Kurang Mendapat Sosialisasi, Banyak Mahasiswi Perantauan yang Golput

0

PESTA demokrasi sudah dimulai. Norulina Hartati, Mahasiswa FEB ULM dari Kabupaten Balangan ini masih tidak mengetahui cara mengurus persyaratan mengikuti pemilihan umum. Ia pun memilih tidak mencoblos.

“NGGAK ikut nyoblos. Sebab saya tak tahu cara mengurusnya dan tak tahu harus mencoblos dimana,” ujarnya kepada jejakrekam.com. Rabu (17/04/2019)

Meski ia tahu ada tempat pemungutan suara (TPS) ada di depan gang tempat masuk kostnya, Lina tetap merasa gamang untuk datang ke sana sebab tidak mengetahui persyaratan untuk memilih. “Mau ke sana, tapi apa syaratnya? Kalau tidak terdaftar di sini gimana?,” tambahnya.

BACA: Belasan Mahasiswi UMB Gagal Mencoblos Gara-Gara Tak Punya Formulir A5

Ia sendiri menyatakan, kurangnya informasi terkait menggunakan hak pilihnya di pemilu 2019 ini dikarenakan ia sendiri yang tidak hendak mencari tahu. Walau memilih tidak mencoblos, Lina pun berharap agar siapapun yang menang agar lebih amanah dan memberikan yang terbaik bagi rakyatnya.

Senada dengan Lina, Siti Jaitunransyah, mahasiswa Politeknik Negeri Banjarmasin ini juga urung mencoblos sebab mendengar cerita ribet dari teman-temannya yang sudah mencoba ke TPS akan tetapi ditolak petugas.

“Saya dengar, teman saya sudah datang ke TPS akan tetapi tidak bisa mencoblos di situ, karena dia tidak terdata, jadi mencoblos itu harus sesuai data undangan,” ujar Jaitun.

Bahkan, menurut informasi yang ia peroleh dari teman-temannya, ada yang diperbolehkan petugas dan ada yang tidak. Perlakuan semacam itu membuat Jaitun tambah enggan untuk memilih. Awalnya Jaitun sempat melihat stand untuk mengurus pindah pemilih di depan Kampus UIN Antasari pada Maret.

BACA JUGA: Ditolak KPPS Pakai e-KTP, Dua Mahasiswi ULM Terpaksa Golput

“Hanya saya tidak mengurus karena saya kira saya akan pulang kampung ke Tanjung. Ternyata saya tidak bisa karena masih ada urusan yang harus diselesaikan di kampus,” terang mahasiswi yang sedang sibuk menyusun tugas akhir ini. Alhasil, ia pun tidak bisa mencoblos karena tidak sempat mengurus persyaratan.

Dirinya pun mendapat info dari teman-teman perantauan katanya bisa saja ikut milih tapi harus ke RT dulu. Sedangkan ini sudah jam 11 siang, kalau saya mengurus dulu mana sempat.

Jaitun berpendapat  bahwa akan lebih baik apabila prosesi  pemilu ini bisa berjalan dengan lebih fleksibel, terutama bagi orang-orang perantauan seperti dirinya. Sehingga orang-orang bisa memilih di manapun ia berada. “Perantauan kan tidak sekedar mahasiswa, tapi juga ada orang yang merantau untuk bekerja,” ujarnya. Ia menyatakan sangat menyesal karena tidak bisa mengikuti momentum pemilu 2019 ini.

“Pasti nyesal, ini kan momen pemilihan presiden, Sebenarnya takut juga kalau hak pilih saya diambil orang, tapi mau gimana lagi sudah seperti ini jalannya,” keluhnya. Kekhawatiran Jaitun bukan tidak berdasar, sebab ia mengetahui sudah banyak berita-berita yang beredar tentang banyaknya surat suara yang telah dicoblos orang terlebih dahulu.(jejakrekam)

Penulis Siti Nurdianti
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.