Berikan Solusi Fundamental, Jimly Asshiddiqie : ICMI Bisa Merapat ke Istana

0

DI ERA kekinian, eksistensi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) sejatinya dapat memberikan solusi dan opsi untuk menyelesaikan pelbagai persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

HAL ini diungkapkan Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie dalam Diskusi Keummatan bertajuk Merawat Keindonesiaan dan Keislaman di Hotel Treepark Banjarmasin, Sabtu (7/9/2019).

Jimly mengatakan solusi yang diharapkan bukan hanya sekadar solusi, tetapi harus fundamental dan menawarkan strategi kebijakan yang tepat, realisasinya bersifat nyata dan dapat dijalankan.

BACA : Tuai Polemik, ICMI Kalsel Bedah Kebijakan Zakat Profesi ASN

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menyebut di tengah perkembangan zaman, ICMI harus bisa mengkolaborasikan empat hal masjid, kampus, pasar dan istana.

“Masjid maksudnya identitas keislaman, kemudian kampus adalah simbol pengetahuan dan kecendikiawanan, lalu pasar bermakna bisnis yang dikembangkan demi kesejahteraan umat dan terakhir istana maksudnya adalah kekuasaan dan pemerintah, empat hal inilah sebagai  kunci dalam membangun peradaban keislamanan dan keindonesiaan,” papar anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) terpilih hasil Pemilu 2019 ini.

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia menyebut spirit masyarakat Banjar yang memiliki sejarah panjang peradaban Islam serta perkembangan ekonomi dan kewirausahaan harus diimplementasikan di era sekarang untuk menjawab tantangan perubahan zaman.

Sementara itu, Sekretaris ICMI Kalsel Taufik Arbain mebenarkan pernyataan Jimly Asshiddiqie bahwa sosok cendikiawaan tidak melulu harus berjarak dengan pemerintah. Namun, beber dia, harus bisa memberikan masukan dan pandangan kepada penguasa demi tercapai kebijakan yang pro umat.

BACA JUGA : Pemilu 2019 Berakhir, Umat Islam Harus Bersatu Jadi Arus Penyeimbang

“Yang dimaksud Pak Jimly, istana adalah kekuasaan, tentu kalau di level nasional adalah presiden, kalau di level daerah adalah gubernur, walikota dan bupati. Ini menjadi bagian kepentingan kebangsaan, kecendikiawanan, dan keumatan,” kata akademisi FISIP ULM ini.

Bagi doktor jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini, ICMI sepatutnya hadir terdepan dalam merawat keindonesiaan sekaligus merawat keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.

Taufik mengatakan pihaknya memberikan masukan kepada kepala daerah dengan pendekatan-pendekatan yang lembut kepada penguasa ketika berbeda pendapat. “Kita ingin memberikan masukan dan menunjukkan ciri kecendikiawanan itu,” tandas Taufik.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.