Kreasi Pengamen Jalanan Banjarmasin di Bawah Bayang Ancaman Penertiban

0

KREASI dalam bermusik, tak hanya milik musisi yang masuk dapur rekaman. Namun, para pengamen jalanan pun ingin suguhannya walau di tepi jalan patut dihargai. Seperti yang dilakoni Randi, bersama tiga kawannya yang memilih mangkal bermusik di perempatan Jalan Sutoyo S-Jalan Skip Lama, Banjarmasin.

DENGAN gitar akuistik yang cukup apik dipetik, ditambah tabuhan cajon bertalu-talu, Randi dan kawan-kawan menghibur para pengendara saat lampu merah di perempatan jalan, mengais lembar rupiah. Saat lampu berubah jadi hijau, mereka pun berhenti bernyanyi sejenak.

“Lewat cara ini, kami mencari rezeki. Daripada mengemis dan menggangu orang. Mengamen dengan lagu yang apik, tentu orang terhibur. Silakan tanya, tidak ada yang merasa terganggu dengan kehadiran kami,” ucap Randi saat berbincang dengan jejakrekam.com, Selasa (30/7/2019).

BACA : Suara Mirip Charly, Yudha Pengamen Jalanan yang Tembus Audisi Sing Like a Star

Lagu-lagu kekinian hingga bernuasa Banjar pun terdengar  dari sound system sederhana, dinyanyikan Randi secara bergantian, memecah deru mesin motor. Ada empat personel pengamen jalanan ini mengais lembar rupiah dari para pengendara motor.

Ada Faris yang menabuh cajon. Randi yang memetik gitar sekaligus vokalis, dibantu Rizani secara bergantian. Sementara, Dede bertugas menghimpun dana dari para pengendara dengan kotak kardusnya saat lampu merah menyala.

Beruntung, tiap hari ratusan ribu uang didapat Randi dan kawan-kawan. Mereka pun berbagi rata. Sejak siang hingga sore, Randi cs bisa mengumpulkan uang sedikitnya Rp 250 ribu, dibagi rata masing-masing Rp 75 ribu. “Uang ini untuk biaya hidup sehari-hari. Mereka yang ikut saya, pasti saya larang mengemis. Mereka harus bisa belajar gitar dan bernyanyi bagus. Tentu orang akan senang memberi uang,” kata Randi.

BACA JUGA : Arahkan Pengamen Jalanan Menembus Dapur Rekaman

Di akhir pekan, Randi pun memboyong teman-teman untuk menghibur pengunjung Jurasic Café di Jalan Veteran yang dikelola Koramil Banjarmasin Timur. Jadwal manggung lainnya di Magic Café, Jalan Prona, Pemurus Baru, Banjarmasin Selatan.

“Dalam kelompok saya ini, jelas dilarang mengemis. Kami memberi hiburan bagi pengendara agar bisa mendengarkan nyanyian dan musik yang indah. Itu saja, kalau mereka memberi, alhamdulillah, tidak kasih juga tak apa-apa,” kata Randi.

Ia menyesalkan Pemkot Banjarmasin khususnya Satpol PP seperti pukul rata menganggap para pengamen jalanan itu merupakan pengganggu arus lalu lintas dan kenyamanan publik. Menurut Randi, seharusnya pemerintah kota bisa membedakan, mana yang mengamen dengan rasa seni dan mengamen sekaligus mengemis.

“Kami ini seniman jalanan. Dengan jalan seni, kami mencari rezeki. Seharusnya Banjarmasin ini bisa meniru Kota Yogyakarta, yang menghargai seniman jalanan. Sepatutnya bisa dipilah mana yang benar-benar bagus dan tidak, jangan dipukul rata,” keluh Randi.

BACA LAGI : Dihimpit Persaingan, Pengamen Makin Banyak Berkeliaran di Banjarmasin

Menurut dia, di Kota Yogyakarta justru para pengamen jalanan yang bersuara merdu dan menghibur, diberi tempat untuk mencari rezeki, bukan ditertibkan apalagi ditangkap karena dimasukkan kategori pengganggu keindahan kota.

Randi tahu ada peraturan daerah atau aturan terkait masalah kenyamanan dan keindahan kota. Namun, menurut dia, tidak serta merta itu menjadi alasan untuk menertibkan pengamen jalanan yang bermusik dan menghibur.

“Sebenarnya, berurusan dengan Satpol PP, itu boleh dibilang sudah bosan. Tapi mau apalagi, justru pemerintah kota tidak memberi ruang bagi pengamen jalanan untuk berkreasi. Beda, jika kami menggangu, boleh ditertibkan,” pungkasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.