Daya Beli Masyarakat Rendah, Harga Sembako Malah Naik

0

KENAIKAN harga sembako dalam beberapa pekan terakhir mulai dirasakan para pedagang di Pasar Sentra Antasari, pusat perdagangan sembako di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

PEDAGANG ayam potong di Pasar Pagi Sentra Antasari, Hj Ramlah mengungkapkan di tengah menurunnya daya beli masyarakat, harga ayam potong terus menaik.

Menurut Ramlah, sebelumnya dijual seharga Rp 17.500 per kilogram, kini beranjak naik menjadi Rp 25 ribu, dikarenakan stok barang itu didatangkan dari para pedagang besar.

“Sejak sebulan ini, harga ayam potong sudah merangkak naik. Kami juga membelinya dari pedagang besar juga telah naik harganya, jadi terpaksa harus dinaikkan,” kata Ramlah kepada jejakrekam.com, Jumat (1/11/2019).

BACA : Daya Beli Masyarakat Rendah, Omzet Busana Muslim Turun Dratis

Menurut dia, saban hari sedikitnya 40 ekor ayam potong didatangkan dan dijual di lapaknya. Hanya saja, Ramlah mengeluhkan beberapa bulan terakhir ini, daya beli masyarakat makin rendah. “Ya, kalau pasar sepi itu tandanya daya beli masyarakat masih rendah. Tiap hari, 40 ekor ayam potong yang saya jual, jarang habis,” tuturnya.

Kenaikan harga telur ayam ras juga diakui H Irwan di Pasar Sentra Antasari. Menurut dia, rata-rata kenaikan harga telur ayam ras berkisar Rp 500 hingga Rp 1.000 per kilogram, saat dibeli dari grosir.

“Untuk harga eceran ya terpaksa dinaikkan. Sebelumnya Rp 13 ribu per kilogram, sekarang sudah naik jadi Rp 16 ribu. Begitupula, telur itik tambak naik jadi Rp 20 ribu per sepuluh atau Rp 2.000 per biji, sebelumnya hanya Rp 1.800 per bijinya,” kata H Irwan.

BACA JUGA : Omzet Penjualan Menurun, Daya Beli Rendah, Pedagang Konveksi di Banjarmasin Mengeluh

Pedagang minyak goreng curah di Pasar Sentra Antasari, Anwar pun mengakui kondisi pasar tak seramai dulu. Menurut dia, untuk minyak curah per liter dijual sekarang dengan harga Rp 9.500 ribu, naik Rp 1.500 dibanding harga sebelumnya hanya Rp 8.000 per liter.

“Untuk stok minyak goreng curah relatif aman untuk bulan berikutnya. Sekarang, minyak goreng curah tak lagi dari olahan minyak kelapa, tapi dari sawit. Semua juga didatangkan dari Pulau Jawa, tak lagi diproduksi dari lokal Kalsel,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

Penulis Sirajuddin
Editor DidI GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.