Geger Pria di Paringin Mengaku Nabi Isa, Tim Pakem Langsung Turun Tangan

0

GEGER adanya pengakuan seorang warga di Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan sebagai Nabi Isa, beredar di media sosial facebook. Hal ini langsung disikapi Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Keagamaan dalam Masyarakat (Pakem) Kabupaten Balangan di Paringin, Kamis (30/1/2020).

MENCUATNYA pria yang diketahui berinisial JB mengaku sebagai Nabi Isa, ramai diperbincangkan medsos. Diduga pria yang mengaku Nabi Isa itu mengalami stress berat.

Hingga akhirnya, Asisten I Bidang Pemerintahan Setdakab Balangan, Gunawan mewakili Bupati Balangan H Ansharuddin bersama jajaran Polres Balangan, Kejari Balangan, Badan Kesbangpol Balangan, Kantor Kementerian Agama Balangan, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) serta pihak terkait lainnya menggelar rapat koordinasi (rakor) di Aula Kejari Balangan, Paringin.

BACA : Fenomena Nabi Palsu dari Batu Benawa, Tokoh NU Sebut Akibat Banyak Faktor

Hasilnya, Tim Pakem akan segera menindaklanjuti laporan yang menyebut ada warga desa mengaku sebagai Nabi Isa.

Kepala Seksi Intelijen Kejari Balangan, Ahmadi mengakui pihaknya beberapa waktu mendapat informasi adanya oknum warga mengaku sebagai Nabi Isa.

“Pengakuan yang bersangkutan itu tak hanya diucapkan langsung kepada masyarakat di sekitar dsanya. Namun juga menyebar di media sosial,” ucap Ahmadi.

Dari rekomendasi rapat koordinasi Tim Pakem Balangan, akhirnya diputuskan untuk segera mengambil tindakan secepatnya terkait kejadian oknum masyarakat yang mengaku-mengaku sebagai Nabi Isa ini.

“Tindakan yang pertama akan dilakukan adalah menggali informasi dengan terjun langsung ke lapangan,” ucap Ahmadi.

BACA JUGA : Polres HST Tahan “Nabi” Asal Batu Benawa

Dengan pengumpulan informasi di lapangan, Ahmadi memastikan tindakan yang akan diambil akan lebih mudah ke depan, agar kasus itu tidak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

Asisten I Bidang Pemerintahan Setdakab Balangan Gunawan menegaskan apa pun kejadian sosial di tengah masyarakat harus menjadi perhatian, terlebih lagi terkait soal aliran kepercayaan dan keagamaan.

“Sebab, hal itu bisa berpotensi mengganggu kondusivitas di tengah masyarakat. Kita harus bisa menjaga ketertiban, kenyamanan dan keamanan di masyarakat,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Gian
Editor DidI GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.