Tuhan, Iblis, dan Manusia

0

Oleh: Almin Hatta

RUPANYA, sesekali manusia bisa lebih “berkuasa” ketimbang Tuhan Yang Maha Kuasa. Larangan Tuhan tentang sesuatu bisa dilanggar manusia seenaknya. Tapi ketika manusia membuat larangan serupa, ternyata orang ramai-ramai menaatinya.

BEBERAPA tahun silam, tersebutlah Perda tentang Larangan Jual-Beli Minuman Keras, maka segenap warung dan restoran pun segera menyingkirkan minuman memabukkan itu sampai tuntas tanpa bekas. Setidaknya miras tak terlihat lagi diperjualbelikan secara bebas.

Padahal Tuhan sudah sejak semula dengan sangat tegas melarang segenap manusia menenggaknya, tokh sebelum munculnya Perda tadi cukup banyak orang yang mengonsumsinya tanpa pernah merasa berdosa.

Kemudian muncul Perda Busana Muslim bagi PNS wanita. Maka segenap PNS wanita pun serempak menutup rapat auratnya. Padahal, soal aurat ini sudah pula ditegaskan Tuhan lewat firman-Nya, tapi nyatanya banyak saja PNS wanita yang memamerkan kemolekan paras dan tubuhnya, dan baru berhenti setelah munculnya Perda.

BACA : Tiga Raperda Diujipublikkan, Banjarmasin Tak Bisa 100 Persen Bebas Minuman Beralkohol

Lalu ada lagi Perda tentang Larangan Operasional THM (Tempat Hiburan Malam) selama bulan Ramadan. Maka seluruh THM pun menutup rapat pintunya selama sebulan. Padahal Tuhan sudah pula melarang adanya hiburan serupa, bahkan tak peduli pada bulan puasa atau bulan-bulan lainnya.

Maka kita pun pantas bertanya: kenapa aturan yang dibuat manusia bisa lebih sakti ketimbang aturan agama?

Boleh jadi hal ini lantaran aturan yang dibuat manusia jelas sanksinya, dan terutama karena sanksi itu dapat serta-merta diterapkan terhadap pelanggarnya selagi masih menghirup udara dunia. Sedang di sisi lain, sanksi dari aturan agama justru masih banyak orang yang meragukannya.

BACA JUGA : Soal THM, Pemkot Banjarmasin Diminta Terbuka Gelar Dialog Persepsi Warga

Pasalnya, sanksi atas pelanggaran aturan agama hanya akan terjadi nun jauh di alam akhirat sana. Keberadaannya pun hanya bisa diyakini oleh orang yang benar-benar beriman dan bertaqwa. Sedangkan orang-orang yang setengah beriman, seperempat beriman, atau sama sekali tak beriman, tentu meragukannya dan bahkan sangat mungkin mendustakannya.

Karenanya, yang mesti dilakukan adalah membenahi keimanan kita semua sampai mencapai puncaknya. Jika itu sudah berhasil dilakukan, maka tak perlu lagi dibuatkan Perda Minuman Keras, Perda Busana Muslim, dan Perda THM. Sebab, tanpa Perda pun orang pasti akan dengan sangat sadar dan ikhlas menaatinya. Dengan demikian semuanya beres.

Hanya saja, Tuhan sudah terlanjur memberikan hak penuh kepada iblis untuk terus menggoda manusia sampai berakhirnya kehidupan di dunia. Dan celakanya, iblis tak pernah sendirian dalam melancarkan aksinya, melainkan selalu disokong penuh oleh begitu banyak manusia yang sehati dengannya.(jejakrekam)

Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.