas, agar segala yang diwartakan memiliki bobot dan mencerdaskan, sekaligus mencerahkan pembacanya.

Aku melihat dan menyaksikan, engkau mampu melakukan itu, walau terkadang harus “terkapar’ dipukul arus besar arogansi, yang memaksa daya kritis lumpuh, bahkan mati tak berdaya.

BACA : Kabar Duka, Pemimpin Redaksi Jejakrekam.Com Wafat

Tulisan-tulisan yang engkau buat, tidak asal. Namun dirangkai data dan analisa, yang didapat dengan cara tidak mudah, diperkuat argumen berimbang dari para narasumber berkualitas, sehingga setiap warta yang disampaikan mengajak berpikir, bahkan tanpa sadar menggerakkan perubahan.

Belakangan engkau menyukai sejarah, sehingga banyak informasi lama yang begitu berharga diaktualkan kembali melalui narasi yang menarik, memaksa menoleh masa silam yang banyak memberi pelajaran dan hikmah, di tengah surplus argumen yang a-historis dan tidak mempedulikan nilai.

Engkau benar-benar menjaga dunia “kewartawanan” sebagai pilar demokrasi, di tengah arus pemujaan kekuasaan yang memanipulasi demokrasi sekedar alat menyuburkan kerakusan. Dengan sikap seperti itu, engkau menempatkan diri sebagai “aktivis” yang memaksa dirinya terus peduli berbagai hal untuk disuarakan.

BACA JUGA : Resmi Disahkan, Koordinator AJI Balikpapan Biro Banjarmasin Dipegang Didi Gunawan

Jalan kewartawanan yang sepenuh hati memang tidak mudah, terkadang harus mengalahkan kesehatan dan kenyamanan tubuh, karena dipaksa melawan kantuk, lelah, panas, bising, sakit dan lain sebagainya. Bahkan harus kuat berhadapan dengan tekanan, paksaan, dan hinaan “amplop”.

Engkau tegar menghadapi itu semua dan berhasil menjadi pribadi berbeda. Mudah-mudahan setiap huruf, setiap kata, setiap kalimat, setiap paragrap, dan setiap lembar tulisan yang sudah dibuat, menjadi amal jariah yang pahalanya terus mengalir menemani engkau, bersama orang-orang yang dimuliakan Allah.

Mohon maaf beribu maaf, karena jarak yang begitu jauh, hanya dapat menghantarkan kepergian engkau dengan tulisan ini. Aku bersaksi, engkau pribadi yang sangat baik.(jejakrekam)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.