Galang Dana, 9 Kabupaten/Kota di Kalsel Rawan Dimasuki Kelompok Teroris

0

PROVINSI Kalimantan Selatan terbilang masih rawan untuk dimasuki kelompok teroris. Terutama, dari jaringan Negara Islam Indonesia (NII) atau Darul Islam, yang memasuki 9 daerah di Kalimantan Selatan. Paling rawan justru berada di Kabupaten Tabalong.

FAKTA ini diungkap Kepala Unit 3 Subdit 4 Direktorat Intelkam Polda Kalsel, Kompol I Wayan Suardiyasa dalam rapat koordinasi pencegahan terorisme dan radikalisme se-Kalsel di Hotel Aria Barito Banjarmasin, Selasa (9/7/2019).

“Dari data yang ada, 9 kabupaten dan kota di Kalsel masih tergolong rawan radikalisme dan terorisme. Terutama, Kabupaten Tabalong, karena salah satu pelaku teror yang tergabung dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan tewas di Poso, Sulawesi Tengah, ternyata berasal dari kabupaten ini,” ucap I Wayan Suardiyasa.

Sementara, beber dia, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dijadikan tempat konsoliasi dan pencarian dana atau usaha dari para mantan narapidana (napi) terorisme. “Selanjutnya, di Kabupaten Tapin direncanakan akan dibangun cabang Ponpes Nguruki, Solo dengan pengajarnya didatangkan dari alumni pesantren ini,” tutur I Wayan Suardiyasa.

BACA : Polisi Amankan Satu Keluarga Terduga Teroris di Palangka Raya

Sementara, menurut dia, di Banjarmasin ditemukan foto simpatisan ISIS depan Masjid Sabilal Muhtadin, teror Duta Mall dan Polresta Banjarmasin, serta sebaran mantan anggota NII dan penyebaran buku tadzikirah karya Ustadz Abu Abu Baasyir.

“Begitupula, kerawanan juga terjadi di Banjarbaru, karena tersebarnya mantan anggota NII dengan melakukan penggalangan dana untuk dana operasionalnya. Termasuk, teror di Simpang Empat Banjarbaru serta penyebaran buku aqidah karangan Ustadz Aman Abdurrahman alias Oman Rochman alias Abu Sulaiman, pendiri Jamaah Ansharut Daulah (JAD),” tutur Suardiyasa.

BACA JUGA : Dua Terduga Teroris Masih DPO  

Menurut dia, di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) justru dijadikan tempat konsolidasi serta penggalangan dana. Sedangkan, di Kotabaru, justru ada keterlibatan dengan salah satu pelaku bom Bali 1, karena proses perakitan bom justru dilakukan di kabupaten tersebut.

“Sedangkan, daerah tetangganya, Kabupaten Tanah Bumbu dijadikan tempat transit dan pelarian para pelaku bom bunuh diri di Mapolsek Poso, pengiriman logistik baik dana maupun barang serta sebaran mantan NII, alumni Ponpes Nguruki yang merupakan teman satu angkatan pelaku teror asal Kabupaten Tabalong. Ada pula para mantan napi teror dan kelompok radikal ini sudah masuk ke wilayah Asam-Asam, Angsana dan Batulicin,” beber Suardiyasa.

Masih menurut dia, penggalangan dana serta wadah berkumpul para militan radikal ini juga memilih di Kabupaten Banjar. Dengan begitu, kata Suardiyasa, Kalsel sebenarnya dijadikan tempat persembunyian dan jalur transportasi dan persinggahan.

BACA LAGI : Duta Damai Dunia Maya Perangi Penyebaran Paham Terorisme

Fakta ini terungkap usai para pelaku teror yang ditangkap di Kaltim pada Agustus 2018 dan di Kalteng, pada 10 Juni 2019 lalu, menyebutkan Kalsel sebagai daerah transit dan penggalangan dana. “Saat ini, dalam kasus terorisme di Kalteng telah dikembangkan, dan ditahan 34 orang yang merupakan anggota JAD. Bahkan, di Tanah Bumbu dan Kotabaru telah berdiri dan berkembang para militan yang berafiliasi dengan ISIS,” tuturnya.

Masi di Tanah Bumbu, Suardiyasa mengungkapkan ada salah seorang mantan napi teror dari Lapas Tangerang yang masih terlibat jaringan hacker Medan, telah berhasil meretas situs hingga menghasilkan uang Rp 500 juta. “Patut diwaspadai, saat ini tokoh NII menjadi pendakwah di masjid-masjid. Mereka melakukan pengajian dengan mengharuskan para jamaah untuk berbaiat,” tutur Suardiyasa.

BACA LAGI : Ketua FSKN Sultan Khairul Saleh Ingatkan Indonesia Tak Boleh Kalah dengan Teroris

Ia menerangkan bahkan pola semacam ini pernah ada di wilayah Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalsel serta di Kabupaten Banjar, karena ditengarai ada satu tokoh Jamaah Islam (JI) yang berkomunikasi intens dan klandestin dengan jaringannya di Kalteng.

Sedangkan, menurut Suardiyasa, jalur masuk terorisme atau kelompok radikal di Kalsel berbagai cara, di antaranya dengan masuk melalui paham yang tumbuh di masyarakat, sekolah atau lembaga pendidikan, dakwah agama, komunitas masyarakat serta melalui media sosial atau internet.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.