Ramadhan, Peredaran Uang Palsu Makin Marak

0

DIPREDIKSI, peredaran uang palsu, khususnya pecahan Rp 100 ribu di Kalimantan Selatan menjelang dan saat Ramadhan 1440 H, cukup tinggi dan meresahkan warga Banjarmasin.

IBU Bagyo, penjual rokok dan bahan bakar eceran di kawasan Jalan Antasari, menjadi korban peredaran uang palsu. Dimana, ada seorang pria yang membeli rokok tempatnya menggunakan uang palsu pecahan Rp 100 ribu.

Selain itu, pria tersebut juga menukarkan uang Rp 100 ribu sejumlah 3 lembar dengan nominal Rp 50 ribu, dengan alasan untuk menyumbang. Total kerugian Ibu Bagyo mencapai Rp 400.000.

“Uang palsu tersebut merupakan uang pecahan Rp 100 ribu, yang fisiknya sama persis dengan uang asli, sehingga sulit dikenali melalui mata telanjang. Setelah saya membandingkan dengan uang asli, ternyata palsu,” kata Ibu Bagyo.

Untuk memastikan kepalsuannya, ia mempertanyakannya ke Bank Kalsel dan dilihat dengan alat pendeteksi. “Awalnya petugas bank juga tidak menyangka bila uang tersebut palsu. Setelah dilihat dengan alat pendeteksi uang, baru diketahui kalau uang tersebut palsu,” katanya.

Sementara itu, beberapa pedagang di Pasar Lima juga mengaku khawatir untuk melakukan transaksi karena telah sering mendapatkan uang palsu yang bisa membuat mereka bangkrut. “Jika mendapatkan satu lembar uang palsu pecahan Rp 100 ribu saja, maka keuntungan kami bisa habis,” kata pedagang bawang di Pasar Lima, Syamsudin.

Menurutnya, secara kasat mata, lembaran uang palsu pecahan Rp 100 ribu terlihat sama dengan yang asli, baik warna, kertas, juga menggunakan garis hologram. Bahkan garis tipis mengkilat yang informasinya hanya ada di uang asli juga ada di uang palsu. Satu-satunya ciri fisik yang digunakan untuj membedakannya hanya bila disorot dengan senter, tidak terlihat tulisan Bank Indonesia.

Selain itu, bila diamati lebih teliti, warna angka Rp 100 ribu di pojok bawah, sedikit agak merah dibanding dengan uang asli, tetapi perbedaannya cukup samar, begitu juga dengan kertasnya, uang palsu sedikit agak mengkilat, tetapi hampir tidak ada perbedaan dengan uang ratusan baru.

Kepala BI Cabang Banjarmasin Heriyanto mengatakan, biasanya peredaran uang palsu menjelang dan Ramadhan serta Idul Fitri terjadi peningkatan, karena konsumsi masyarakat meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan.

Untuk itu, BI terus meningkatkan sosialisasi tentang uang palsu, baik fisiknya dan bagaiaman cara mengatasinya. “Kami juga mengimbau agar masyarakat lebih waspada dan bila menemukan uang palsu segera melaporkannya kepada aparat terkait agar segera ditindaklanjuti,” katanya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.