Pedang Waktu

0

Oleh : Almin Hatta

TANPA terasa tahun 2019 sudah berlalu. Waktu satu tahun yang setara dengan 360 hari itu ternyata sedemikian singkat. Rasanya baru saja kemarin kita ramai-ramai meniup terompet menyongsong datangnya 2019, eh sekarang terompet yang sama sebagai penanda tibanya tahun 2020 sudah pula kita tiup kencang-kencang bersamaan dengan gemuruhnya suara hujan. 

MAKANYA tak salah jika orang Arab menyatakan, waktu adalah kelebatan pedang. Begitu cepat, sedemikian tajam, sudah lewat begitu saja dalam sekelebatan. Tahu-tahu waktu telah berlalu dengan meninggalkan ceceran darah dan noda di mana-mana.

BACA : Paribasa Banjar; Tamakan Pandir

Benar-benar tak salah, waktu adalah kilatan pedang. Jika tak pandai mempergunakannya, maka yang didapat hanyalah guratan luka di segenap penjuru. Jika tak pandai memanfaatkannya, maka yang diperoleh tak lebih dari kekecewaan dan kerugian belaka. Jika tak arif menyikapinya, maka yang tersisa hanyalah kesal berkepanjangan. Padahal kita semua tahu, orang bijak telah lama mengatakan: sesal kemudian taklah berguna.  

Ya, sesal dan kekecewaan yang tak berkesudahan. Sebab waktu yang sudah terlanjur lewat tak mungkin ditarik kembali. Seperti pedang yang telah ditebaskan, maka yang tersisa adalah luka. Bisa luka parah yang mendatangkan kematian, bisa pula sekadar goresan yang mendatangkan kepedihan. Tapi tak ada bedanya, keduanya sama-sama menyakitkan. 

Karena itu Muhammad al-Ghazali mengingatkan agar kita benar-benar mampu memanfaatkan waktu, dan jangan sampai justru waktu yang mengendalikan kita. “Manusia yang berakal menghadapi waktunya bagaikan orang kikir memperkukan harta bendanya,” ujarnya.

BACA JUGA : Belajar dari Agama Lokal

Jadi, kita diingatkan agar benar-benar semaksimal mungkin memanfaatkan tiap detik, tiap menit, tiap jam, tiap hari, tiap bulan, dan tiap tahun waktu yang terus berlalu.

Soalnya, waktu yang terus berjalan adalah penyusutan jatah umur kita sekalian. Seiring berlalunya waktu yang tak pernah permisi dan tak pernah mengucapkan salam perpisahan, maka umur kita yang tadinya dijatahkan lumayan panjang tanpa terasa cuma tinggal sepersekian digerogoti waktu yang tak kenal kasihan.

Itulah sebabnya kita dianjurkan memperlakukan waktu sekikir-kikirnya, dan bahkan Tuhan sendiri telah menegaskan bahwa waktu adalah kerugian jika tak dipergunakan sebagaimana mestinya.

Karena itulah, sebagaimana halnya al-Ghazali mengingatkan, waktu harus benar-benar diirit dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehemat-hematnya. Setiap detik yang lewat haruslah mendatangkan keuntungan berlipat. Jadi, janganlah membuang-buang waktu percuma.   

BACA LAGI : Paribasa Banjar: Pandiran di Getek 

Barangkali itulah sebabnya orang Eropa dan Amerika selalu bilang waktu adalah uang, waktu adalah emas. Dan itu jelas tak salah. Seperti halnya uang atau emas, waktu memiliki nilai tukar pada posisi teratas sebab setiap orang cuma memilikinya dalam takaran yang sangat terbatas. Karena itulah waktu adalah juga kekayaan sekaligus kenikmatan, terutama waktu sehat yang dimanfaatkan dengan tepat dan waktu luang yang tidak dibuang-buang.

Maka, selamat datang di Tahun Baru 2020 bagi kita semua. Semoga sepanjang perjalanan 360 hari ke depan kita sekalian bisa melangkah riang gembira penuh kebahagiaan.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2020/01/01/pedang-waktu/
Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.