Semburat Syukur dari Balik Rumah Semi Permanen di Gaza

0

APRIL ini suhu di Gaza masih berada di kisaran 13-20 derajat Celsius. Cuaca berawan menambah suasana  teduh. Sekilas, tidak ada yang membedakan musim dingin di Gaza dan tempat lain. Hanya saja, tungku-tungku padam di dapur kecil para warga prasejahtera menjadi saksi bisu perjuangan mereka menghadapi musim dingin beberapa bulan belakangan ini, tanpa makanan yang cukup.

DI penghujung musim dingin ini, tepatnya kedua bulan April, relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengunjungi daerah Deir Al Balah. Mereka bertemu Noura* yang sedang memasak makanan berkuah pagi itu. Ibu dua orang anak itu sedang memasak bahan makanan yang diantarkan relawan ACT dari Indonesia Humanitarian Center Gaza. Sembari memasak Noura bercerita, tidak ada yang bisa dimasak untuk keluarganya di penghujung musim dingin ini. Kedatangan paket pangan bantuan masyarakat Indonesia itu membuatnya amat bersyukur.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada ACT dan Indonesia. Kami sangat bersyukur atas bantuan ini. Makanan ini sangat menolong kami di musim dingin,” kata Noura sambil terus mengaduk makanannya di atas tungku–sementara putri kecilnya sedang menunggu makanan matang, duduk di dekat kakinya.

Pagi itu relawan ACT juga mengantarkan paket pangan ke dapur Laila*, ibu itu tengah membolak-balik adonan khobz dan memanggangnya di atas tungku. Putri kecilnya, sekitar usia tiga tahun, juga menunggu roti itu matang.

Terus menyusuri wilayah Deir Al Balah, relawan tiba di permukiman sederhana. Di balik berjejer rumah berdinding terpal dan seng, ratusan orang tinggal di sana. Tanah langsung menjadi lantai, ranting-ranting berserak tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

BACA: ACT Kalsel Ajak Warga Kuatkan Palestina

Kedatangan tim relawan ACT ke Deir Al Balah, Gaza, membuat Laila dan sejumlah warga prasejahtera berbahagia. Selama ini, pasokan pangan keluarga miskin di Gaza kerap kali tidak menentu. Bahkan, mereka pun tidak tahu apa yang bisa dimakan keesokan hari ketika mereka membuka mata. Namun, keyakinan atas datangnya pertolongan Allah membuat mereka tetap ikhlas menjalani hidup. Bagi warga yang tidak lagi memiliki rumah, ketersediaan pangan juga berarti adanya harapan. Hari itu, relawan ACT pun melihat harapan dan bahagia terpancar dari wajah setiap penerima manfaat yang ditemui.(jejakrekam)

Penulis Gina Mardani Cahyaningtyas
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.