Mengembalikan Jati Diri Kota Banjarmasin , Mampukah ? (02)

0

Oleh : Subhan Syarief

SISI lain , Kampung ini dipimpin seorang tokoh Melayu yang dikenal dengan sebutan Patih Masih atau Oloh Masih. Patih Masih inilah yang menjadi Arsitek utama terbentuknya kerajaan Banjar dan kemudian dengan kepiawaian sang Patih inilah, bersama Patih Dayan – seorang tokoh Islam dari tanah Jawa yang kebetulan diutus untuk membantu Kerajaan Banjar , sekaligus mengislamkan segenab warga Kerajaan Banjar. Mereka inilah yang menyebabkan Kerajaan Banjar mampu berdiri menggantikan atau mengalahkan Kerajaan Daha.

ADAPUN kata ‘Banjar’ berasal dari bahasa Melayu yang berarti kampung atau juga berarti berderet-deret. Ini konon karena mengacu kepada letak perumahan di kampung yang banyak berjejer/berderet sepanjang tepian sungai. Banjarmasih berarti kampung orang-orang Melayu. Ini sebuah sebutan yang disematkan dari  orang Ngaju (suku Barangas) yang menghuni kampung-kampung sekitar kawasan kampung Banjarmasih.

BACA : Mengembalikan Jati Diri Kota Banjarmasin, Mampukah? (1)

Dengan kondisi ini, maka tentu bisa sekilas dikatakan bahwa kata Banjarmasih yang kemudian berubah nama menjadi Banjarmasin adalah sebuah permukiman atau perkampungan yang lokasinya di tepian sungai dengan ciri atau karakter bangunannya adalah berjejer di sepanjang tepian sungai.

Dari hal ini sebenarnya bisa disimpulkan bahwa Kota Banjarmasih dasarnya sejak dulu sudah sangat tergantung  dengan aspek keberadaan sungai dan air.

Kondisi mata pencaharian terbanyak atau terfavorit warga Kota Banjarmasin  tentu juga sangat mempengaruhi pertumbuhan fisik kotanya. Sejak dulu umumnya mata pencaharian warga Kota Banjarmasin adalah berdagang (termasuk jasa makelar /”belantikan” atau menjadi perantara jual beli), bertani /pertanian , berkebun/perkebunan dan nelayan mencari ikan/perikanan. Dan rata rata lahan yang mereka garaf baik itu sebagai petani , pekebun, selalu berada di daerah dekat air/sungai. Tentu termasuk profesi sebagai nelayan mencari ikan.

BACA JUGA : Disengaja atau Tidak Disengaja, Pasar Terapung Kuin Kian Dilupakan Eksistensinya

Dengan kondisi inilah, akhirnya Kota Banjarmasin lambat laun berkembang menjadi kota dagang. Dan kemudian semakin berkembang setelah Kota Banjarmasin menjadi tempat persinggahan perahu tradisional dari berbagai daerah seperti dari Jawa , Sulawesi , Sumatera, dan berbagai daerah lainnya.

Puncaknya di era usai kemerdekaan sampai dengan era tahun 1980-an , Kota Banjarmasin berkembang menjadi Kota Perdagangan Jasa yang cukup terkenal dan mampu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di kawasan regional Kalimantan, terutama wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Dan salah satu pemicu utamanya adalah pasar-pasar yang ada di Kota Banjarmasin, terutama di kawasan Pasar Sudimampir , Ujung Murung , Pasar Lima , Pasar Harum Manis, Pasar Niaga dan Pasar Cempaka. Yaa , intinya semua pasar yang ada di kawasan tersebut.

Letaknya yang berada di tepian Sungai Martapura juga sangat menunjang, sehingga kemudahan transfortasi angkutan barang lewat sungai menjadi unggulannya. Dan begitu juga ketika menyebarkan barang dagangan keberbagai pelosok Kalimantan didominasi lewat jalur sungai. Sehingga sungai dalam hal ini juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Banjarmasin dan kota-kota di kawasan Kalimantan secara umum.

Dari uraian ringkas sebenarnya sudah tersimpulkan bahwa sejak dulu identitas atau ‘pengenal’ atau keadaan khusus/utama Kota Banjarmasin dasarnya hanya tertumpu pada 2 aspek.

BACA LAGI : Paribasa Banjar: Pandiran di Getek

Pertama, berkaitan erat dengan aspek sungai. Kedua, berkenaan dengan aspek Perdagangan Jasa. Dan bila hal ini dikorelasikan dengan kata JATI DIRI menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , yang menyatakan bahwa Jati diri adalah sebuah ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda. Atau bisa juga ditafsirkan sebagai identitas, inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam atau spiritualitas sebuah benda.

Sehingga sebenarnya bisa dipertegas bahwa Jati Diri Kota Banjarmasin  adalah berupa manisfestasi keberadaan sungai dan Perdagangan Jasa. Atau dengan kata lain, sungai dan perdagangan jasa merupakan identitas , inti atau jiwa daripada Kota Banjarmasin.(jejakrekam/bersambung)

Penulis adalah Ketua LPJK Kalimantan Selatan

Arsitek Senior di Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalsel

Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.