Merdeka Tapi ‘Terjajah’, Refleksi 74 Tahun Kemerdekaan RI (1)

Oleh : Subhan Syarief

1

BULAN Agustus adalah bulan keramat bagi Rakyat Indonesia. Di bulan inilah peristiwa sejarah puncak bangsa ini terjadi. Pernyataan Kemerdekaan dari segala penjajahan bangsa lain disampaikan Soekarno-Hatta di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Pernyataan yang menjadi awal berdirinya Bangsa Indonesia secara resmi diproklamasikan pada 17 Agustus Tahun 1045 , sekitar 74 tahun yang lalu.

INDONESIA pernah terjajah oleh bangsa asing lebih dari ratusan tahun, bahkan mencapai lebih dari 2,5 abad. Waktu yang sangat panjang. Begitu banyak yang telah dikorbankan, bahkan kalau diruntut mungkin ada sekitar empat generasi yang harus berkorban berjuang. Mereka menyerahkan nyawa hanya untuk mendapatkan pengakuan atas kata merdeka.

Ya, sebuah pengorbanan yang luar biasa dari para pejuang negeri ini sehingga akhirnya bisa membebaskan rakyat dari ketertindasan para penjajahan asing dan antek-anteknya.

Kata merdeka sebagai kata sakti bagi perjalanan sebuah bangsa sangat menarik untuk diulas. Apalagi untuk bangsa Indonesia yang negaranya luas, terdiri dari berbagai pulau, beragam suku bangsa dan bahasa, berbagai budaya serta adat istiadat yang saling berbeda. Dan luar biasanya adalah hampir semuanya memiliki beragam kekayaan yang sangat luar biasa.

BACA : Aidan Sinaga, Patriotisme Putra Batak untuk Kemerdekaan Tanah Banjar

Hakikatnya Indonesia adalah negeri yang sangat dimanja dan disayang oleh Allah SWT. Karena anugerah luar biasa dari Allah SWT berupa kekayaan alam ini, maka Indonesia dan segenap isi di dalamnya akan selalu tidak tenang.

Berbagai kekayaan dan harta ini terpendam yang telah diketahui ini selalu menjadi impian para ‘bangsa petualang pencari harta karun’ untuk berlomba mengincar dan menjarah harta milik negeri indonesia ini. Bahkan, saat ini mereka dengan dibantu para ‘pengkhianat’ bangsa yang menjadi anteknya, berlomba untuk menguasai negeri secara total.

Merdeka tujuan dasarnya secara sederhana adalah karena ingin terbebas dari ketidakadilan dalam hal mendapatkan kesejahteran dan kemakmuran bagi hak individu ataupun komunitas yang ada di masyarakat. Ketika ketidakadilan membuat individu ataupun suatu komunitas terteka, terhambat, tersumbat maka tentu akan muncul kondisi ketidakpuasan yang puncaknya memunculkan perlawanan.

Dulu ketika para pejuang melawan penjajah, mulai era kerajaan di berbagai pelosok negeri. Kemudian sampai dengan generasi para cendiakawan yang dikomandani Soekarno-Hatta lebih banyak disebabkan mendapat perlakuan tidak adil dari para penguasa. Ketidakadilan dalam semua pelaksanaan aspek tata aturan kehidupan yang menyebabkan mereka berontak dan membuat perlawanan.

BACA JUGA : Berkeliling Kota, Mobil Tank Ikut Meriahkan HUT Kemerdekaan RI di Kandangan

Para pejuang ini melihat bahwa kondisi yang diterima dia beserta komunitas atau masyarakatnya sangat tertekan, dihambat dan dipaksakan untuk mengikuti atau menerima sebuah perlakuan yang sangat merugikan serta menganggu hak azasi, hak berpikir, hak bersikap, hak mendapatkan kehidupan yang layak, hak mendapatkan ketenangan dalam menjalani kehidupan dan harkat martabat dan bahkan hak hidup mereka.

Ketika semua hak mereka tersebut semakin berkurang dari waktu kewaktu dan mereka pun semakin tertekan dan menderita. Maka muncul ketidakpuasan yang berujung kepada pencarian terhadap keadilan. Ketika keadilan tersebut semakin suram, semakin susah didapatdan bahkan ternyata hanya menjadi milik penguasa serta kelompok tertentu saja, tentu pasti muncul semangat kebangkitan dan perjuangan untuk melawan.

BACA LAGI : Berorasi di Lapangan Merdeka, Soekarno Lawatan ke Barabai dan Amuntai

Dan yang pasti ketidakadilan adalah lawan abadi dari makna kemerdekaan.Memang mencoba memahami berkehidupan di negeri ini sangat merepotkan. Akal sehat kadang sulit digunakan. Fakta yang terjadi dalam perjalanan negeri ini kalau disimak, diruntut dan di selami dipastikan gambarannya sangat menyedihkan. Akan tetapi yang lebih menyedihkan lagi adalah ternyata bangsa ini tidaklah mau bermawas diri dan sadar.(bersambung/jejakrekam)

Penulis adalah Ketua LPJK Kalsel

Pemerhati Sosial Kemasyarakatan Banjarmasin

1 Komentar
  1. Riyadi berkata

    Sangat setuju dg penulis..kapan bisa berubah dan menuju kemajuan yg bermakna dan bermanfaat utk rakyat banyak ini…

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.