Tagline Kota Berbahasa Inggris, Walikota Ibnu Sina Dikritik Habis

0

PENETAPAN tagline city branding atau frasa untuk mempromosikan Kota Banjarmasin yang akan diekspose pada hari jadi ke-493, 24 September 2019 mendatang dinilai terlalu terburu-buru.

SEJUMLAH akademisi, pegiat pariwisata dan budayawan pun  rama-ramai mengeritik ide Walikota Banjarmasin Ibnu Sina untuk mengubah tagline lawas Kota Seribu Sungai. Saat ini, ada dua tagline yang mengerucut tengah digodok pemerintah kota untuk diresmikan saat puncak peringatan Hari Jadi (Harjad) Kota Banjarmasin ke-493.

Tagline atau frasa promosi ini menggantikan julukan lawas Kota Seribu Sungai yang dinilai terkesan berbau lokal dengan serapan bahasa Inggris diganti menjadi Banjarmasin Amazing River atau Banjarmasin Unique River.

Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Arief Budiman menyebut  penyusunan tagline city branding terlalu prematur. Ini mengingat, studi yang dilakukan cukup singkat hanya selama tiga pekan.

“Menurut saya, tagline ini terburu-buru apalagi untuk menangkap momen Harjad Kota Banjarmasin,” ucap Arief Budiman dalam dialog di Aula Barenlitbangda Kota Banjarmasin, Senin (16/9/2019).

BACA : Kesadaran Publik Penentu Suksesnya Smart City

Diakui Arief, dua tahun lalu, dirinya sudah menyarankan untuk melakukan rebranding Kota Banjarmasin. Namun, secara tiba-tiba baru tiga pekan ini muncullah usulan tagline pengganti julukan Kota Seribu Sungai.

Arief merasa was-was jika ternyata rebranding ini tidak cocok. Menurut dia, ini sebagai pekerjaan rumah Pemkot Banjarmasin, karena penggantian tagline bisa menelan dana yang jauh lebih besar.

Ia pun menyayangkan, dalam dua kali pertemuan membahas branding kota, justru tidak ada perwakilan dari DPRD Banjarmasin dan pihak PT Angkasa Pura I, pengelola Bandara Syamsudin Noor di Banjarmasin, yang merupakan pintu gerbang kota.

“Jauh lebih penting adalah calon wisatawan lokal ataupun mancanegara untuk turut dihadirkan mengenai persepsi mereka tentang Banjarmasin,” ucap Arief Budiman.

BACA JUGA : Jati Diri yang Telah Terlupakan, Banjarmasin Sebenarnya Kota Seribu Kanal

Bagi dia, maslaah itu masih belum digali. Sementara yang disampaikan hanya persepsi tuan rumah yang memandang dirinya. Padahal orang luar pun mesti dimintai tanggapannya. “Apa sih kesan dan pesan mereka tentang Kota Banjarmasin. Ini menjadi penting sebagai masukan yang cerdas untuk Kota Banjarmasin dalam memilih branding,” cecar Arief Budiman.

Menurut dia, penggunaan bahasa Inggris dalam branding tentunya akan menjadi memperluas pangsa pasar untuk wisata Kota Banjarmasin.

Sementara itu, perwakilan Asosiasi Agen Perjalanan Wisata (ASITA) Kota Banjarmasin, Dewi menilai tidak bisa langsung memutuskan tagline branding pada 24 September mendatang. Sebab, dia memandang perlu adanya informasi dan masukan dari pelaku pariwisata.

“Kita mesti berbeda dengan kota lain. Dan perlu dipikirkan budaya kita yang identik,” ucap Dewi.

Dewi pun tak setuju jika logo tagline Banjarmasin menggunakan ikon Menara Pandang. Hal itu dinilai Dewi, bukan gambaran atau bagian dari khas tradisional seperti Rumah Banjar dan Jukung.

“Itu hanya sebatas atraksi. Kita membuat tagline dan logo berdasar silsilah masyarakat Banjar. Apalagi, Menara Pandang ini bangunan baru, mestinya cari yang budaya lama seperti Rumah Banjar. Warna pun mesti dipertahankan. Alangkah baiknya lagi sebelum diputuskan mesti minta saran kepada pelaku pariwisata,” ujarnya.

BACA LAGI : Walikota Ibnu Sina : Banjarmasin Belum Layak Jadi Pusat Pemerintahan Indonesia

Setali tiga uang, Mujahidin selaku budayawan mengkritisi penggunaan bahasa asing dalam branding baru. Sebab, menurut dia, penggunaan kata patutnya mengedepankan bahasa lokal.

“Secara pribadi dari usulan tagline yang ada setuju saja. Namun, bisakah bahasa kita dulu, baru di bawahnya bahasa Inggris. Jangan seakan-akan mengutip orang. Budayakan bahasa Banjar,” katanya.

Mujahidin juga meminta Pemkot Banjarmasin untuk menguraikan makna dan filosofi dengan masyarakat Banjar yang dinilainya tak berkutat pada sungai saja. “Setidaknya tetap mengaitkan dengan budaya kita,” pungkasnya.

Mendapat kritikan itu, Walikota Banjarmasin Ibnu Sina dalam diskusinya memastikan tak bisa memutuskan dengan cepat. Ini mengingat akan ada forum lanjutan yang akan dibahas pada pekan depan.(jejakrekam)

 

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.