Merdeka Tapi ‘Terjajah’, Refleksi 74 Tahun Kemerdekaan RI (2)

0

BANGSA ini memiliki kekayaan berlimpah tapi sampai saat ini belum pernah mampu mengelolanya dengan baik. Mengolah kekayaan yang berlimpah untuk hasilnya digunakan bagi kepentingan segenap rakyat negeri. Terutama rakyat kecil yang menempati atau pemilik daerah penghasil kekayaan tersebut.

TENGOKLAH, bagaimana kekayaan hutan dengan turunannya berupa kayu yang beraneka jenis. Bahkan dari keuntungan mengelola kayu ini telah menghasilkan puluhan konglomerat yang kayanya luar biasa. Mereka pun bisa menikmati kekayaannya sampai dengan saat ini. Ujungnya begitu kayu habis dan kehancuran hutan yang tersisa, yang terpaksa dinikmati oleh rakyat kecil negeri ini.

Kemudian usai kayu, hasil alam berupa minyak pun tergenjot habis. Dari minyak ini banyak pengusaha yang juga menjadi konglomerat, bahkan pihak asing pun sangat menikmati hasil dari ‘emas hitam cair’ ini.

BACA : Merdeka Tapi ‘Terjajah’, Refleksi 74 Tahun Kemerdekaan RI (1)

Dengan minyak, Indonesia pernah berjaya dan masuk dalam kelompok organisasi bergengsi di bidang perminyakan bernama OPEC. Organisasi kelompok negara penghasil atau pengekspor minyak yang sampai saat ini masih berperan dalam menguasai industri pasar minyak dunia. Sayangnya, kemudian Indonesia terlempar dan bahkan ujungnya menjadi negara penghasil sekaligus mengimpor minyak yang tergantung dengan olahan dari negara lain.

Usai minya, gas dan emas pun mulai dieksploitasi habis-habisan. Bahkan melalui ‘kolaborasi cantik’ perusahaan asing seperti  ‘Arun’ untuk gas dan ‘Freeport’ untuk emas kembali kekayaan negeri ini dieksploitasi dan terkuras habis. Bahkan Freeport telah menjadi salah satu ‘kerajaan’ penghasil emas dunia. Dengan pendapatan dari hasil mengolah emas di negeri ini, mereka konon bisa membangun kota di kampung asal perusahaan tersebut.

Selanjutnya, hasil bumi lain seperti batubara pun juga saat ini telah habis- habisan dieksploitasi. Hasilnya, cadangan yang tersisa di perut bumi pun semakin menipis. Dari batubara juga banyak bermunculan konglomerat dan taipan dadakan. Konglomerat tanpa lama berusaha berpeluh keringat dan berdarah-darah dalam membentuk usaha. Mereka cukup menjadi ‘antek’ asing atau menjadi ‘makelar’ bergengsi dalam memanfaatkan hasil perut bumi tersebut.

BACA JUGA : Eksploitasi Gila-Gilaan, Deposit Batubara Kalsel Diprediksi Habis pada 2030

Yang menyedihkan, rakyat negeri bahkan yang ada disekitar lokasi tetap miskin dan  menderita akibat kerusakan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka berada. Bahkan tidak jarang tanah hak milik mereka pun terpaksa untuk dijual kepada para konglomerat tersebut.

Yang luar biasa sengsaranya adalah Indonesia sebagai negeri tempat asal emas, kayu, batubara, gas, minyak dan berbagai kekayaan hasil alam lainnya ternyata tetap miskin. Bahkan, kini hidup dengan utang yang bertumpuk yang hampir mencapai Rp 5.000 triliun. Di mana, bila dihitung merata maka  konon katanya satu penduduk negeri ini telah memiliki tanggungan utang sekitar kurang lebih Rp 15 juta per kepala.

Memilukannya adalah ketika dicermati dan diinventarisir yang menguasai serta menikmati hasil dari kekayaan negeri ini, hanya segelintir orang yang bahkan paling banyak (maaf) bukan orang asli negeri ini.

Mereka para pengusaha yang berkolaborasi atau boleh diduga kongkalingkong dengan asing yang mengatur perjalanan ekonomi bahkan politik negeri. Semua mereka kuasai dan apapun yang mereka inginkan pasti akan dipenuhi oleh mitra mereka. Dalam hal ini, para penguasa yang memang sejak awal telah dijadikan  antek serta penjaga kepentingan dan keamanan usaha mereka untuk menjarah harta negeri.

BACA JUGA : Ekonomi Kalsel Diklaim Tumbuh 4,08 Persen Pada Triwulan I-2019

Tentu bagi yang punya akal sehat dan memiliki jiwa nasionalisme, pasti sangat bersedih dan patut bersedih serta berpikir panjang. Sebab, makna atau hasil merdeka yang telah direngkuh selama 74 tahun ternyata hanyalah mimpi kosong dan bahkan menuai bencana.

Makna merdeka yang dicita-citakan oleh para pejuang dan pendiri negeri ini adalah agar segenap Rakyat Indonesia bisa mendapatkam keadilan untuk menikmati hasil kekayaan yang dimiliki negeri yang dapat memberikan kesejahteraan, memakmurkan, mencerdaskan dan memberikan kebahagian kepada segenab rakyat Indonesia terutama rakyat terdekat dari kekayaan alam tersebut berada.(bersambung/jejakrekam)

Penulis adalah Ketua LPJK Kalimantan Selatan

Pemerhati Sosial Kemasyarakatan Banjarmasin

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.