Jaga Rasa, Bingka Iva Kini Bisa Bersaing di Pasar Wadai Banjar

0

BINGKA, kudapan khas Banjar. Kue basah berbentuk bunga berasa manis, legit dan lembut ini sudah terkenal seantero negeri. Banyak varian dan merek bingka telah kesohor seperti bingka Thamrin, bingka Bunda dan lainnya. Namun, kini ada produk serupa bernama Bingka Iva mulai melejit namanya.

SEBELUM memasuki bulan Ramadhan, Bingka Iva sebenarnya sudah dijaja di beberapa warung makan dan kios. Varian bingka kentang, telur,  tapai dan lainnya pun yang dibidani Rabiatul Adawiyah, di rumah produksinya Jalan Jahri Sale Komplek Pandan Arum Jalur 4 Nomor 92, Banjarmasin itu, bisa menembus pasar kue khas Banjar yang cukup sengit.

“Awalnya membuat usaha bingka hanya coba-coba. Karena waktu itu, terbatas modal dan pengetahuan, sehingga sudah berkali-kali mengalami kegagalan,” ucap Rabiatul Adawiyah saat ditemui jejakrekam.com, Selasa (7/5/2019).

Ia ingat betul saat pertama kali membuat adonan bingka, dan kemudian memagangnya di dalam oven, hancur lebur tak berbentuk. Terus mencoba, dan akhirnya perempuan muda yang akrab dipanggil Atul ini berhasil. Ia kemudian menjaja bingka bikinannya ke tetangga terdekat di kawasan komplek perumahan itu.

BACA : Laris Manis, Bingka Kacung Tetap Diburu Penikmat Takjil Manis

“Waktu itu, saya jual seharga Rp 15 ribu, terpenting sudah bisa balik modal. Lalu, ada masukan dari para pelanggan, yang merasa kurang ini dan itu. Dari situ, saya mulai belajar dan menyempurnakan produk bingka,” tutur Atul.

Diberi nama Iva, karena mengambil berkat nama anaknya agar terkenal dan disenangi pelanggan. Atul sendiri tak memungkiri untuk bersaing di bisnis bingka dengan nama mentereng seperti Bingka Thamrin dan Bingka Bunda, agak mustahil untuk merebut pasarnya.

“Namun, saya tetap yakin dengan bikin dalam skala kecil dan menjualnya berkeliling, bisa diterima masyarakat, terutama penggemar kue-kue basah khas Banjar,” kata Atul.

Hingga momen bulan Ramadhan pada 2006 silam, Atul mencoba memberanikan diri dengan membuka lapak di pinggir Jalan Sultan Adam, tepatnya di depan Depot Soto Adi Kuin. “Saat itu masih hancur buatan kami, herannya bingka kami selalu laku,”  ucap Atul.

BACA JUGA : Jadi Kalender Nasional, Sudah Lebih 30 Tahun Pasar Wadai Ramadhan Banjarmasin Dihelat

Ia menegaskan dalam proses produksi, Bingka Iva ini selalu menggunakan bahan-bahan asli serta komposisi bahan yang pas. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga cita rasa Bingka Iva agar selalu nikmat di lidah pelanggan. “Kami selalu menggunakan bahan gula asli, kadang ada penjual yang bikin tepungnya lebih banyak dibanding kentangnya, kami tidak mau seperti itu,” tegas Atul.

Apabila barang dagangannya tidak habis dalam hari itu, Atul pun akan menjualnya lebih murah. Dengan obral harga, bingkanya bisa ludes terjual. “Kami jual harga murah hari itu juga, Kami selalu berusaha agar setiap hari fresh from the oven. Banyak orang yang suka bisa jadi dikarenakan karena kualitas dan rasa,” beber Atul.

Perempuan muda ini tak ingin mengecewakan pelanggan, dengan memakai sarimanis yang membuat orang bisa batuk saat mengkonsumsinya. Menurut dia, dengan menggunakan gula asli, meski untungnya sedikit, tapi rasa dan kualitas serta pelanggan tetap terjaga.

“Sebenarnya, bukan hanya bulan puasa, saya memproduksi bingka. Tiap hari, saya buat dan dititip di depot-depot. Awalnya, hanya sekitar enam hingga delapan biji. Sekarang, alhamdulillah, sudah banyak,” katanya.

BACA LAGI : Dikepung Kue Modern, Wadai 41 di Pasar Sentra Antasari Masih Lestari

Terhitung, saat ini sudah ada 10 depot yang tersedia Bingka Iva. Seperti RM Bunda Flamboyan, Depot Soto Mala, dan RM Acan Raja Banjar.

Atul pun mengakui dalam sehari bisa memproduksi sekitar 60-70 biji bingka pada hari-hari biasa. Saat momen Ramadhan seperti ini, produksinya jadi lebih banyak. Bahkan, bisa skala produk massal. “Pada hari pertama bikin 250 biji, itu belum ada pesanan, biasanya kalau ada pesanan sampai 500-an biji,” ujarnya.

Mengenai harga, Atul mengatakan bisa bersaing dengan produk serupa. Ia membandrol seharga Rp 35 ribu, namun saat dilempar ke pasaran bisa dijual hingga Rp 38 ribu hingga Rp 40 ribu. Bahkan, Atul juga merambah media sosial menggarap pelanggan secara online baik melalui facebook, instagram hingga WA.

“Tiap hari, kami sekeluarga beraktivitas sejak pukul 2 dinihari, hingga jam 8 pagi. Ini murni bisnis keluarga, apalagi saat bulan Ramadhan seperti sekarang, tentu butuh banyak tenaga untuk membuat bingka untuk dijual ke pasar wadai dan lainnya,” pungkasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.