Kisah Kasih Basuki Abdullah Hidup Kembali di Den Haag

0

DUTA Besar RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja menghadiri pembukaan pameran Indonesian Art Sale 2019 di Galeri Rumah Lelang Venduhuis di Den Haag, Kamis (15/8/2019).

PAMERAN dibuka Direktur Venduhuis, Peter Meefout, pakar seni rupa Cris Vellinga, dan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda.

Direktur Venduhuis mengatakan dirinya sangat bangga dapat mengadakan pameran Indonesian Art Sale selama tiga tahun berturut-turut. Pembukaan pameran itu merupakan momentum tepat, karena Belanda memperingati korban-korban perang yang tewas di Hindia Belanda. Kegembiraan semakin bertambah karena Duta Besar RI turut hadir dalam acara ini.

Pameran tersebut dibuka dengan menampilkan mahakarya maestro seniman Indonesia, Basuki Abdullah, terutama semasa hidupnya di Den Haag. Sedangkan warna hijau yang mendominasi ruang pameran adalah sebagai lambang Indonesia negara khatulistiwa.

BACA : Potret Lukisan Hitam Putih di Tengah Minimnya Apresiasi Seni Warga Banjarmasin

Chris Veelinga, pakar seni Hindia Belanda mengatakan selain memberikan apresiasi tinggi atas kehadiran Duta Besar RI, juga mempresentasikan beberapa lukisan maha karya Basuki Abdullah (1915 – 1993) yang dipamerkan selama dua minggu di Venduhuis.

Lukisan sang maestro dipamerkan antara lain adalahT he wedding couple, Basuki Abdullah dan istrinya Maya, Colour and Music, Mr. and Mrs. Basuki Abdullah, Potret Raden Basuki Abdullah, The Holly Family dan The Virgin Mary of Java.

Berbeda dengan koleganya, seperti Trubus Sudarsono yang lebih menggambarkan Indonesia dengan sudut pandang sensitif, kelam, dan menyoroti kemiskinan,  Basuki Abdullah menghidangkan keindahan Indonesia bagi para penikmat karya seninya.

Duta Besar RI yang mendapatkan kehormatan untuk membuka secara resmi yang mengekspresikan rasa kebanggaan dan rasa terima kasihnya karena telah diundang kembali dalam pameran Indonesian Art Sale 2019. Kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi tinggi atas karya-karya besar seorang maestro di bidang seni lukis.

“Pameran yang luar biasa bagi seorang Maestro kelas dunia Indonesia. Melihat kehadiran dan antusiasme masyarakat Belanda pada pameran hari ini menunjukkan bahwa mahakarya seni Basuki Abdullah masih terus dikagumi dan diburu oleh para pencintanya,” beber Wesaka Puja.

BACA JUGA : Gusti Sholihin Hasan, Maestro Lukis Banua Berkelas Dunia

Lukisan-lukisan karya Basuki Abdullah yang dipamerkan di Venduhuis sebelumnya merupakan koleksi pribadi milik Maya Basuki Abdullah-Michel, mantan istri mendiang Basuki Abdullah berkebangsaan Belanda. Lukisan-lukisan Basuki mengenai dirinya dan Maya begitu menggambarkan secara nyata nyala api cinta mereka berdua.

Hal yang menyatukan Basuki dan Maria Johana Michel (1926 – 2019), atau lebih dikenal dengan nama Maya adalah ketertarikan mereka di bidang seni. Maya merupakan penyanyi Mezzo-Sopran terkenal bertaraf internasional.

Mereka berdua menikah pada Maret 1948 di Den Haag. Semasa hidup di Belanda bersama Maya, Basuki menghasilkan berbagai karya besar. Pada 1949, Basuki memenangkan Internasional Contest for the Best Royal Portrait of the Young Queen Juliana dan berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa.

Berdasarkan keterangan dari juru bicara Venduhuis, selama dua minggu ke depan dari 16-26 Agustus 2019, mereka akan menampilkan berbagai macam karya seni Indonesia bukan hanya dari Basuki Abdullah, namun juga dari seniman Belanda dan Indonesia.

BACA LAGI : Gusti Sholihin Hasan, Maestro Lukis Banua Berkelas Dunia

Karya seni yang ditampilkan antara lain: lukisan, kain, meubel, kerajinan perak, ukiran kayu, foto-foto, serta sebuah korespondesi Proklamator Indonesia untuk seorang temannya.  Pada 28 Agustus 2019, Venduhuis akan mulai melakukan pelelangan benda-benda bernilai seni tersebut. Lelang akan dilanjutkan hari kedua, 29 Agustus secara online di website resmi mereka.

Keikutsertaan KBRI Den Haag dalam pembukaan pameran lukisan Basuki Abdullah di Den Haag menunjukkan eratnya hubungan antara  KBRI dengan pemerhati seni di Kota Den Haag. Pemilihan lukisan karya Basuki Abdullah sebagai karya seni utama yang dipamerkan dipandang sebagai bukti bahwa lukisan Maestro Seni Lukis Indonesia yang beraliran mooie Indië tersebut masih tetap digemari dan dikagumi publik Belanda hingga saat ini.(jejakrekam)

Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.