Spektakuler! Digarap Serius, Sendratasik Adipati Karna Memukau

0

SPEKTAKULER. Wiracarita Adipati Karna disuguhkan Tim Manajemen Seni Pertunjukan Prodi Pendidikan Seni, Drama, Tari dan Musik (Sendratasik) FKIP Universitas Lambung Mangkurat di Open Space ULM, Banjarmasin, Sabtu (4/1/2020) malam. Decak kagum pun menyeruk dengan pergelaran yang totalitas dari pegiat seni kampus itu.

IDE cerita yang digarap serius Jaylanie Abdi dan disutradarai Bayu Bastari, sangat komplet dengan gaya pertunjukan modern. Dipadu lighting (tata cahaya) dan penataan musik serta konstum dan tat arias ditangani tim yang begitu padu.

Walikota Banjarmasin Ibnu Sina pun usai menyaksikan suguhan Sendratasik 9 bertajuk Adipati Karna ini mengaku larut dalam alur cerita epik itu. Bahkan, ia menyetarakannya dengan pergelaran serupa Sendratari Ramayana di pelataran Candi Prambanan, Jawa Tengah yang telah mendunia.

BACA : Desa Barikin dan Lakon Wayang Banjar, Warisan dari Kerajaan Negara Dipa

“Mari kita hidupkan industri kreatif dan berkesenian, seperti pertunjukan yang spektakuler pada malam ini. Kita bisa membuktikan bahwa Banjarmasin setara dengan kota-kota lain. Apalagi, Banjarmasin termasuk dalam jaringan Kota Pusaka di Indonesia,” ucap Walikota Ibnu Sina.

Epos Adipati Karna yang tersisih, hingga akhirnya berada di posisi terhormat diceritakan dengan runut. Hingga, Adipati Karna pun berada di barisan Kurawa melawan saudaranya sendiri di pihak Pandawa di medan laga Kurusetra. Rival Adipati Karna sepadan adalah tokoh Arjuna di pihak Pandawa dalam perang Baratayudha disuguhkan secara apik. Para pemain hingga pihak lainnya terlibat, begitu totalitas dengan perannya.

Persaingan sebagai pemanah terhebat di jagat raya, antara Adipati Karna dan Pangeran Arjuna, cukup detail dalam pertunjukan yang disaksikan ribuan pasang mata itu.

BACA JUGA : Lakon Wayang Banjar di Temaran Blencong, Akhir Malam Karasmin Budaya

Dengan garapan serius, pertunjukan kisah epik Adipati Karna, sosok antagonis, karena ernyata harus melawan saudaranya sendiri putra Dewi Kunti, membawa para penikmat sendratasik seakan berada di era kerajaan itu. Jalan hidup yang dilakoni Karna, karena harga sebuah kesetiaan dan ketaatannya kepada sang Raja Astinapura, Prabu Duryudana.

Sutradara Sendratasik Berkarya 9 Adipati Karna, Bayu Bastari Setiawan mengatakan diangkatnya sosok anatogis dalam wiracarita Mahabrata, Adipati Karna menggambarkan bahwa manusia itu tidak ada hitam dan putih.

“Adipati Karna dikenal tokoh antagonis. Namun, di balik itu, ternyata ada sisi baiknya. Bagaimana karakter itu terbangun karena sikap-sikap yang menyudutkan Adipati Karna,” tutur Bayu Bastari Setiawan kepada awak media.

Menurut dia, alur cerita dari suguhan kolosal ini diawali dari kelahiran Karna, tetap kokoh pada janji setia membela negaranya. Dari cerita Adipati Karna, kita harus memiliki pendirian. Sebab, dari setiap tujuan yang besar itu dibarengi adanya pengorbanan yang besar,” tutur Bayu.

Ia menegaskan dari pesan moral pertunjukan Sendratasik Adipati Karna ini bagi semua orang adalah untuk mencapai sesuatu itu harus ada usaha.

“Untuk menyuguhkan pertunjukan malam ini, kami butuh waktu dua bulan untuk penggarapannya. Semua talent yang terlibat mahasiswa Sendratasik angkatan 2016 dan 2017 untuk mata kuliah manajemen dan produksi,” kata Bayu.

BACA LAGI : Damarwulan Banjar, Kesenian Asli Banjarmasin Berada di Tepi Zaman

Kekaguman juga disuarakan budayawan Kalsel, HE Benyamine. Menurut dia, suguhan pada malam puncak Sendratasik Berkarya 9 bertajuk Adipati Karna ini sungguh memukau. Semua bisa padu padan dari alur cerita, musik, kostum, tata cahaya dan pendukung lainnya di atas panggung yang dibuat miring ke depan, bukan mendatar seperti lazimnya.

“Ini membuktikan jika para seniman kampus terutama di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) bisa menyuguhkan sebuah pertunjukan yang spektakuler. Hal semacam ini harus kita apresiasi, apalagi usai ULM, akan menyuguhkan hal serupa dilakukan STKIP PGRI Banjarmasin,” tutur Benyamine.

Penulis buku Seni Pertunjukan ini mengungkapkan diangkatnya salah satu tokoh sentral Kurawa, Adipati Karna, sang Raja Angga menunjukkan tidak semua manusia itu dicap sebagai jahat.

“Dalam pertunjukan tadi, digambarkan Adipati Karna itu tak membunuh saudaranya, Arjuna dalam perang tanding di Kurusetra. Malah, Karna memilih mengalah demi memenuhi sumpah setianya kepada Prabu Duryudana. Di balik sisi antagonisnya, Adipati Karna justru ada sisi humanisnya yang bisa kita ambil pelajaran,” kata Benyamine.

BACA LAGI : Tari Topeng dan Kuda Gipang Dulu, Musik Panting Menyusul

Tokoh Minggu Raya Banjarbaru ini mengakui walau digarap para mahasiswa dan melibatkan para alumni Prodi Sendratasik FKIP ULM, ternyata tampilannya tak kalah wah dengan garapan berkaliber nasional.

“Apalagi, pertunjukan ini baru pertama digelar di ruang terbuka (outdoor), karena biasanya dalam gedung. Tapi, sungguh luar biasa dari semua sisi, bisa dikatakan sempurna,” kata Benyamine.(jejakrekam)

Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.