Semerbak Hutan dan Seharum Ombak yang Tersisa dari Noor Sholihin Hidayat

0

DUNIA seni lukis Banua tengah berduka. Salah satu pelukis kondang Banua, Noor Hidayat mengembuskan nafas terakhir dalam usia 42 tahun di RSUD Ulin Banjarmasin hingga dikebumikan di alkah keluarga Gambut, Kabupaten Banjar usai dishalatkan di Masjid Al Jihad Banjarmasin, Senin (2/12/2019).

PELUKIS yang dikenal dengan rambut gondrong itu pun menambahkan nama “Sholihin” di tengah namanya, hingga menjadi Noor Sholihin Hidayat. Dalam dunia seni lukis, nama Noor Sholihin Hidayat begitu lekat dengan karya-karya di atas kanvas, hingga dikenal secara luas di dunia seni Kalsel.

Di mata pelukis kawakan yang sudah malang melintang di seni lukis nasional dan internasional, Misbach Tamrin pun memposting rasa dukanya di dinding akun facebooknya.

Bagi Misbach Tamrin, sosok Noor Hidayat dikenal dengan seniman perupa, arsitek serta pendidik seni rupa anak-anak yang baik.

“Begitu kagumnya dengan sosok mendiang pelukis Sholihin sebagai tokoh pelopor utama seni rupa Kalsel, bahkan cukup mendunia, hingga mengubah namanya menjadi Noor ‘Sholihin’ Hidayat,” tulis Misbach Tamrin.

BACA : SBT Melawan Lupa, Cara Pelukis Misbach Tamrin Merawat Ingatan Kolektif

Begitu pula, koleganya pelukis kawakan Banua, Aswin Noor mengungkapkan sosok Noor Hidayat merupakan pembina dan pengajar anak-anak yang bertangan dingin.

“Bahkan, ada beberapa anak didiknya yang menjuarai lomba menggambar di tingkat lokal maupun nasional,” ucap Aswin Noor.

Hal senada juga dilontarkan Hajrian Syah. Pengelola Kampung Buku Banjarmasin ini mengungkapkam sosok Noor Hidayat telah meninggalkan satu agenda kesenian yang tidak sempat dihadirinya yakni pameran lukisan Banua Anyar.

“Sanggar lukis Solihin rencananya akan menggelar pameran lukisan akhir desember nanti, kebetulan almarhum Dayat menjadi sekretaris pelaksana, namun takdir berkata lain,” ucap Hajri kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Selasa (3/12/2019).

Seniman jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini mengungkapkan pada pembukaan nanti panitia akan menggelar doa bersama kepada mendiang Noor Hidayat. Ini meningat peran Hidayat begitu besar dalam perkembangan Sanggar Lukis Sholihin.

BACA JUGA : Makna Mendalam dari 40 Goresan Kuas Sang Pelukis Rizali Noor

Meskipun bukan tergolong pelukis produktif, Hajrian Syah menganggap mendiang Hidayat tetap berkontribusi penting dalam perkembangan dunia lukis di Banua, terutama dalam mengajarkan dasar-dasar seni lukis kepada anak-anak.

“Almarhum banyak memberikan ilmunya kepada anak-anak tentang seni lukis dalam 10 tahun belakangan ini,” ucap sarjana seni Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta ini.

Hajri menyebut dalam karya lukisan, Dayat temasuk beraliran realistik dan bernuansa Naivisme dalam setiap goresan kuasnya di atas kanvas.

“Di sanggar, ada satu karyanya berjudul ekologi, lukisannya rapi, dan bersih, dan bergaya Naivisme,” beber Hajri.

Menurut sarjana agama IAIN Antasari ini, salah satu penyesalan dirinya kepada almarhum adalah belum memberikan buku antologi puisi ‘Semerbak Hutan Seharum Ombak’. Padahal, cover buku tersebut buah tangan karya Dayat.

“Panitia Aruh Sastra Kalsel XX1 2019 meminta cover buku antologi puisi lukisan urang Banua. Nah, karya mendianglah yang paling mendekati ‘Semerbak Hutan Seharum Ombak’, singkat cerita saya meminta izin kepada almarhum untuk menjadikan lukisannya menjadi cover buku,” tandas Hajri.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.