Paribasa Banjar; Tamakan Pandir

0

Oleh : Noorhalis Majid

HATI-hati tamakan pandir, begitu biasanya nasehat disampaikan. Artinya, percaya pada ucapan yang belum tentu benar. Perkataan, ucapan, sebelum ditelan, dipercaya, mesti dikonfirmasi kebenarannya. Kalau langsung percaya, telan mentah-mentah, tanpa mampu menyaring mencernanya, itulah yang dimaksud tamakan pandir.

SEKALIPUN sudah dibicarakan banyak orang. Sudah viral. Tetap perlu mengkonfirmasi, mengklarifikasi, menguji kebenarannya. Kalaupun sudah yakin benar, simpan dulu sebagai informasi. Pikirkan, apakah perlu diteruskan atau tidak. Apa manfaatnya bila diteruskan?. Apa dampaknya?. Pikirkan betul-betul, sehingga orang lain tidak ikut tamakan pandir. 

Bila mudah tamakan pandir. Bisanya kehilangan akal sehat. Langsung percaya dengan isi pembicaraan. Bila isinya adu domba, berbuah permusuhan. Kalau isinya bohong, fitnah, hoax, termakan berita palsu yang dapat menyesatkan.

BACA : Ikuti Literasi Media, Pemuda Lintas Iman Tangkal Hoaks

Tamakan pandir, berarti tidak mampu menyaring, mencerna, berita yang didapatkan. Langsung percaya, menganggap sebagai kebenaran dan menjadikannya pedoman atau rujukan dalam bertindak. Ketika salah, membuat malu, bahkan dapat membahayakan diri sendiri. 

Sisi lainnya, tamakan pandir, bisa juga bermakna senjata makan tuan. Termakan perkataannya sendiri. Sesumbar menyampaikan sesuatu, ternyata yang dilakukan tidak sesuai dengan yang disampaikan. Menjanjikan berbagai hal, ternyata tidak berbukti. Hanya menjadi omong kosong saja, tidak ada kenyataanya.

Memberi nasihat kepada orang lain agar tidak ini, jangan itu. Ternyata dia sendiri melakukannya. Omongannya dimakan sendiri. Mengerjakan larangan yang dia sampaikan sendiri.

BACA JUGA : Paribasa Banjar; Hundang Bapadah Ratik

Paribasa Banjar ini ingin memberi nasehat agar cermat dalam mendengarkan perkataan. Jangan mudah percaya. Jangan mudah termakan omongan. Harus ada kecerdasan menalarkan, mencernanya. Begitu juga dengan ucapan sendiri. Harus berhati-hati. Jangan sampai  menjadi percuma, termakan ucapan sendiri.

Lidah tidak bertulang, lentur mudah mengucapkan. Isinya, cerrmin kejatidirian. Manusia dinilai dari isi perkataannya. Simak baik-baik, refleksikan, kunyah dulu baru ditelan. Pun bila menyampaikan sesuatu, jangan sampai tidak konsisten. jangan tamakan pandir. (jejakrekam)

Penulis adalah Kepala Ombudsman Perwakilan Kalsel

Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2019/12/24/paribasa-banjar-tamakan-pandir/

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.