Jadi Muatan Lokal, Bangga Berbahasa Bakumpai Harus Dibangkitkan

1

BAHASA Bakumpai era kekinian dihadapkan dengan persoalan mulai terjadinya pergesaran para penutur ke bahasa lokal dan nasional yang terhitung lebih populer.

HAL ini diungkapkan Linguis FKIP Universitas Palangka Raya (UPR) Iwan Fauzi saat berbincang dengan jejakrekam.com, Rabu (18/12/2019).

Dia menuturkan di atas kertas Bahasa Bakumpai masih terbilang lestari dan masih kokoh pemertahannya terutama di ranah rumah dan keluarga.

BACA : Berburu Kosa Kata, Dosen UPR Susun Kamus Bahasa Bakumpai-Indonesia

“Secara teoritis dan survei awal, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Bahasa Bakumpai sudah mengalami penggesaran akan tetapi tetap ada celah menuju pergeseran terutama di ranah pendidikan,” ucap Iwan.

Ia mengungkapkan secara umum pendatang yang mendiami kawasan mayoritas warga Bakumpai masih menggunakan bahasa ibunya ketimbang berkomunikasi dengan bahasa Bakumpai.

BACA JUGA : Ketahanan Bahasa Bakumpai Terjaga, Jika Penutur Aktif Menggunakannya

“Ini disebabkan karena mereka cenderung inklusif dalam menjaga bahasa lokal dan tradisi terutama di ranah rumah dan keluarga,” kata pakar linguistik jebolan Universitiet Radboud Nijmegen Belanda ini.

Iwan menjelaskan secara kuantitas bahasa Bakumpai termasuk suku sub Dayak terbesar di Kalimantan, diperkirakan jumlah populasinya mencapai lebih dari 200 ribu jiwa tersebar sepanjang DAS Barito, dan sebagian wilayah Kaltim.

“Berdasar penelitian Poerwadi pada tahun 1994 lalu, menyebutkan bahasa Sampit adalah dialek Bakumpai, karena leksikal persentase kognat keduanya sebesar 85 persen. Menurut spekulasi saya mengindikasikan bahwa orang Bakumpai setelah membuat enclave di Tumbang Samba, mereka mudik sampai hulu Katingan dan menyebrang ke Mentaya Hulu melalui Tanjung Jariangau hingga bermukim di Sampit,” urai Iwan.

BACA JUGA : Kaya Kosa Kata, Secara Linguistik Bahasa Bakumpai Serupa Bahasa Bajau

Dosen FKIP UPR ini menyarankan kepada masyarakat Bakumpai untuk konsisten mewariskan bahasa Bakumpai kepada anak-anak dan selalu menggunakannya di dalam rumah dan keluarga.

Iwan merekomendasikan bahasa Bakumpai semestinya dipelajari sebagai pelajaran muatan lokal (mulok) di sekolah dasar, terutama bagi kabupaten yang mayoritas dihuni orang Bakumpai.

“Dalam ranah keagamaan, ketika berceramah pemuka agama sesekali menggunakan bahasa Bakumpai dalam prosesi keagamaan sebagai simbol language pride (kebanggaan berbahasa),” terang Iwan.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.