Jalan Baru, Banua Raya Symphony Usung Genre Melayu Banjar

0

GENRE musik tabuhan gendang besar khas Melayu bertalu-talu dipadu dengan not-not harmonis akordeon dikuatkan petikan panting, jadilah nada-nada yang menggambarkan musik masyarakat pesisir. Ya, grup musik bernama Banua Raya Symphony mengangkat aliran Melayu Banjar dalam setiap persembahannya.

DIDIRIKAN pada 25 April 2016, genre Melayu Banjar jadi pilihan grup musik yang didirikan Dr Taufik Arbain, bersama konsultan musik, seniman kawakan Kalsel Mukhlis Maman.

“Grup musik ini didedikasikan untuk menjaga marwah musik Melayu Banjar serta merawat tradisi yang seakan tertelan zaman untuk bangkit kembali sebagai identitas kebudayaan. Itu merupakan jalan baru dalam menjawab kegelisahan hilangnya cangkok Melayu dalam tradisi bermusik Banjar,” ucap Taufik Arbain kepada jejakrekam.com, Kamis (5/9/2019).

BACA : Kenangan Label Suryanata Record, Lagu Banjar yang Kini Kehilangan Cengkok

Wakil Ketua Dewan Kesenian Kalsel ini mengatakan selama ini lagu-lagu Banjar berlirik bahasa Banjar dinyanyikan dalam ragam genre. Entah aliran pop, samba, slow rock, dangdut hingga jazz.

“Inilah kegelisahan yang ingin dijawab Banua Raya Symphony sebagai ijtihad kebudayaan dalam berseni musik. Sebab, suku Banjar itu sangat lekat dengan budaya Melayu, sehingga dendang Melayu harus ditonjolkan,” tuttur Taufik Arbain.

BACA JUGA : Usia Renta Pemusik Panting di Bawah Menjamurnya Pengamen Jalanan

Dosen FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini pun menggandeng para seniman yang peduli dengan khasanah musik Melayu Banjar. Dengan supervisor Masdar, dan manager Abdian Noor, direkrut para pemain musik Melayu Banjar.

Para personelnya pun terdiri dari Kartiko, sang pemetik panting, Rifani (akerdion), M Hasby (bass), Andre (kajun), M Azhar (tamborin), Abdian Noor (tarbang), rima Ria, Roni, Rina (vokal), dan kini personel baru sebagai vokalis, Ilham serta Masdar dan Novi Reza bergabung dalam grup musik layaknya orchestra ini.

BACA JUGA : Jefry‘JEF’ Tribowo: Bikin Lagu Banjar Jadi Ngepop

Datuk cendikia Kesultanan Banjar mengungkapkan sebagian akar kultur Banjar adalah Melayu, sehingga lirik bukan sekadar berbahasa Banjar, namun juga berbentuk pantun dan syair yang berisi pesan moral, adab dan keindahan. “Makanya, Banua Raya Symphony mengambil genre dendang Melayu, karena itu sangat dekat kultur dan berkesenian Banjar,” ucap Taufik.

Doktor jebolan Universitas Gadjah Mada mengakui grup musik yang dipimpinnya lebih menguatkan pada petikan panting dan sentuhan nada dari akordeon. Menurut dia, hal itu sangat dekat cita rasa bermusik Banjar, karena Melayu adalah bagian tak terpisahkan dari suku mayoritas di Kalimantan Selatan.

BACA JUGA : Suara Mirip Charly, Yudha Pengamen Jalanan yang Tembus Audisi Sing Like a Star

Grup musik ini sudah manggung di sana sini. Lagu-lagu Banjar karya maestro Anang Ardiansyah, serta maestro Melayu M Mashabi, dan lagu-lagu lawas Melayu pun disuguhkan kepada para penikmatnya. Mereka pun berhimpun dan sering berkumpul di sekretariat, Balai Pusat Kajian Kebudayaan Banjar, Jalan Pramuka Komplek Smanda, Perum Bumi Pramuka Asri Nomor 19 Blok D Banjarmasin.

“Kami sering tampil di acara Pemkot Banjarmasin, Pasar Wadai Ramadhan 2016, Kalsel Expo 2016, hingga di Duta Mall. Termasuk, di Siring Menara Pandang dan tempat lainnya,” tutur Taufik Arbain. (jejakrekam)

 

 

Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.