Mempersiapkan Tes Cepat dalam Penemuan Kasus

0

Oleh : dr IBG Dharma Putra, MKM, Epidemiolog

TES cepat atau rapid test, biasanya dilaksanakan untuk penafisan awal untuk membantu penemuan kasus. Biasanya dilakukan jika penemuan kasus melalui pelaksanaan survailans aktif, berjalan tidak optimal dan tak banyak kasus yang bisa ditemukan.

DENGAN tes cepat diharapkan lebih banyak potensi kasus yang bisa terjaring. Demi begitu, bisa segera diatasi, dalam rangka percepatan pemutusan rantai penularan. Disebut sebagai potensi kasus, karena tes cepat tak bisa dipakai pedoman akhir penemuan kasus difinitif.

Kasus difinitif ditentukan oleh tes diagnostik dan bukan tes cepat yang hanya bersifat penafisan (skrining ) saja. Pelaksanaan tes cepat, harus didahului oleh sosialisasi yang benar dan massif. Ini agar tidak menimbulkan kondisi kontra produktif terhadap tujuannya dalam mempercepat pemutusan rantai penularan.

BACA : Kalsel Segera Miliki Rapid Test Covid-19

Sosialisasi yang lebih detail dan terarah dapat dilakukan jika sensitifitas dan spesifisitas tes cepat sudah diketahui. Sensitif dan spesifiknya sebuah tes merupakan sifat yang dibawa oleh tes bersangkutan. Yang didapatkan dari penelitian uji coba yang sebelumnya sudah dilakukan sebelum tes itu diperjual belikan.

Sensitif itu artinya disentuh sedikit saja sudah bereaksi. Saking sensitifnya sampai sampai yang bukan virus Corona pun bisa menyebabkan tes ini bereaksi positif. Artinya akan terdapat banyak positif palsunya, orang sehat tapi mendapat hasil positif.
Spesifik itu artinya cuma bereaksi pada kondisi yang spesifik. Misalnya hanya bereaksi pada seorang perempuan tertentu yang memakai baju merah.

BACA JUGA : Disiapkan 44 Ruang Isolasi, Kalsel Tambah Tiga RS Rujukan Covid-19

Saking spesifiknya, sampai-sampai, tak mau bereaksi terhadap perempuan dimaksud jika tidak sedang memakai  baju merah. Artinya akan terdapat banyak negatif palsu, yaitu orang sakit yang tak ditemukan oleh tes ini.

Tes yang sensitif akan menyebabkan terlihat banyak ditemukan orang sakit. Padahal sebenarnya tidak demikian. Orang yang sehat,atau sakit lain, akan menunjukkan hasil positif dan pada tes difinitif selanjutnya, sebagiannya akan terbukti negatif.  

Terjadinya fenomena positif palsu, jika tak tersosialisasikan dengan baik kepada seluruh masyarakat, akan dapat mengundang kepanikan dengan berbagai masalah sosial lain yang bisa mengikutinya.

BACA JUGA : Tangani Covid-19, Mabes TNI AD Suplai APD bagi Tim Medis Rumkit dr Soeharsono

Tes yang spesifik akan menyebabkan tidak banyak orang sakit terjaring dan tersimpulkan seolah-olah sehat, padahal orang yang terlihat  sehat tersebut, pada tes yang difinitif akan menunjukan hasil positif dan tebukti sakit.

Hal yang seperti itu, jika tidak tersosialisasikan dengan baik pada seluruh masyarakat, akan berdampak menjadi peledakan kasus ke kondisi yang tak bisa lagi dikontrol. Hal tersebut terjadi karena orang sakit yang seolah-olah sehat tersebut, menyimpulkan dirinya sehat dan pergi bebas ke mana mana serta menjani oknum penular penyakit, yang akhirnya berakibat pada meledaknya masalah beberapa minggu kemudian.

Masyarakat harus dipahamkan bahwa tes cepat adalah sebuah penafisan (skrining) yang akan diikuti oleh tes diagnostik setelah beberapa hari. Tes diagnostik dilakukan terhadap yang hasilnya positif, karena sebagiannya akan terbukti negatif. Sehingga bagi yang positif diharapkan tidak panik, karena belum tentu sakit.

BACA JUGA : Kalsel Harus Gerak Cepat Dapatkan Rapid Test Covid-19

Tes diagnostik juga diberlakukan terhadap orang-orang yang hasil tesnya negatif. Yang gejala klinisnya sangat nyata serta mengarah pada penyakit yang diakibatkan oleh virus Corona. Bagaimana pun tangan, mata, telingga dokter yang diciptakan oleh Tuhan, lebih layak dipercaya dibandingkan dengan alat laboratorium yang diciptakan manusia.

Jika memang akan dilakukan tes cepat, maka selayaknya seluruh masyarakat diberikan sosialisasi sehingga dampak kepanikan yang tidak perlu dan atau peledakan kasus dapat terhindarkan. Sudah siapkah kah?(jejakrekam)

Penulis adalah Direktur RSJD Sambang Lihum

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.