Program CDR Tuberculosis Di Kalsel Masih Kurang

0

PENYAKIT TUBERCULOSIS atau TBC masih menjadi momok di Indonesia, termasuk di Kalsel. Tahun ke tahun,semakin banyak ditemukan pasien penderita TBC.

KADIS Kesehatan Kalsel M Muslim mengatakan, TBC adalah penderita yang menurut pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan sediaan dahaknya) dinyatakan positif TB Paru.

Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit TB-Paru BTA (+).

Pada tahun 2018 capaian realisasi kinerja indikator CDR TB per 100.000 penduduk adalah sebesar 49 persen dari targetnya sebesar 70 persen, sehingga target kinerja indikator yang diharapkan pada tahun 2018  belum tercapai. Hal ini dikarenakan capaian tersebut masih capaian triwulan.

BACA : Kematian Karena Stroke Dan Jantung Tertinggi Di Kalsel

“Angka ini meningkat 8 poin di bandingkan dengan capaian tahun 2017 sebesar 41 yang artinya capaian kinerja tahun 2018 lebih baik 8 poin dibanding tahun 2017,” katanya.

Selama periode 2015 hingga 2018 indikator ini mengalami naik turun capaian kinerja. Pada tahun 2015 CDR TB tercatat 40 persen, tahun 2016 mencapai 39 persen, dan di tahun 2017 mencapai sebesar 41 persen.

“Hal ini menggambarkan bahwa program CDR TB di Kalimantan Selatan masih kurang sehingga perlu upaya untuk meningkatkan persentase capaian indikator agar program dapat berjalan dengan baik,” katanya.

Untuk melihat peningkatan dan penurunan realisasi capaian selama periode tahun 2016-2018 dapat dilihat dari jumlah kasus TB per kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan.

Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus TB yaitu dari faktor-faktor penyebab belum optimalnya pengawasan minum obat dan ketidakdisiplinan pasien untuk minum obat terlebih apabila gejala sakit sudah tidak dirasakan lagi dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit TB.

BACA JUGA : Memastikan Mutu Layanan Rumah Sakit, Komisi IV DPRD Kalsel Maksimalkan Sidak

“Sebenarnya yang perlu diwaspadai adalah pasien yang telah resistan. Karena akan membawa virus TB terus menerus dalam tubuhnya dan kebal terhadap obat TBC umum,” katanya.

Untuk pasien seperti ini, upaya pengobatan yang dilakukan adalah Directly Observing Treatment Shortcourse (DOTS). Ini sudah dilakukan lama di rumah sakit dengan memberikan pendampingan pada pasien resistan untuk meminum obatnya. Banyaknya temuan ini, paparnya, bukan hanya menandakan di Kalsel banyak penderitanya, namun keberhasilan petugas kesehatan menemukan kasus TBC di suatu daerah, dibandingkan dengan jumlah penderita yang diperkirakan pada wilayah tertentu, yang akrab disebut Case Detection Rate (CDR).(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.