Memproduktifkan Kawasan Kota, Gagasan untuk Banjarmasin ke Depan (1)

0

Oleh : Subhan Syarief

IDE utama pada visi yang coba diusung menjadi bakal calon Walikota Banjarmasin periode 2021-2026 adalah memformat Kota Banjarmasin menjadi Kota Berjati Diri, Produktif dan Berkelanjutan.

MEMPRODUKTIFKAN sebuah kota menjadi salah satu aspek yang menarik untuk di kupas. Produktif bagi Kota Banjarmasin ke depan ingin diarahkan menuju makna bahwa semua yang akan terjadi atau dilakukan oleh warga kota dan kota berikut infrastruktur yang disediakan. Semua itu dalam kerangka selalu memberikan nilai tambah atau peningkatan kemanfaatan baik fisik maupun non fisik bagi segenap penghuni dan pengguna kota.

Produktif secara sederhana bisa juga diartikan sebagai sebuah langkah atau kemampuan untuk bisa menghasilkan sesuatu yang mendatangkan keuntungan atau kemanfaatan. Untuk menuju produktif, maka langkah awal yang dilakukan adalah membudayakan sebuah sikap perilaku yang didasari dengan adanya penerapan metode atau konsep untuk mencapai sebuah tujuan memberi kemanfaatan bagi diri sendiri dan bagi orang lain atau bagi lingkungannya.

BACA : Raih Predikat Kota Sehat, Banjarmasin Sabet Saba Wistara

Produktif terkait dengan persoalan kawasan atau kota telah menjadi perhatian. Bahkan di sekitar tahun 2016 , hal kota yang produktif merupakan sebuah gagasan bahkan program yang dipicu oleh pemerintah untuk dikembangkan.

Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR sekaligus Presiden Eastern Regional Organization for Planning and Human (EAROPH), Hermanto Dardak menyatakan bahwa konsep tata kelola terkait kawasan kota produktif tersebut dilakukan Kementerian PUPR pada wilayah pertumbuhan di Indonesia. Tujuannya, agar kawasan perkotaan, Kota Baru, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI) dapat saling terhubung melalui backbone berupa akses.

Harapannya jika kawasan-kawasan tersebut saling terhubung, infrastruktur akan lebih murah, dan menjadi kota yang produktif dengan tata kelola yang baik.

BACA JUGA : 400 Tapping Box Dipasang di Restoran, Tempat Hiburan dan Hotel di Banjarmasin

Hal itu disampaikan Dardak pada acara yang diselenggarakan oleh BPIW bersama EAROPH pada Profesional Forum dengan tema “Mendorong Kota Produktif dan Berdaya Saing Melalui Tata Kelola yang Baik” di Jakarta, sekitar bulan Juni tahun 2016.

Dalam hal ini memang yang lebih dibicarakan dan mau dijadikan kota produktif adalah kota penyangga yang berhubungan dengan kota yang memiliki kawasan pertumbuhan ekonomi tinggi atau kota industri.

Multiplier effect dari pertumbuhan ekonomi kawasan kota yang sudah maju tersebut bisa dimanfaatkan oleh kawasan sekitarnya. Menjadi kota produktif dan berdaya saing haruslah menjadi mimpi bagi setiap Kota.

Karena dengan bisa mencapai atau menjadi kota berlabel produktif pasti akan banyak memberi nilai tambah bagi pendapatan (PAD) kota. Dengan pendapatan yang tinggi akan membuat kota menjadi semakin berkembang dan maju. Warga kota pun akan menikmati pendapatan yang juga tinggi. Bahkan dengan semakin tingginya produktivitas sebuah kota akan semakin mampu kota tersebut membiayai operasional pengelolaan kota.

Kota produktif akan mampu memberikan layanan yang baik, cepat, bermutu dan gratis pada semua warga kota. Layanan di semua aspek kebutuhan minimal hal kebutuhan dasar warga seperti layanan kesehatan, pendidikan, layanan transportasi gratis, listrik dan air yang juga gratis. Kalau pun tidak bisa gratis maka paling tidak ada subsidi bagi warga kota. Minimal untuk warga ekonomi yang berpenghasilan rendah.

BACA LAGI : Belajar dari Hotel Treepark, Pemkot Banjarmasin Takut Kehilangan Duta Mall

Kota Banjarmasin dari segi pendapatan asli daerah (PAD) termasuk kota yang pendapatannya rendah. Bahkan untuk tingkat regional Kalimantan kalah dengan kota Balikpapan, Samarinda dan Pontianak. Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan.

Satu sisi Visi Kota Banjarmasin tahun 2006 – 2025 menargetkan ingin menjadi Gerbang Ekonomi Kalimantan. Dengan fakta  yang menunjukan PAD kota rendah, tentu untuk mencapai visi tersebut pastilah sulit. Kentara terlihat kota ini seolah tidak punya kiat tinggi dan semangat kuat untuk meningkatkan PAD-nya. Kemudian dengan waktu yang tersisa hanya tinggal sekitar lima tahun pastilah akan menjadi hal yang bisa membuat kendala.(jejakrekam/bersambung)

Penulis adalah Ketua LPJK Kalimantan Selatan

Arsitek Senior di IAI Kalsel

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.