Perahu Wakaf Bangkitkan Perekonomian Nelayan Sulteng

0

Pascatsunami yang menerjang Donggala September 2018 silam, kapal nelayan turut hancur. Akibatnya mereka tak memiliki lagi modal melaut, sedangkan kondisi ekonomi mereka turut runtuh.

GEMPA bumi, tsunami serta likuefaksi yang melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi pada 28 September 2018 silam tidak hanya menelan ribuan korban jiwa. Bencana besar itu juga berdampak pada mata pencaharian masyarakat setempat, khususnya petani dan nelayan di pesisir Palu dan Donggala.

KONDISI ini terlihat di Desa Wani I, Kecamatan Tanantovea, Donggala. Meski sudah satu tahun berlalu, nelayan masih kesulitan untuk bangkit kembali. Pasalnya, perahu yang menjadi alat bekerja mereka banyak yang mengalami kerusakan akibat dihantam tsunami. Sementara itu, modal untuk membeli perahu kembali belum mereka miliki.

Irsan (40) salah satunya. Bencana di akhir September 2018 itu merusak perahu miliknya. Selain itu, rumah tempat tinggal keluarganya juga hancur dan menyapu berbagai peralatan rumah tangga juga alat tangkap ikan. “Kalau dihitung-hitung ya kerugiannya sampai puluhan juta rupiah,” tuturnya kepada Aksi Cepat Tanggap (ACT) beberapa waktu lalu.

Melihat kondisi itu, Global Wakaf-ACT bekerja sama dengan Republika menyalurkan bantuan delapan unit perahu wakaf beserta alat tangkap ikan. Perahu itu diberikan untuk enam belas kepala kelurga. Masing-masing perahu digunakan dua KK.

Mohammad Jakfar dari tim Global Wakaf-ACT mengatakan, penerima perahu wakaf tersebut sebelumnya telah didata agar penyerahan bantuan ini tepat sasaran. Tak hanya diberikan perahu sebagai modal melaut, nantinya Global Wakaf juga akan melakukan pendampingan kepada nelayan. “Pendampingan dilakukan untuk memaksimalkan hasil melaut nelayan, tujuannya agar ekonomi mereka dapat menguat dan meningkat,” jelasnya, Jumat (22/11/2019).

Nantinya, 20 persen keuntungan dari hasil penjualan tangkapan ikan akan didonasikan sebagai dana untuk perbaikan dan perawatan perahu. Selain itu, tambah Jakfar, donasi itu juga akan digunakan untuk modal usaha ibu-ibu nelayan. Pemberdayaan ini dilakukan guna meningkatkan dan mempercepat penguatan ekonomi nelayan pascabencana.

Ilham, salah satu warga Wani I mengungkapkan rasa gembiranya mendapatkan bantuan perahu. Pascatsunami lalu, Ilham dan warga lain yang kehilangan perahu beralih profesi yang tak menentu. Mereka bekerja serabutan dengan penghasilan yang kecil. “Dari uang bekerja itu keluarga kami makan, memang kondisinya sangat berbeda dengan sebelum bencana,” ungkap Ilham.

Bantuan serupa sebelumnya pernah ACT berikan kepada nelayan di pesisir Banten yang terdampak tsunami Selat Sunda pada akhir Desember 2018 lalu. Puluhan kepala keluarga menerima bantuan perahu dan kapal.(jejakrekam)

Penulis Chandra (ACT)
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.